PENATAAN KEMBALI PERMUKIMAN KUMUH SERTA PEMANFAATAN BUDIDAYA MANGROVE PADA KAWASANA MUARA ANGKE

Main Article Content

Richard Christian
Timmy Setiawan

Abstract

Muara Angke is an area in North Jakarta which is directly adjacent to the Java Sea. The Muara Angke area is declared a slum area along with all the unique architecture, spatial formations and the environment. This condition of slum settlements occurs because many low-income urbanists are looking for a place to live in more affordable suburban areas. In the end, unplanned settlements emerged and did not have infrastructure facilities which were growing naturally and uncontrollably into slums. The rearrangement of the Muara Angke area is the best way to overcome these slums to create a clean, hygienic, orderly and safe environment. In addition, the realignment of this area can also be followed by the development of the potential that exists in the Muara Angke area. On the west side of the Muara Angke area, there is a mangrove cultivation area that has the potential to be used as a new tourist attraction. Utilization of the mangrove cultivation area as a new tourist attraction does not mean changing the function of cultivation and replacing it with other functions, but rather inviting the community to learn and participate in conserving mangrove cultivation while traveling. Therefore, the realignment of the Muara Angke area will eventually solve the problem of existing slum settlements and improve the economy of this region with the addition of functions that can accommodate the community's needs for tourism.


Keywords:  Mangrove Cultivation; New Recreational; Rearrangement; Slum Areas


Abstrak


Muara Angke merupakan suatu kawasan di Jakarta Utara yang berbatasan langsung dengan laut Jawa. Kawasan Muara Angke ini dinyatakan sebagai kawasan permukiman kumuh bersamaan dengan segala keunikan arsitektur, bentukan tata ruang dan lingkungannya. Kondisi permukiman kumuh ini terjadi karena banyaknya kaum urbanis berpenghasilan rendah yang mencari tempat tinggal pada kawasan pinggir kota yang lebih terjangkau. Pada akhirnya, muncul permukiman tidak terencana dan tidak memiliki fasilitas infrastruktur yang semakin lama berkembang secara alami dan tidak terkendali menjadi permukiman kumuh. Penataan kembali kawasan Muara Angke ini merupakan jalan terbaik untuk mengatasi permukiman kumuh ini untuk menciptakan lingkungan yang bersih, higienis, tertib, dan aman. Selain itu, penataan kembali kawasan ini juga dapat diikuti dengan pengembangan potensi yang ada pada kawasan Muara Angke. Pada sisi barat kawasan Muara Angke ini terdapat kawasan budidaya mangrove yang berpotensi sekaligus dapat dimanfaatkan untuk menjadi objek wisata baru. Pemanfaatan kawasan budidaya mangrove sebagai objek wisata baru ini bukan berarti mengubah fungsi budidaya dan menggantikannya dengan fungsi lain, melainkan mengajak masyarakat untuk belajar dan ikut serta dalam melestarikan budidaya mangrove sembari berwisata. Oleh karena itu, penataan kembali kawasan Muara Angke ini pada akhirnya akan menyelesaikan permasalahan permukiman kumuh yang ada dan meningkatkan perekonomian wilayah ini dengan adanya penambahan fungsi yang dapat mewadahi kebutuhan masyarakat untuk berwisata.

Article Details

Section
Articles

References

Andrey, C., Galera, H., Cabido, J., & Wu, W. (2014). New trends in the outdoor hospitality industry. HES-SO Valais.

Ar, V. (1992). Majalah Konstruksi. Jakarta: PT Tren Pembangunan.

Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Utara. (2020). Retrieved from www.jakutkota.bps.go.id

Budiharjo, E. (1983). Arsitektur dan Kota di Indonesia. Bandung: Alumni.

Glamping Meaning. (2017). Cambridge Dictionary.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2021, November 20). Retrieved from www.ciptakarya.pu.go.id

Lee, M. H. (2011). Migration and Children's Welfare in China : The Schooling. The Journal of Developing Areas, 165-182.

Lerner, J. (2003). Urban Acupunture. Brasil: Record; 1st edition.

Mantra, I. B. (2008). Kependudukan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 22/PRT/M/2014 Tahun 2014. (2021, November 20). Retrieved from www.peraturan.bpk.go.id

Rindarjono. (2013). Slum kajian Permukiman Kumuh Dalam Perspektif Spasial. Yogyakarta: Media Perkasa.

Rosenfield, K. (2015, Aug 2015). GA Designs Radical Shipping Container Skyscraper for Mumbai Slum.

Roth, S. R. (2021, July 19). Studio-MLA Will Lead a Major Riverfront Development in Riverside, California.

Rukayah, R. S., & Malik, A. (2012). Between Colonial, Moslem, and PostIndependence Era, Which Layer of Urban Patterns should be Conserved? Procedia - Social and Behavioral Sciences, 68, 775-789.

Site, I. C. (1981). Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance. Australia: ICOMOS.

Soekadijo, R. G. (1997). Anatomi Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Surtiani. (2006). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terciptanya Kawasan Permukiman Kumuh di Kawasan Pusat Kota. Semarang.

Todaro, M. P. (2006). Economic Development. Seventh Edition. New York, Addition Wesley Longman, Inc.

Venturi, R. (1966). Complexity and Contradiction in Architecture. New York: MoMa.

Yunanto, Y. (2017). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Disiplin Kerja Karyawan Biro Administrasi Umum Terhadap Kepuasan Mahasiswa. 99-104.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Keliki Valley Tent. (n.d.). Retrieved from Capella Hotels: https://capellahotels.com/en/capella-ubud/accommodation/keliki-valley-retreat

Penginapan Unik Bergaya Turisme Nomaden Bobocabin di Cikole Lembang. (n.d.). Retrieved from National Geographic Indonesia: https://nationalgeographic.grid.id/read/132685696/penginapan-unik-bergaya-turisme-nomaden-bobocabin-di-cikole-lembang?page=all

The Waterfront / AART Architects + Kraftværk. (2015, June 7). Retrieved from ArchDaily: https://www.archdaily.com/636279/the-waterfront-aart-architects-kraftvaerk