PERANCANGAN RUANG EDU-REKREASI SAMPAH PLASTIK SEBAGAI USAHA MENGHIDUPKAN KAWASAN PESISIR MUARA ANGKE

Main Article Content

Evan Christopher
Nina Carina

Abstract

Muara Angke is one of the largest fishing boat harbor areas in Jakarta which is abundant in the potential of its natural resources. However, the potentials that are owned are starting to be closed and less developed. This is due to the pile of garbage in the coastal area of Muara Angke which causes the quality of the surrounding environment to degrade. Piles of garbage regularly come from the flow of 13 rivers in Jakarta which empties into the Jakarta Bay every time the West Wind season arrives. Based on the data, the composition of the existing waste piles is dominated by plastic type waste as much as 46-57%. In addition to the dominating composition of plastic waste, there is also a strong indication of the increasing amount of plastic waste since the pandemic due to changes in people’s behaviour during the pandemic (online shopping, food packaging, etc.). Responding to the existing condition, handling is needed to overcome the environmental degradation that occurs. The handling needed is a treatment that can pull back the movement of the population to the coastal area of Muara Angke. The approach used in this treatment is urban acupuncture. Through the urban acupuncture approach, the location of the intervention that needs to be improved and the types of functions that can be offered are obtained.


Keywords:  Degradation; Muara Angke; Urban Acupuncture; Waste


Abstrak


Muara Angke merupakan salah satu kawasan pelabuhan kapal ikan terbesar di Jakarta yang melimpah akan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Namun, potensi-potensi yang dimiliki mulai tertutup dan kurang berkembang. Hal ini disebabkan oleh adanya tumpukan sampah di kawasan pesisir Muara Angke yang menyebabkan kualitas lingkungan sekitar mengalami degradasi. Tumpukan sampah rutin hadir dari aliran 13 sungai di Jakarta yang bermuara di teluk Jakarta setiap musim angin Barat tiba. Berdasarkan data, komposisi tumpukan sampah yang ada didominasi oleh sampah jenis plastik sebanyak 46-57%. Selain komposisi sampah plastik yang mendominasi, juga ada indikasi kuat mengenai meningkatnya jumlah sampah plastik semenjak masa pandemi oleh karena perubahan perilaku masyarakat selama pandemi (belanja online, bungkus makanan, dan lain-lain.). Merespon kondisi yang ada, diperlukan penanganan untuk mengatasi degradasi lingkungan yang terjadi. Penanganan yang diperlukan adalah penanganan yang dapat menarik kembali pergerakan penduduk ke kawasan pesisir Muara Angke. Melalui pendekatan urban acupuncture, didapatkan titik lokasi intervensi yang perlu diperbaiki serta jenis fungsi yang dapat ditawarkan.

Article Details

Section
Articles

References

Azwar, A. (1990). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Yayasan Mutiara.

Epler Wood, M. (1999). The Ecotourism Society - an international NGO commited to sustainable development. Tourism Recreation Research 24.

Lerner, J. (2019). Urban Acupuncture: Celebrating Principles of Change That Enrich City Life. Island Press.

Rodger. (1998). Managing Educational Tourism.

Shidan, C. (2010). Urban Acupuncture in Large Cities: Filtering Framework to Select Sensitive Urban Spots in Riyadh for Effective Urban Renewal. Journal of Contemporary Urban Affairs.

Shobri, A. (2014). Program Pilah Sampah Plastik, Kardus, Kertas dalam Meningkatkan Nilai Kebersihan Siswa dan Pendapatan Sekolah di SDN Tambakaji 04, SDN Ngaliyan 01 dan SDN Ngaliyan 03. Undergraduate Thesis, IAIN Walisongo.

Society, T. E. (1997). Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta: Fahutan UGM - UKSDA DIY - Pustaka Pelajar.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain.

Suwantoro. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi, Gramedia.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. (n.d.).