RUANG INTERAKTIF KAMPUNG BEKELIR TANGERANG

Main Article Content

Careen Leo
Doddy Yuono

Abstract

Kampung Bekelir, which was originally a tourism village, succeeded in attracting newcomers with several interesting and educational attractions. The village is very focused on the tourism aspect and in the end ignores the needs of its residents. The imbalance between communal space and tourism sites in Kampung Bekelir has resulted in the programs losing their value and attractiveness. It is caused by many activities that have not been accommodated and the lack of space for the community. This issue is quite crucial because Kampung Bekelir, which is initially a tourism village, slowly being degraded and losing its function and identity. Therefore, it is necessary to apply urban acupuncture which aims to touch the collective soul of the city. The collective soul is reflected through the collective consciousness of the community which can eventually become a reality. By using the guidelines in the 11th points of Sustainable Development Goals, environtmental-focused design is carried out using the in-fill method and the application of typology with programs that focus on aspects of education, economy, people's welfare to achieve an area with sustainable settlements.


Keywords:  Degradation in an environtment; Urban Acupuncture; In fill methods


Abstrak


Kampung Bekelir yang pada awalnya merupakan kampung pariwisata berhasil memikat pendatang baru dengan beberapa atraksi yang menarik dan edukatif. Kampung tersebut sangat berfokus pada aspek pariwisatanya dan pada akhirnya mengabaikan kebutuhan warganya. Ketidakseimbangan antara ruang komunal dan situs pariwisata di Kampung Bekelir Tangerang karena banyaknya kegiatan belum terakomodasi dan kurangnya ruang untuk komunitas mengakibatkan objek pariwisata di kawasan Kampung Bekelir kehilangan nilai dan daya tarik. Isu ini menjadi cukup krusial karena kampung Bekelir yang merupakan kampung pariwisata perlahan-lahan mengalami degradasi dan kehilangan fungsi serta identitasnya sebagai sebuah kampung wisata. Maka itu diperlukannya penerapan akupunktur perkotaan yang bertujuan untuk menyentuh jiwa kolektif kota. Jiwa kolektif direfleksikan melalui kesadaran kolektif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat menjadi kenyataan. Dengan menggunakan panduan dalam tujuan ke-11 dari pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals), perancangan kawasan dilakukan dengan metode in fill dan penerapan tipologi dengan program yang berfokus pada aspek edukasi, ekonomi, kesejahteraan warga untuk mencapai sebuah kawasan dengan pemukiman berkelanjutan.

Article Details

Section
Articles

References

BAWAH, K. J. T. I. (2017). ‘PLACE-MAKING’RUANG INTERAKSI SOSIAL KAMPUNG KOTA. In Prosiding

Seminar Kearifan Lokal dan Lingkungan Binaan (Vol. 25, No. 26).

Kustiwan, I., & Ramadhan, A. (2019). Strategi Peningkatan Kualitas Lingkungan Kampung-Kota dalam Rangka Pembangunan Kota yang Inklusif dan Berkelanjutan: Pembelajaran dari Kasus Kota Bandung. Journal of Regional and Rural Development Planning (Jurnal Perencanaan Pembangunan Wilayah Dan Perdesaan), 3(1), 64-84.

Khusairi, A., Nurhamida, Y., & Masturah, A. N. (2017). Sense of community dan partisipasi warga kampung wisata jodipan. Jurnal RAP (Riset Aktual Psikologi Universitas Negeri Padang), 8(1), 1-122.

Nugroho, A. C. (2009). Kampung kota sebagai sebuah titik tolak dalam membentuk urbanitas dan ruang kota berkelanjutan. Rekayasa: Jurnal Ilmiah Fakultas Teknik Universitas Lampung, 13(3), 210- 218.

Nursyahbani, R., & Pigawati, B. (2015). Kajian Karakteristik Kawasan Pemukiman Kumuh di Kampung Kota (Studi Kasus: Kampung Gandekan Semarang). Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota), 4(2), 267-281.

Noviantri, R. U., Wiranegara, H. W., & Supriatna, Y. (2019). JENIS RUANG PUBLIK DI KAMPUNG KOTA DAN SENSE OF COMMUNITY WARGANYA (KASUS: KAMPUNG KALI APURAN, JAKARTA BARAT). Jurnal Pengembangan Kota, 7(2), 191-198.

Pawitro, U., Hidayat, A., & Riany, M. (2015). Kampung Kota: Transformation Of Urban Society, Kondisi Sosial–Ekonomi Dan Permukimannya (Studi Kasus: RW-07 Blok Cidurian Utara-Padasuka-Kota Bandung).

Rubianto, L. (2018). Transformasi ruang kampung space menjadi place di kampung Tambak Asri Surabaya sebagai kampung berkelanjutan (Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Saputra, W., & Sarwadi, A. (2019). PERSEPSI PENGGUNA TERHADAP KUALITAS RUANG TERBUKA PUBLIK PELATARAN MASJID GEDHE KAUMAN MELALUI PENDEKATAN PLACEMAKING. Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA), 2(1), 1-16.

Tamariska, S. R., Lestari, A. D. E., Septania, E. N., & Ulum, M. S. (2019). Peran Ruang Komunal dalam Menciptakan Sense of Community Studi Komparasi Perumahan Terencana dan Perumahan Tidak Terencana. Jurnal Koridor, 10(1), 65-73.

Tamariska, S. R., & Ekomadyo, A. S. (2017). ‘PLACE-MAKING’RUANG INTERAKSI SOSIAL KAMPUNG

KOTA': Studi Kasus: Koridor Jalan Tubagus Ismail Bawah, Bandung. Jurnal Koridor, 8(2), 172-183.