STRATEGI DESAIN DALAM MENGHIDUPKAN KEBUDAYAAN BETAWI

Main Article Content

Rebecca Cendra
Rudy Trisno

Abstract

The rampant developments in the capital city seem to be a disaster that has eroded Betawi culture. Many Betawi people have had to let go of their land and move to the outskirts of Jakarta. Without realizing it, this turned out to have caused the Betawi arts and traditions to fade away. Therefore, this study aims to determine architectural design strategies that can maintain the existence of Betawi culture. The method used is qualitative with data collection techniques through observation of secondary data. The data obtained were then analyzed descriptively using indicators: 1) Location suitability; 2) The mass layout pattern of buildings and spaces according to the locality; 3) Materials that reflect locality; 4) The shape and visual of the building considering the locality; and 5) Space program that is able to accommodate the demands of needs and accommodate cultural activities. The results of the research show that the way to maintain the existence of Betawi culture is not just providing a cultural platform, but also empowering the community so that their economy and welfare are maintained.


Keywords: architecture; betawi; culture; economy; locality


Abstrak


Pembangunan yang marak terjadi di Ibu Kota seakan menjadi bencana yang menggerus kebudayaan Betawi. Banyak masyarakat Betawi yang harus mengikhlaskan lahannya dan pindah ke pinggir kota Jakarta. Tanpa disadari, hal ini ternyata menyebabkan tradisi dan kesenian Betawi semakin memudar. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi perancangan arsitektur yang dapat mempertahankan eksistensi kebudayaan Betawi. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dari data sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan indikator: 1) Kesesuaian lokasi; 2) Pola tata massa bangunan dan ruang yang sesuai dengan lokalitas; 3) Material yang mencerminkan lokalitas; 4) Bentuk dan visual bangunan yangmempertimbangkan lokalitas; serta 5) Program ruang yang mampu mewadahi tuntutan kebutuhan dan mewadahi aktivitas kebudayaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa cara untuk mempertahankan eksistensi budaya Betawi bukan hanya sekadar menyediakan wadah kebudayaan saja, tetapi juga melakukan pemberdayaan terhadap masyarakatnya agar perekonomian dan kesejahteraan mereka tetap terjaga.

Article Details

Section
Articles

References

Amanah, N. A. (2018). Mencipta Kampung Naga: Pergulatan Tradisi Adat Budaya dan Desa Wisata dalam Pandangan Masyarakat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Benjamin, H. B. (2005). Posisi Budaya Betawi dalam Kehidupan Global. Dalam W. W. Somadi, Betawi Punye Gaye (hal. 17-22). Jakarta: Pusat Studi Betawi Universitas Nasional.

Bullmer, K. (1975). The Art of Empathy: A Manual for Improving Accuracy of Interpersonal Perception. New York: Human Sciences Press.

Decety, J., & Jackson, P. L. (2004). The Functional Architecture of Human Empathy. SAGE Journals, 3 (2), 71-100.

Dewi, R. P., & Hidayah, S. N. (2019). Studi Kasus. Dalam I. S. Wekke, Metode Penelitian Ekonomi Syariah (hal. 244-265). Yogyakarta: Gawe Buku.

Goleman, D. (1996). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Maibom, H. (Penyunt.). (2017). The Routledge Handbook of Philosophy of Empathy. Taylor & Francis.

Mumford, L. (1961). The City in History: Its Origins, Its Transformations, and Its Prospects. Michigan: Harcourt, Brace & World, Inc

Nahak, H. M. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara , 5 (1).

Nursaeni, R. (2018). Eksistensi Komunitas Jatiwangi Art Factory dalam Meningkatkan Kebudayaan Lokal. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Rahardjo, M. (2017). Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif Konsep dan Prosedurnya. Jurnal Ilmiah, 1-26.

Saraswati, A. K. (2023, Februari 24). Transformasi Desa Candirejo Magelang: dari Desa Miskin hingga Jadi Desa Wisata. Dipetik Juni 9, 2023, dari Warga Desa: https://www.wargadesa.com/profil/7907722825/transformasi-desa-candirejo-magelang-dari-desa-miskin-hingga-jadi-desa-wisata

Sari, N. K., & Nugroho, S. (2018). Dampak Sosial Budaya Pengembangan Dusun Sade Sebagai Dusun Wisata Di Kabupaten Lombok Tengah. Jurnal Destinasi Pariwisata, 6 (1), 159-163.

Saringendyanti, E. (2008). Kampung Naga, Tasikmalaya dalam Mitologi: Upaya Memaknai Warisan Budaya Sunda. Bandung: Universitas Padjajaran.

Sendjaja, S. D. (1994). Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Suarsana, I. N. (2016). Etnografi Dusun Sade, Desa Rembitan, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Pustaka Larasan bekerja sama dengan Program Studi Antropologi, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana.