RUANG TERAPI SENI BAGI PENYANDANG DISABILITAS TUNADAKSA

Main Article Content

Julio Anderson
Suwandi Supatra

Abstract

People with disabilities are often seen as class two in everyday life. They are often hampered from accessing public buildings due to inadequate accessibility of space and supporting facilities. They are also often discriminated against and negatively stigmatized because of their physical limitations, which in turn causes them to not get the same rights and life opportunities as other normal human beings. This ultimately causes stress and mental disorders in persons with disabilities, especially physical impairment. To overcome this, people with disabilities need to take medication or therapy to maintain and improve their mental health. One of many other therapy methods that can be done to overcome these problems is art therapy. Using art as a healing medium, it is hoped that it can reduce stress and become a place for people with disabilities to express and develop their abilities. The research method used is a descriptive qualitative method that begins with observing the phenomena of persons with disabilities such as their daily lives, conditions, and needs in-depth based on standards and space requirements. And then equipped with supporting theory and related precedent studies. This research will later produce a design parameter for disability-friendly art galleries, especially for the physically disabled with an art therapy program to address their mental health problems.


Keywords:  accesibility; art therapy; physical impairment


Abstrak


Penyandang disabilitas sering kali dianggap sebagai masyarakat golongan dua dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sering kali terhambat untuk mengakses bangunan-bangunan publik karena masalah aksesibilitas ruang dan fasilitas pendukung yang tidak memadai. Mereka juga sering kali mendapat diskriminasi dan stigma negatif karena keterbatasan fisik mereka, yang akhirnya menyebabkan mereka tidak mendapatkan hak dan kesempatan hidup yang sama seperti manusia normal lainnya. Hal ini akhirnya menyebabkan stress dan ganguan mental pada penyandang disabilitas, khususnya tunadaksa. Untuk mengatasi hal ini, penyandang disabilitas tunadaksa perlu melakukan pengobatan atau terapi untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mental mereka. Salah satu bentuk terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah terapi seni. Dengan menggunakan seni sebagai sarana penyembuhan, tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat stres dan memberikan wadah bagi penyandang disabilitas tunadaksa untuk berekspresi dan mengembangkan potensi mereka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif yang dimulai dengan pengamatan menyeluruh terhadap fenomena penyandang disabilitas, termasuk kehidupan sehari-hari, kondisi mereka, dan kebutuhan yang mendalam. Penelitian ini didasarkan pada standar dan kebutuhan ruang gerak serta dilengkapi dengan teori pendukung dan studi sebelumnya yang relevan. Hasil penelitian ini akan menciptakan parameter desain untuk bangunan galeri seni yang ramah disabilitas, khususnya untuk penyandang tunadaksa, dengan program terapi seni untuk mengatasi masalah kesehatan mental mereka.

Article Details

Section
Articles

References

Database Peraturan BPK. (2016). Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Retrieved from https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/37251/uu-no-8-tahun-2016

Goleman, D. (1996). Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Institut Teknologi Bandung. (2016). Manual Desain Bangunan Aksesibel. Retrieved September 19, 2022, from Multisite ITB, https://multisite.itb.ac.id/prodi-arsitektur-fix/wp-content/uploads/sites/162/2016/08/Modul-Bangunan-Aksesibel-with-cover.pdf

Lubis, & K.H, H. A. (2008). Kajian Aksesibilitas Difabel pada Ruang Publik Kota Studi Kasus : Lapangan Merdeka. Universitas Sumatera Utara.

Maulana, R. A., & Wasisto, J. (2019). PERAN SENTRA ADVOKASI PEREMPUAN DIFABEL DAN ANAK TERHADAP KAUM DIFABEL DALAM PEMENUHAN AKSESIBILITAS INFORMASI. Jurnal Ilmu Perpustakaan.

PEW, E., & Jiwandono, R. (2021). Jogja Disability Arts, Apresiasi bagi Pelaku Seni Disabilitas. Retrieved from Suarajogja.id, https://jogja.suara.com/read/2021/10/16/112147/jogja-disability-arts-apresiasi-bagi-pelaku-seni-disabilitas

Rakyat, K. P. (2006). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 30/PRT/M/2006 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas Dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan. Diambil kembali dari Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Retrieved from https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/1544/1#div_cari_detail

Riadi, M. (2020). Tunadaksa (Pengertian, Jenis, Karakteristik, Faktor Penyebab dan Rehabilitasi). Retrieved July 24, 2020, from KajianPustaka:https://www.kajianpustaka.com/2020/07/tunadaksa.html#google_vignette