FASILITAS KEMATIAN KONTEMPORER: TERRAMASI, GALERI KEMATIAN, DAN KONSELING DUKA DI PIK - JAKARTA UTARA

Main Article Content

Cynthia Anggita
Alvin Hadiwono

Abstract

Death is something that can’t be avoided. Everyone will face death and will end up in the cemetery. In general, the funeral is done only by being buried. The longer the burial space needed, the wider it will be. Cemetery land, especially in big cities like Jakarta, is starting to decrease. The stigma that arises in Indonesian society towards cemeteries tends to be negative because they are considered scary and haunted, so the cemetery area is an area to avoid. Apart from that, it isn’t easy for families who have been left behind by loved ones, the grief experienced is very deep and lasts a long time. Therefore, the Contemporary Death Facilities: Terramation, Gallery of Death, and Grief Counseling at PIK - North Jakarta is designed to answer the need for burial grounds and funeral rooms. The terramation facility can be said to be unique because it uses the Human Composting method which is the leading technology without destroying the environment. As a method of composting the body/human body using organic materials. Turning bodies into nutrient-rich soil to fertilize nearby urban gardens or forests. Meanwhile, an ordinary burial turns out to poison the surrounding land. As well as equipped with a memorial garden and public garden. To reduce the spooky and haunted impression of this facility, deepen the space with the help of natural and artificial lighting systems, to create the impression of a comfortable, friendly and pleasant space both in the circulation area and in each room. Providing gallery facilities about death to provide education to the surrounding community about various matters regarding death to terramation burial methods. Grief counseling facilities are also provided to heal emotional wounds caused by the loss of a loved one.


Keywords:  death; facility; gallery of death; grief counseling; terramation


 


Abstrak


Kematian merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Setiap orang akan menghadapi kematian dan akan berakhir di pemakaman. Pada umumnya pemakaman dilakukan hanya dengan dikubur saja. Semakin lama lahan pemakaman yang dibutuhkan semakin luas. Lahan pemakaman terutama di kota besar seperti Jakarta mulai berkurang. Timbul stigma masyarakat Indonesia terhadap tempat pemakaman pun cenderung negatif kerena dianggap seram dan angker, sehingga area pemakaman menjadi area yang dihindari. Selain itu bagi keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang dicintai tidaklah mudah, duka yang dialami sangat mendalam dan dengan waktu yang lama. Oleh karena itu, Fasilitas Kematian Kontemporer: Terramasi, Galeri Kematian, dan Konseling Duka di PIK - Jakarta Utara ini di desain untuk menjawab kebutuhan akan lahan pemakaman berserta ruang dukanya. Fasilitas terramasi dapat dikatakan unik kerena menggunakan metode human composting yang merupakan teknologi terdepan tanpa merusak lingkungan. Sebagai metode pengomposan jasad/tubuh manusia dengan menggunakan bahan dasar organik. Mengubah tubuh menjadi tanah yang kaya akan nutrisi untuk menyuburkan kebun atau hutan kota terdekat. Sedangkan pemakaman biasa ternyata meracuni tanah disekitarnya. Serta dilengkapi dengan taman memorial dan taman publik. Untuk mengurangi kesan seram dan angker pada fasilitas ini adalah pendalam ruang dengan bantuan sistem pencahayaan alami dan buatan, untuk menciptakan kesan ruang yang nyaman, bersahabat dan menyenangkan baik area sirkulasi maupun pada setiap ruangnya. Menyediakan fasilitas galeri tentang kematian untuk memberikan edukasi kepada masyarakat disekitarnya tentang berbagai hal mengenai kematian hingga metode pemakaman terramasi. Disediakan juga fasilitas konseling duka untuk memulihkan luka emosional akibat kehilangan orang yang dicintai.

Article Details

Section
Articles

References

Aji, A. S., Suprayogi, A., & Wijaya, A. P. (2015). Analisis Kesesuaian Kawasan Peruntukan Pemakaman Umum Baru Berbasis Sistem Informasi Geografis (Sig) (Studi Kasus : Kecamatan Tembalang, Kota Semarang). Jurnal Geodesi Undip, 4(3), 99–107.

Badan Pusat Statistik. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta.

Chapman, J. (2016). From Necropolis to Metropolis: Bringing Death Back into Urban (Master Thesis, University of Washington). University of Washington. Retrieved from http://hdl.handle.net/1773/38535

Fajrian, & Setyawan, F. A. (2021). INFOGRAFIS: Lahan Makam di Jakarta Kian Menipis. Retrieved February 1, 2021, from CNN Indonesia website: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210124152913-23-597740/infografis-lahan-makam-di-jakarta-kian-menipis

Gupta, S. (2021). Grief Counseling: Definition, Types, Techniques, and Efficacy. Retrieved June 22, 2021, from Verywell Mind website: https://www.verywellmind.com/what-is-grief-counseling-5189153#toc-techniques

Hahn, J. (2023). Recompose human composting facility transforms bodies into soil. Retrieved February 7, 2023, from Dezeen website: https://www.dezeen.com/2023/02/07/recompose-human-composting-facility-seattle/

Hardiman, F. B. (2020). Heidegger dan Mistik Keseharian (Cetakan Keempat). Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Peraturan Derah Provinsi DKI Jakarta. (2007). Peraturan Derah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Pemakaman (Perda Nomor 3 Tahun 2007). Retrieved from https://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-daerah-nomor-3-tahun-2007-tentang-pemakaman.pdf

Recompose - Ecological Death Care. (n.d.). Retrieved from https://recompose.life/

Solà-Morales, M. de, Frampton, K., & Ibelings, H. (2008). A Matter of Things. Rotterdam: Nai Publishers.

Williams, A. (2019). Human Composting Offers a Green New Way to Die. Retrieved February 7, 2019, from Seattle Met website: https://www.seattlemet.com/health-and-wellness/2019/02/human-composting-offers-a-green-new-way-to-die