PENERAPAN KONSEP PLUG IN CITY DALAM PENATAAN PKL DI PUSAT BISNIS PURI INDAH, KEMBANGAN

Main Article Content

Vincent Marthanegara
Stephanus Huwae

Abstract

Street vendors in Jakarta who violate city regulations often feel sad because they live in difficult and stressful conditions. They must face various risks, including threats from criminals and the authorities. In addition, street vendors who violate urban order often experience minimal and irregular income. They do not have the same benefits and social rights as other regular workers and are often discriminated against and treated harshly by people who do not understand their situation. The harsh working conditions also took a toll on the physical and mental health of street vendors. They often have to work in extreme weather conditions, dirty and unhealthy environments, and don't have enough rest time. As a result, they are more susceptible to disease and stress that threaten their health and quality of life. The Plug-in City concept approach is a design method for buildings that aims to create buildings that are more sustainable and environmentally friendly by utilizing technology, innovation, and more modern design principles and with the hope of increasing energy efficiency, maximizing land use, reducing environmental impact, creating comfortable and open public spaces. The street vendor facilities are divided into three zones, namely the culinary zone, fashion zone and creative play in the form of a floating installation, while the relaxation facilities offer activities to overcome physical and mental fatigue, such as; City-view, Jogging Track and Meditation Garden.


Keywords: plug-in city; recreation; relaxation; street vendors; violation


Abstrak


Pedagang Kaki Lima di Jakarta yang melanggar peraturan kota seringkali miris karena hidup dalam kondisi sulit dan penuh tekanan. Mereka harus menghadapi berbagai risiko, termasuk ancaman dari penjahat dan pihak berwenang. Selain itu, pedagang kaki lima yang melanggar tatanan kota seringkali mengalami pendapatan yang minim dan tidak teratur. mereka tidak memiliki tunjangan dan hak sosial yang sama dengan pekerja tetap lainnya dan seringkali didiskriminasi dan diperlakukan dengan kasar oleh orang-orang yang tidak memahami situasi mereka. Kondisi kerja yang keras juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental PKL. Mereka seringkali harus bekerja dalam kondisi cuaca ekstrim, lingkungan kotor dan tidak sehat, serta tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Akibatnya, mereka lebih rentan terhadap penyakit dan stres yang mengancam kesehatan dan kualitas hidup mereka. Pendekatan konsep Plug-in City adalah salah satu metode desain pada bangunan yang bertujuan untuk menciptakan bangunan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, dan prinsip-prinsip desain yang lebih modern serta dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi energi, memaksimalkan pemanfaatan lahan, mengurangi dampak lingkungan, menciptakan ruang publik yang nyaman dan terbuka. Sarana Pedagang Kaki Lima dibagi menjadi tiga zona yaitu zona kuliner, zona busana dan creative play yang berupa instalasi melayang, sedangkan adanya fasilitas relaksasi menawarkan aktivitas untuk mengatasi kelelahan fisik dan mental, seperti; City-view, Jogging Track dan Meditation Garden.

Article Details

Section
Articles

References

Badudu, Zein. (1996). Kamus Bahasa Indonesia (hal. 132). Sinar Harapan.

David Cardona, A. P., & Sos, S. (2020). Strategi Komunikasi Pembangunan Dalam Penataan Pedagang Kaki lima. Scopindo Media Pustaka.

Cook, P. (1964). Plug-in City. Dalam Archigram (hal. 26-29). London: Archigram.

Desjardins, M 1998, How to succeed in postgraduate study, Applied Ecology Research Group, University of Canberra, diunduh 26 April 2001, <http://aerg.canberra. edu.au/jardins/t.htm>. (Disarikan dari berbagai sumber).

Tanuwijaya, H. (2011). Bisnis Pedagang Kaki Lima [Five-foot Way Business] (hal. 15). PT. Pustaka Pelajar.