MENGHIDUPKAN KEMBALI LOKASARI SESUAI DENGAN KESEJAMANAN MELALUI METODE AKUPUNKTUR URBAN DAN PERSEPSI SPASIAL

Main Article Content

Devita Garcia
Suwardana Winata

Abstract

Taman Hiburan Rakyat (THR) or Folk Entertainment Park Lokasari, a commercial complex located in Mangga Besar, West Jakarta, is one of the most popular entertainment places in the past. Starting from its past as Prinsen Park, an amusement and theater center, consequently became Lokasari Square with its various nightclubs that make it active 24 hours, this place was infamous for its entertainment and bad image from society. As time went by, a degradation in its functions and spaces happened at THR Lokasari. The spaces that were used to accommodate social activities have gone, and slowly this complex became dull and left out. Therefore, THR Lokasari will receive an intervention through urban acupuncture approach to accomplish a 24-hour social and economic place as a rejuvenation to the area. With a view to minimalizing the intervention, the former structures will remain, yet some additions and improvements will be applied to the space functions. The implementation will be an addition of a green park and culinary street as green and social open spaces, which will also improve Lokasari Square as a shopping and entertainment center. The intervention will be focused on the most active area in the complex which is divided into three zones, namely Prinsen “Park”, Old Lokasari, and Neo Lokasari, each with a different spatial experience to achieve visitors’ positive spatial perception. This intervention is expected to make THR Lokasari a place that provides society’s needs, thus receiving a new positive image.  


 Keywords:  entertainment; identity; social


Abstrak


Taman Hiburan Rakyat (THR) Lokasari, sebuah kompleks perniagaan yang berlokasi di Mangga Besar, Jakarta Barat, merupakan salah satu tempat hiburan yang populer di masa lalu. Berangkat dari masa lalunya sebagai Prinsen Park, pusat seni sandiwara dan teater, kemudian Lokasari Square dengan ragam klub malam yang membuatnya aktif 24 jam, tempat ini menjadi terkenal akan hiburannya dan menuai citra buruk dari masyarakat. Seiring berjalannya waktu, THR Lokasari mengalami degradasi fungsi dan fisik. Ruang-ruang untuk menaungi kegiatan sosial masyarakat telah hilang, dan perlahan-lahan kompleks ini menjadi kian sepi dan ditinggalkan. Untuk itu, THR Lokasari akan menerima intervensi melalui pendekatan akupunktur urban untuk menjadi tempat sosial dan ekonomi yang aktif selama 24 jam sebagai upaya membarui kembali kawasan. Dengan tujuan untuk meminimalkan intervensi, struktur yang sudah ada tetap dipertahankan, namun dilakukan penambahan maupun perbaikan fungsi ruang. Penerapannya dilakukan dengan menambahkan taman hijau dan jalan kuliner khusus pejalan kaki sebagai ruang terbuka hijau dan sosial, yang juga akan turut memperbaiki Lokasari Square sebagai sebuah pusat perbelanjaan dan hiburan. Intervensi difokuskan pada area teraktif kompleks yang dibagi menjadi tiga zona, yaitu Prinsen “Park”, Old Lokasari, dan Neo Lokasari, masing-masing dengan pengalaman ruang yang berbeda untuk membentuk persepsi spasial pengunjung yang positif. Intervensi ini diharapkan dapat menjadikan THR Lokasari sebagai tempat yang mampu menyediakan kebutuhan masyarakat sekitar dan memiliki citra baru yang positif.

Article Details

Section
Articles

References

Aditya, N. R. (2020). Asal-usul Mangga Besar Jadi Pusat Kuliner Malam di Jakarta. Retrieved from Kompas.com: https://www.kompas.com/food/read/2020/07/02/212100775/asal-usul-mangga-besar-jadi-pusat-kuliner-malam-di-jakarta?page=all

Baxter, A. (2017). 6 Guiding Principles That Result In Designing Great Entertainment-lead Precincts. Retrieved from Populous: https://populous.com/6-guiding-principles-result-designing-great-entertainment-lead-precincts

BPS Kota Adm. Jakarta Barat. (2021). Kecamatan Taman Sari dalam Angka 2021. Jakarta: BPS Kota Adm. Jakarta Barat.

BPS Kota Administrasi Jakarta Barat. (2021). Kota Administrasi Jakarta Barat dalam Angka 2021. Jakarta: BPS Kota Administrasi Jakarta Barat.

detikcom. (2014). Dulu Tempat Artis, Kini Tangkiwood Jadi Sarang Kos-kosan Pelacur. Retrieved from detikNews: https://news.detik.com/berita/d-2490544/dulu-tempat-artis-kini-tangkiwood-jadi-sarang-kos-kosan-pelacur

Fahmi, Y. (2017). Mengenal Sejarah Tangkiwood, Hollywood Versi Jakarta Jaman Dulu. Retrieved from ShopBack: https://www.shopback.co.id/katashopback/tangkiwood-hollywoodnya-jakartaa-jaman-dulu

Foote, K., & Azaryahu, M. (2009). Sense of Place. In R. Kitchin, & N. Thrift, International Encyclopedia of Human Geography (pp. 96-100). Amsterdam: Elsevier Science.

Gjestland, R. (2019). How to Design a Cinema Auditorium. Oslo: Union International Des Cinémas.

Jain, K. (2011). Urban Acupuncture and Better Cities. Delhi: Guru Gobind Singh Indraprashta University.

Kompas.com. (2013). Prinsen Park, Kenangan akan Taman Budaya. Retrieved from Kompas.com: https://regional.kompas.com/read/2013/04/12/04044738/prinsen.park.kenangan.akan.taman.budaya?page=all

Lerner, J. (2016). Urban Acupuncture. Washington, D.C.: Island Press.

Lynch, K. (1960). The image of the city. Massachusetts: MIT Press.

Mijarto, P. (2013). Kembalikan Prinsenpark, Kembalikan Taman Hiburan untuk Rakyat. Retrieved from Tribun News: https://wartakota.tribunnews.com/2013/07/02/kembalikan-prinsenpark-kembalikan-taman-hiburan-untuk-rakyat

Moreira, S. (2021). What Is Placemaking? Retrieved from ArchDaily: https://www.archdaily.com/961333/what-is-placemaking

Nassar, U. A. (2021). Urban Acupuncture in Large Cities: Filtering Framework to Select Sensitive Urban Spots in Riyadh for Effective Urban Renewal. Journal of Contemporary Urban Affairs, 1-18.

Russ, A. (2016). Sense of Place. Retrieved from the nature of cities: https://www.thenatureofcities.com/2016/05/26/sense-of-place/

Santoso, A. S. (2020). Menilik Sejarah Mangga Besar yang Kini Jadi Pusat Kuliner Malam di Jakarta. Retrieved from Tribun Travel: https://travel.tribunnews.com/2020/07/03/menilik-sejarah-mangga-besar-yang-kini-jadi-pusat-kuliner-malam-di-jakarta

Shashwat, K. (2018). Active and Passive Entertainment - Why are they important and which one fills most of your leisure? Retrieved from medium: https://medium.com/@ksacha137/active-and-passive-entertainment-why-are-they-important-and-which-one-fills-most-of-your-leisure-2b54e423d69f

Solà-Morales, M. d. (2008). A Matter of Things. Rotterdam: nai010 publishers.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

UNESCO. (2004). Tangible and Intangible Heritage. Retrieved from Intangible Cultural Heritage: https://ich.unesco.org/en/tangible-and-intangible-heritage-00097