PERAN AKUPUNKTUR PERKOTAAN DALAM MENGHIDUPKAN KAWASAN KULINER PECENONGAN

Main Article Content

Shangrila Puan Charisma
Sutarki Sutisna

Abstract

Technology development and city urbanization lead to a shift in activity and habit. Traditional value starts to change become modern value and trend. Because of the shifting, there will be disadvantageous towards certain society, which are lower middle class society. Lower-middle class society don't have the chance to follow the trend changes because lack of financial ability. Because of that case, their continuity become difficult. For example, street-culinary vendors start to find it difficult to find the comfortable typology for their activities. As a result, using the pedestrian or street illegally by this certain class can cause the discomfort. This distrubance can cause traditional value degrades, even causing identity lost. Region that maintain the continuity of traditional value will have the uniqueness and make that region interesting to be visited. This will give attraction for vibrant community and continuity. Pecenongan Area is famous for its traditional culinary which characteristic are tent shop and cadger. But as time goes by, the quantity of the seller and visitors started to decrease. This is the concrete shape of culinary identity that degrades. In case of that, urban acupuncture's role is needed to revitalize the traditional identity for Pecenongan Area that focus on culinary gradation.


Keywords: degradation; street culinary vendors; traditional; urban acupuncture


Abstrak


Perkembangan teknologi dan urbanisasi di kota metropolitan menyebabkan pergeseran aktivitas dan kebiasaan. Perlahan sesuatu yang tradisional mulai tergantikan dengan suatu terbaru atau tren lainnya. Di dalam pergeseran, selalu ada yang dampak yang diberikan kepada masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat menengah ke bawah tidak memiliki kesempatan untuk mengikuti perubahan tren yang membutuhkan lebih banyak modal. Oleh sebab itu, keberlangsungan masyarakat menengah ke bawah sangat sulit. Misalnya, pedagang kuliner jalanan yang mulai sulit menemukan tipologi ruang yang cocok untuk mereka. Alhasil, pemanfaatan ruang pedestrian atau jalanan oleh kelompok ini menyebabkan ketidaknyamanan. Hambatan ini dapat menyebabkan budaya tradisional mengalami degradasi, bahkan menimbulkan kehilangan identitas tradisional wilayah tersebut. Suatu wilayah yang masih mempertahankan nilai tradisionalnya akan memiliki keunikan yang menjadikan wilayah tersebut memiliki citra dan atraksi yang menarik untuk dikunjungi sehingga memberikan ruang komunitas yang hidup dan berkelanjutan. Kawasan Pecenongan pada masanya terkenal dengan identitas kuliner tradisional berupa kuliner jalanan dengan bentuk warung tenda atau pedagang kaki lima. Namun seiring berjalannya waktu, kuantitas pedagang dan pengunjung di Kawasan Pecenongan mulai berkurang. Hal ini merupakan bentuk degradasi identitas kuliner yang konkrit terjadi. Oleh sebab itu, dibutuhkan pergerakan akupunktur perkotaan untuk menghidupkan identitas tradisional yang mengalami degradasi di Kawasan Pecenongan dengan fokus gradasi kuliner Kawasan Pecenongan.

Article Details

Section
Articles

References

Lerner, J. (2016). Urban Acupuncture (Illustrated ed.). Island Press.

Lefebvre, H. (1992). The Production of Space. Wiley.

M., Z. H. (2012). Dua ratus dua belas asal-usul Djakarta tempo doeloe. Amsterdam University Press.

Rahman, F. (2016). Jejak Rasa Nusantara: Sejarah Makanan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Universitas Tarumanagara.

Utami, S. (2018). Kuliner Sebagai Identitas Budaya: Perspektif Komunikasi Lintas Budaya. CoverAge: Journal of Strategic Communication, 8(2), 36–44. https://doi.org/10.35814/coverage.v8i2.588

Ganie, S. N. (2010, December 19). The 5 feet story of Thomas Stamford Raffles. The Jakarta Post. https://www.thejakartapost.com/news/2010/12/19/the-5-feet-story-thomas-stamford-raffles.html.