REVITALISASI AREA POLDER TAWANG SEBAGAI UPAYA MENGHIDUPKAN KEMBALI KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG
Main Article Content
Abstract
The Old Town of Semarang, which is nicknamed Little Netherland, is a relic area of the Dutch colonial era where in ancient times it was the center of government, offices and trade with its location surrounded by canals. This area has architectural values of cultural heritage, but the management of the Dutch colonial buildings around Tawang station is still largely unused, damaged, and abandoned. The Tawang Polder area in the Old Town area of Semarang, Indonesia, is one of the parts that is experiencing degradation, because a series of Cultural Conservation buildings on Jalan Merak are not maintained and have not been revitalized, become an area prone to waterlogging, and is also known as a gloomy area (red light). /Prostitution). Therefore, the Tawang polder area deserves to be revitalized using the urban acupuncture method. The goal is to help repair and revive the Semarang Old Town Area. Community development is used as the basis for the concept of designing using the Urban Acupuncture method. In the process of searching for data, it is done by tracing, especially for physical data. Community Development theory is expected to find patterns and spatial arrangements that can accommodate culinary tourism. The results achieved can find spaces with large dimensions that are able to accommodate various patterns of activity and participation from flood disasters. Architectural results using the Community Development theory are able to improve the regional economy while maintaining the cultural heritage of the Old City of Semarang.
Keywords : Cultural heritage; Semarang Old Town; Tawang Polder; Revitalization
Abstrak
Kota Lama Semarang yang mendapat julukan Little Netherland merupakan kawasan peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda dimana zaman dahulu merupakan kawasan pusat pemerintahan, perkantoran dan perdagangan dengan lokasinya dikelilingi kanal-kanal. Kawasan ini memiliki nilai arsitektur cagar budaya, namun tata kelola bangunan kolonial Belanda di sekitar stasiun Tawang masih banyak yang tidak dimanfaatkan, rusak, dan terbengkalai. Area Polder Tawang pada Kawasan Kota Lama Semarang, Indonesia, menjadi salah satu bagian yang mengalami degradasi, karena sederet bangunan Cagar Budaya di Jalan Merak yang tidak terawat dan belum di Revitalisasi, menjadi area rawan tergenang air, dan juga terkenal sebagai area suram (red light/Prostitusi). Oleh karena itu, pada area polder tawang ini layak diRevitalisasi dengan metode urban acupuncture. Tujuannya untuk membantu memperbaiki dan menghidupkan kembali Kawasan Kota Lama Semarang. Community development dijadikan sebagai basis konsep dalam merancang yang menggunakan metode Urban Acupuncture. Dalam proses pencarian data dilakukan dengan cara tracing khususnya untuk data-data fisik. Teori Community Development diharapkan dapat menemukan pola dan penataan ruang yang mampu menampung wisata kuliner. Hasil yang dicapai dapat menemukan ruang-ruang dengan dimensi besar yang mampu menampung berbagai macam pola aktivitas dan perantisipasi dari bencana banjir. Hasil Arsitektur menggunakan teori Community Development mampu meningkatkan perekonomian kawasan sekaligus mempertahankan warisan budaya Kota Lama Semarang.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur/ STUPA Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International LicenseReferences
Adit, G. (2015). Kajian Implementasi Program Revitalisasi Kawasan Kota Lama Sebagai Kawasan Pariwisata Di Kota Semarang.
Bachman, H., & Ammann,W. (1987). Vibrations in Structures Induced by Man and Machines. Zurich: International Association for Bridge and Structural Engineering.
BAPPEDA (2011). Grand Design Kota Lama Tahun 2011 (Buku III) Laporan Akhir. Semarang: CV.Rekayasa Jati Mandiri.
BAPPEDA (2011). Grand Design Kota Lama Tahun 2011 (Buku II) Buku Antara. Semarang : CV. Rekayasa Jati Mandiri
BAPPEDA (2016). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Semarang Tahun 2016-2021
Bata,M.(1971).Effect on buildings of vibrations caused by traffic. Building Science,6(4),221-246
Budiharjo, E, 1991, Arsitektur dan Kota di Indonesia,Gajah Mada University Press
Danisworo, M, 1988, Konseptualisasi, Gagasan, dan Upaya Penanganan Proyek Peremajaan Kota: Pembangunan Kembali sebagai Fokus, Jurusan Arsitektur ITB, Bandung
Grahadwiswara, Agastya. Dkk. (2014). Pengelolaan Kawasan Kota Lama Semarang Sebagai Salah Satu Kawasan Pariwisata Di Kota Semarang. Journal Of Public Policy And Management Review. Vol 3 halaman 4 tahun 2014
Harani, A, Hermin, W, dan Yasmina, N, 2015, Kajian Keaktifan kawasan kota lama Semarang berdasarkan aktifitas pengguna, Jurnal Modul,Vol. 15 no. 2, Semarang
Kementrian Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor:Kep – 49 / MENLH / 11 / 1996 tentang Baku Tingkat Getaran., (1996)
Pratama, M. S. Y. dan Edi P. (2021), KAJIAN TERHADAP REVITALISASI KOTA LAMA SEMARANG TAHUN 2020.Vol. 5 No.1, Maret 2021
Rainer,J.H. (1982).effect of Vibrations on Historic Buildings: An Overview. Bulletin of the Association for Preservation Technology, 14(1),2.
Ratih, S. Dkk. (2017), Pelestarian Dan Pengembangan Kawasan Kota Lama Sebagai Landasan Budaya Kota Semarang. MODUL Vol.17 No.1 Januari-Juni 2017
Shirvani, H . (1985). The Urban Design Process
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
UU No. 11 Tahun 2010 Pasal 19 tentang Cagar Budaya
UNESCO. (2015). Tentative list, Semarang old town.