PERAN HUNIAN VERTIKAL DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN TERHADAP KUALITAS HIDUP DAN KESADARAN MASYARAKAT AKAN KURANGNYA PENGHIJAUAN

Main Article Content

Elvira Velda Hamdani
Sidhi Wiguna Teh

Abstract

Jakarta, as the capital and center of activity, faces a number of urban challenges, including a growing population, increased housing and employment needs, rising urban land prices, congestion, limited green open space, and environmental degradation. Since population growth is not proportional to the government's ability to meet housing needs, slum settlements have emerged. Good urban planning needs to be balanced with sustainable planning. One of the solutions that can be implemented is urban planning that optimizes land and cities that are accessible by pedestrians. Increasing the quality of settlements can improve the quality of life and the quality of the city itself. The method used in this study is a qualitative research method. Vertical housing is one of the solutions in dealing with the lack of land for settlements along with green space. Arrangement of slum settlements at appropriate points in urban areas is expected to significantly reduce the number of slums in a city. Furthermore, housing is a strategic location to begin educating people on healthy living.


Keywords:  Green Open Space; Quality Of Life; Slums; Sustainable Architecture; Urban Planning; Vertical Occupancy


Abstrak


Jakarta, sebagai ibukota dan pusat kegiatan, memiliki beberapa isu perkotaan seperti peningkatan jumlah populasi penduduk, meningkatnya kebutuhan hunian dan lapangan pekerjaan, naiknya harga lahan perkotaan, kemacetan, ruang terbuka hijau yang terbatas, dan degradasi lingkungan. Tingginya pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan kemampuan pemerintah dalam menyediakan kebutuhan hunian, hal ini menyebabkan munculnya permukiman yang kumuh. Penataan kota yang baik perlu diseimbangkan dengan perencanaan yang berkelanjutan. Penataan perkotaan yang mengoptimalkan lahan dan kota yang dapat ditempuh dengan berjalan kaki adalah salah satu solusi yang dapat dilakukan. Dengan meningkatnya kualitas permukiman dapat meningkatkan kualitas hidup dan kualitas dari kota itu sendiri. Metode yang digunakan pada penulisan ini ialah metode penulisan kualitatif. Hunian vertikal menjadi salah satu solusi dalam menangani kurangnya lahan bagi permukiman dan juga ruang hijau. Penataan permukiman kumuh pada titik-titik yang tepat di perkotaan diharapkan dapat mengurangi angka kekumuhan suatu kota dengan signifikan. Dan juga hunian merupakan tempat yang strategis untuk mulai menyadarkan masyarakat dalam hidup sehat.

Article Details

Section
Articles

References

Billy, H. (2020). "GREENSHIP" Sistem Rating Bangunan Hijau Untuk Indonesia. Diakses pada 17 Agustus 2022, dari https://www.civilarc.id/post/greenship-sistem-rating-bangunan-hijau-untuk-indonesia

Chi Ti-Nan. Chitinan.net. (2022). Diakses pada 5 Februari 2022, dari http://www.chitinan.net/english/.

Chi Ti-Nan. Chitinan.net. (2022). Diakses pada 5 Februari 2022, dari http://www.chitinan.net/english/M-Zone.asp.

Fajrian, & Irawan, A. (2019). INFOGRAFIS: Sebaran Kawasan Kumuh DKI Jakarta. Diakses pada 11 Februari 2022, dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190822152847-23-423787/infografis-sebaran-kawasan-kumuh-dki-jakarta

Kampung Vertikal untuk Perumahan Perkotaan. Diakses pada 12 Februari 2022, dari https://perkim.id/perkotaan/kampung-vertikal-untuk-perumahan-perkotaan/

Karyono, T. H. (2009). Pemanasan Bumi Sebagai Konsekuensi Pembangunan Modern Yang Tidak Terkontrol. Jurnal Ilmiah Teknologi Energi, 1(8), 16–32. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/280560910_Pemanasan_Bumi_sebagai_Konsekuensi_Pembangunan_Modern_yang_Tidak_Terkontrol

Casagrande, M. www.casagrandelaboratory.com. (2022). Diakses pada 5 Februari 2022, dari https://www.casagrandelaboratory.com/marco-casagrande/.

Micro-urbanism. Worldarchitecturenews.com. (2011). Diakses pada 5 Februari 2022, dari https://www.worldarchitecturenews.com/article/1507538/micro-urbanism.

Peraturan Gubernur No. 64 Tahun 2013.

Peraturan Menteri PUPR No. 2 Tahun 2016

PERKIM. Strategi Penataan Kawasan Permukiman Kumuh dengan Konsep Collective Housing.2020.

Priatmodjo, D., Anggraini, D., Yuwono, D., Syona, I., Carina, N., & Sari, M. (2020). Studi Perkotaan 2. Sustainable Urban Design.

Profil Perumahan dan Kawasan Permukiman Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2020. Diakses pada 11 Februari 2022, dari perkim.id website: https://perkim.id/pofil-pkp/profil-provinsi/profil-perumahan-dan-kawasan-permukiman-daerah-khusus-ibukota-jakarta/

Ramadhan, T. (2017). Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building. Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia 6, G035–G042. Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia. https://doi.org/10.32315/ti.6.g035

Sing, Y. (2010). yu sing: KEBERAGAMAN KAMPUNG VERTIKAL. Diakses pada 12 Februari 2022, dari http://rumah-yusing.blogspot.com/2011/01/keberagaman-kampung-vertikal.html

Sutanto, A. (2020). PETA METODE DESAIN. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

Syona, I. (2020). Studi Perkotaan 2. Transit Oriented Development (TOD).

Undang Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Undang Undang No. 16 Tahun 1985.

Undang Undang No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun.

Urban acupuncture - Wikipedia. En.wikipedia.org. (2022). Diakses pada 5 Februari 2022, dari https://en.wikipedia.org/wiki/Urban_acupuncture.