PENATAAN KEMBALI AREA PASAR MUARA KARANG DENGAN PENDEKATAN WALKABLE CITY
Main Article Content
Abstract
Muara Karang is a residential area in Penjaringan, North Jakarta that it’s infrastructure remain unchanged for the past 20 years. However, motorized vehicles is getting higher due to Muara Karang’s strategic location between Pluit and Pantai Indah Kapuk (PIK) and continues to Jakarta Outer Ring Road. This imbalance caused degradation, which is traffic congestion on Muara Karang Raya Street. To improve this degradation, urban acupuncture is needed in critical point which is Muara Karang Market Area that located in the middle of Muara Karang Raya Street. The proposed intervention strategy is to redesign Muara Karang Market Area to recover the congested circulation. Using Walkable City approach which prioritizes pedestrians to reduce the use of private motorized vehicles in Muara Karang. Redesign Muara Karang Market Area has 3 main programs which are market, culinary centers, and shop-house that already exist and add open green space that doesn’t exist in Muara Karang. So the new Muara Karang Market Area can be oasis for the people and provide another spatial experience in urban life. Muara Karang Market Area is a place for economic, social and cultural activities and recreation place for the local communities. ‘HAVEN Muara Karang’ is expected to improve traffic congestion on Muara Karang Raya Street and become a new attractor for peoples that can improve Muara Karang.
Keywords: Circulation; Congestion; Market; Muara Karang; Walkable City
Abstrak
Muara Karang merupakan salah satu kawasan residensial di kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara yang infrastukturnya cenderung tidak berubah selama 20 tahun terakhir ini. Namun mobilitas kendaraan semakin tinggi akibat letaknya yang strategis diantara Pluit dan Pantai Indah Kapuk (PIK) serta menerus hingga Jalan Lingkar Luar Kota Jakarta. Ketidakseimbangan ini menjadi sumber degradasi yaitu kemacetan di Jl. Muara Karang Raya. Untuk memperbaiki sirkulasi yang terhambat tersebut, urban akupuntur diperlukan pada titik kritis yaitu Pasar Muara Karang yang letaknya di tengah Jl. Muara Karang Raya. Strategi intervensi yang diusulkan adalah dengan melakukan penataan kembali Area Pasar Muara Karang sehingga degradasi sirkulasi yang tercipta dapat dipulihkan. Pendekatan yang digunakan adalah Walkable City, yaitu mengutamakan para pejalan kaki guna mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di Kawasan Muara Karang. Penataan kembali Area Pasar Muara Karang meliputi 3 program utama yaitu pasar, pusat kuliner dan ruko eksisting serta penambahan ruang terbuka hijau yang tidak ada di Muara Karang sehingga dapat menjadi oasis dan memberikan pengalaman ruang lain di kehidupan perkotaan. Area Pasar Muara Karang menjadi tempat beraktivitas secara ekonomi, sosial, dan budaya serta menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat setempat dan sekitarnya. Diharapkan dengan adanya proyek ‘HAVEN Muara Karang’ dapat memperbaiki kemacetan di Jl. Muara Karang Raya serta menjadi atraktor baru bagi masyarakat kota yang dapat meningkatkan Muara Karang.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Alley, S. (2005). Walkability Scopping Paper.
Carr, S., Francis, M., Rivlin, L. G., & Stone, A. M. (1992). Public Space. New York: Cambridge University Press.
Casagrande, M. (2014). Paracity: Urban Acupuncture. International Conference: Public Spaces Bratislava, November, 1–32.
Firmansyah, D., & Tjahjani, A. R. I. (2012). Analisis Kemacetan Lalu Lintas di Suatu Wilayah (Stui Kasus di Jalan Lenteng Agung). Seminar Nasional Teknik Sipil UMS.
Gehl, J. (2013). Cities for People. Washington: Island Press.
Krambeck, H. (2006). The Global Walkability Inde. Washington: Urban Land Institute.
Lerner, J. (2014). Urban Acupuncture: Celebrating Pinpricks of Change that Enrich City Life. Washington: Island Press. https://doi.org/10.1080/13574809.2016.1210286
NZ Transport Agency. (2009). Pedestrian Planning and Design Guide. New Zealand
Pemerintah Indonesia. (2007). Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Peraturan Presiden Republik Indonesia, 1, 22. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/42157/perpres-no-112-tahun-2007
Rice, L. (2008). Urban Design Toolkit. In Urban Design International (Vol. 49, Issue 2). New Zealand: Ministry for the Environment.
Santika, I. P. H. (2010). Urban Acupuncture. http://arcaban.blogspot.com/2010/01/urban-acupuncture-definisi.html
Shirvani, H. (1985). The Urban Design Process. New York: Van Nostrand Reinhold.
Siti Fatimah Ilani Bilyamin, M. H. W., & Kamarudin, K. H. (2017). THE KEY TO BE A WALKABLE CITY. October, 99–105.
Speck, J. (2012). Walkable City : How Downtown Can Save America, One Step at a Time. New York: North Point Press.
Weller, B. (2008). Slides for a presentation and discussion about roundabouts, naked streets, walkability indices, the “walkability challenges cup” and other ideas.
World Bank. (2009). Improving pedestrian infrastructure and service in Bangkok.