METODE WALDORF PEDAGOGY DALAM TAHAP PENDEKATAN DESAIN WADAH PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ANAK PEMULUNG

Main Article Content

Adi Chandra
Stephanus Huwae

Abstract

The phenomenon of children working on the streets is a global phenomenon. The number of working children as scavengers in Jakarta, according to BPS in 2022, recorded 289 children with an average age of 6 to 18 years. North Jakarta, Cilincing District, is the largest contributor, with 48 percent. The main factor in child development that is not fulfilled educationally, spiritually, physically, or socially is the economic condition of the family. Insufficient economic problems require that parents include their children to work and make children a medium to earn money for survival. Children living in poverty are often trapped in a situation full of suffering and a bleak future and think that education is no longer important to them. this will continue to happen, and will continue to experience social inequality. This study aims to provide the right solution to breaking the cycle of poverty through empathetic architecture and the Waldorf pedagogy approach that puts forward three aspects of the user that are interrelated between children, parents, and nature. Therefore a concept is produced that can accommodate and provide practical skills training with the abilities they have and are interested in and develop children to the stage of the world of work so they can earn a decent living with the talents they have in the future.


Keywords: Child Labor, Scavengers, Skills, Waldorf Pedagogy


Abstrak


Fenomena anak-anak bekerja di jalanan merupakan suatu gejala global. Tercatat Jumlah anak pekerja sebagai pemulung di Jakarta menurut BPS pada tahun 2022 terdapat 289  anak dengan rata-rata usia 6 sampai 18 tahun. Jakarta Utara, Kecamatan Cilincing merupakan penyumbang terbesar dengan angka 48 persen. Faktor utama perkembangan anak yang tidak terpenuhi secara edukasi, rohani, jasmani maupun sosial yaitu kondisi ekonomi keluarga. Permasalahan ekonomi yang tidak mencukupi mengharuskan mereka para orang tua mengikutsertakan anak untuk bekerja dan menjadikan anak sebagai media untuk mencari uang demi keberlangsungan hidup. Anak-anak yang hidup dalam kemiskinan sering kali terperangkap dalam situasi penuh penderitaan serta masa depan yang suram dan mengganggap pendidikan tidak lagi penting bagi mereka. hal tersebut akan terus terjadi dan akan terus mengalami ketimpangan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi tepat dalam memutuskan mata rantai lingkaran kemiskinan mereka melalui arsitektur yang berempati dan pendekatan metode waldorf pedagogy yang mengedepankan ketiga aspek user yang saling berkaitan antara anak, orang tua, dan alam. Maka dari itu dihasilkan konsep yang dapat mewadahi serta memberikan sebuah pelatihan keterampilan praktis dengan kemampuan yang mereka miliki dan minati serta mengembangkan para anak-anak ketahap dunia kerja dan agar dapat memperoleh penghidupan yang layak dengan kemampuan bakat yang mereka miliki dimasa mendatang.

Article Details

Section
Articles

References

BPS. (2020-2022). Persentase anak usia 10-17 tahun yang bekerja menurut provinsi (Persen). Retrieved Februari 20, 2023, from https://www.bps.go.id/indicator/6/2008/1/persentase-dan-jumlah-anak-usia-10-17-tahun-yang-bekerja-menurut-provinsi.html

David, H. (2015). Empati: Makna dan Pentingnya. Alih bahasa: Ahmad Lintang Lazuardi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Fadli, D. (2022). Mengenal Sekolah Waldorf, Alternatif Sistem Pendidikan untuk Anak. Retrieved Februari 23, 2023, from Halodoc: https://www.halodoc.com/artikel/mengenal-sekolah-waldorf-alternatif-sistem-pendidikan-untuk-anak

Harbirson. (1981). Household Survival Theory. 225-251.

Konvensi Hak Anak, PBB (1989).

Keputusan Presiden. (1990). Pengesahan Convention on The Rightsof The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak). No.36 Tahun 1990.

Navaneedhan, & Kamalanabhan. (2018). Journal Sociology of Education.

Nurkse, R. (1953). Teori Lingkaran Setan Kemiskinan (Vicious Cycle of Poverty). Retrieved April 18, 2023, from http://eprints.uny.ac.id/65834/3/Bab%20II.pdf

Mediastika, C. E. (2016). Understanding Empathic Architecture. Journal Of Architecture And

Urbanism, 40.

Rakhmaniyah, & Assyifa . (2020). Gambaran Kualitas Hidup Anak Jalanan yang Mengamen. Retrieved Februari 17, 2023, from http://repository.untar.ac.id/id/eprint/12543

Suvetha, J. (2022). Architecture and design for children. Retrieved Februari 20, 2023, from https://www.re-thinkingthefuture.com/2022/02/23/a6308-architecture-and-design-for-children/

Undang – Undang No.13 Tahun 2003 Pasal 68 tentang Pengusaha dilarang mempekerjakan anak(2003).https://www.ilo.org/dyn/natlex/docs/ELECTRONIC/64764/71554/F1102622842/IDN64764.pdf