MODERN SNEES: MENGEMBALIKAN CITRA KAWASAN SENEN YANG MENGALAMI DEGRADASI DENGAN STRATEGI URBAN ACUPUNCTURE

Main Article Content

Adhitya Jonathan
Yunita Ardianti Sabtalistia

Abstract

Senen is an area that has existed since the Dutch colonial era and mapped to be the largest trade and arts area in Jakarta. There is Pasar Senen, which supports buying and selling activities and there is an association of artists to carry out art activities. But over time, Senen experienced a very drastic decline. There were frequent fires, high crime rates and riots in 1998. The government has tried to overcome this degradation through rejuvenating city facilities and infrastructure, but it has not been able to attract public interest. So a local intervention is needed through the urban acupuncture method, in this case to restore the image of the Senen area as in the past, namely as a trade and arts area. The design of the building was made by emphasizing 3 concepts, triangle, environmentally friendly, ease of outdoor and indoor accessibility. The building mass is dominated by shapes that resemble triangles, both inside and outside the building. The greening of buildings will also be very concerned considering the few green areas in the Senen area. The benefit to be gained from making this project is the return of the image of the Senen area to the past as a trade and arts area in Jakarta and grow the economy in the Senen area. The result is an architecture product named Modern Snees which is a place for shopping, dining and art galleries around the Senen area and Jakarta.


Keywords:  accessibility; art and trading; collective memory; environmentally friendly; triangle


Abstrak


Kawasan Senen merupakan sebuah kawasan yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan dipetakan menjadi kawasan perdagangan dan kesenian terbesar di ibukota. Terdapat Pasar Senen, yang menunjang aktivitas jual beli dan terdapat sebuah perkumpulan para seniman untuk melakukan aktivitas seni. Tetapi seiring berjalannya waktu, kawasan Senen mengalami kemunduran yang sangat drastis. Mulai sering terjadinya kebakaran, tingkat kriminalitas yang tinggi dan kerusuhan tahun 1998. Pemerintah sudah berupaya untuk menanggulangi degradasi ini melalui peremajaan fasilitas dan infrastruktur kota, tetapi tetap belum dapat menarik minat masyarakat. Maka diperlukan sebuah intervensi lokal melalui metode urban akupunktur, dalam hal ini untuk mengembalikan citra kawasan Senen seperti di masa lalu yaitu sebagai kawasan perdagangan dan kesenian. Rancangan bangunan dibuat dengan mementingkan 3 konsep yaitu segitiga, ramah lingkungan, kemudahan aksesibilitas luar dan dalam ruangan. Untuk massa bangunan didominasi oleh bentuk-bentuk yang menyerupai segitiga, baik itu di dalam ruangan maupun pada bagian luar bangunan. Penghijauan pada bangunan juga akan sangat diperhatikan mengingat sedikitnya  daerah hijau di kawasan Senen.  Manfaat yang ingin diraih dari pembuatan proyek ini adalah kembalinya citra kawasan Senen ke masa lalu sebagai kawasan perdagangan dan kesenian di ibukota dan tentunya akan menumbuhkan perekonomian pada kawasan Senen. Hasilnya adalah produk arsitektur  Modern Snees yang merupakan sebuah tempat belanja, tempat makan dan galeri kesenian seputar kawasan Senen dan ibukota.

Article Details

Section
Articles

References

Gehl, J. (2011). Life Between Buildings : Using Public Space. Washington: Island Press.

Kecamatan Senen Dalam Angka 2021. (2021). Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Pusat.

Lerner, J. (2016). Urban Acupuncture: Celebrating Principles of Change That Enrich City Life. Island Press.

Oldenburg, R. (1989). The Great Good Place. Paragon House.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Universitas Tarumanagara.