MENGHIDUPKAN KEMBALI JALAN JAKSA DENGAN JARINGAN PENGINAPAN, KULINER, SENI, DAN RUANG KERJA BERSAMA

Main Article Content

Dominicus Raynard
Agustinus Sutanto

Abstract

Jaksa Street used to known as a destination for foreign tourists with low budgets to find cheap accommodation with a hostel concept. Low cost lodging offered an unforgettable experience and impression for the tourists. As time goes by, the popularity of Jaksa Street is increasing, making local people following the surrounding buildings, and turning their homes as cheap lodging for tourists. At its peak, tourists are even willing to sleep with simple facilities in order to get cheap lodging.However, the conditions are different today, where Jaksa Street has lost its image as a tourist destination and cheap accommodation for tourists. Several incidents of financial crisis and bombings that have occurred have caused the number of tourists to drop and Jaksa Street is slowly starting to be forgotten. The presence of new tourist attractions also makes Jaksa Street unable to compete with other tourist destination due to a lack of innovation. Its strategic location with various tourist destinations does not help to attract the attention of tourists today. Through this urban acupuncture project, Jaksa Street can have a new attractor and can restore its glory which is currently fading. Its strategic location and the unique history of this road as  the  destination for cheap lodging creates its own uniqueness in the middle of the Jakarta city which keep developing. In this project, urban acupuncture is carried out by renewing the concept of lodging and dining as well as adding co-working space as a new program. The new concept of lodging combined the conventional type hotel with capsule hotels. The dining area is made with the concept of a food court which consists of various types of different food stalls with a semi-outdoor dining area and is surrounded by a garden as a response to the tropical climate. Art elements also included as an additional attraction by creating an art stage that can be used for musical, singing, and dancing performances.


Keywords: Jaksa Street; Tourist; Urban Acupuncture


Abstrak


Dahulu Jalan Jaksa dikenal sebagai tempat tujuan bagi wisatawan asing dengan anggaran rendah untuk mencari penginapan murah dengan konsep hostel. Penginapan murah yang ditawarkan memberi pengalaman dan kesan yang tidak terlupakan bagi para turis wisatawan. Seiring berjalannya waktu, kepopuleran Jalan Jaksa semakin meningkat membuat masyarakat setempat mengikuti jejak bangunan sekitarnya yang sudah terlebih dahulu menjadikan rumah mereka sebagai penginapan murah untuk para wisatawan. Pada masa puncaknya, para wisatawan bahkan rela tidur dengan fasilitas seadanya demi mendapatkan penginapan yang murah. Namun kondisi tersebut sudah berbeda saat ini, dimana Jalan Jaksa kehilangan citranya sebagai tujuan wisata dan penginapan murah bagi wisatawan. Beberapa peristiwa krisis keuangan dan pengeboman yang pernah terjadi membuat jumlah wisatawan sempat turun dan perlahan Jalan Jaksa mulai dilupakan. Kehadiran tempat-tempat wisata baru juga membuat Jalan Jaksa semakin tertinggal karena kurangnya inovasi. Lokasinya yang strategis dengan berbagai tujuan wisata tidak mampu menarik perhatian para wisatawan saat ini. Melalui proyek akupuntur perkotaan ini, Jalan Jaksa diharapkan dapat memiliki daya tarik baru serta bisa mengembalikan kejayaannya yang saat ini meredup. Letaknya yang strategis dan sejarah jalan ini yang unik karena menjadi pusat  dan tujuan penginapan murah menjadi keunikan sendiri di tengah kota Jakarta yang terus berkembang. Pada proyek ini, urban acupuncture dilakukan dengan pembaharuan konsep penginapan dan tempat makan serta penambahan program baru yaitu ruang bekerja bersama. Konsep baru pada penginapan dilakukan dengan menggabungkan penginapan jenis hotel konvensional dengan hotel kapsul. Tempat makan dibuat dengan konsep food court yang terdiri dari beragam jenis kios makanan berbeda dengan area makan yang dibuat semi outdoor dan dikelilingi dengan taman sebagai respon dari iklim tropis. Unsur seni juga dimasukan sebagai daya tarik tambahan dengan membuat panggung seni yang dapat digunakan untuk pertunjukan musik, bernyanyi, tarian, dan sebagainya.

Article Details

Section
Articles

References

Asdhiana, I. M. (2014). Jalan Jaksa, Jejak Pariwisata Jakarta. Diunduh 29 Juni 2022 dari Kompas.com:https://travel.kompas.com/read/2014/10/05/134500527/Jalan.Jaksa.Jejak.Pariwisata.Jakarta?page=all

Baskoro, B. (2010). Wisata Kota Jalan Jaksa : Sebuah Kajian Sosiologi Pariwisata. Depok: Koekoesan.

Haristianti, V., & Pratiwi, W. D. (2020). Transformasi Spasial Hunian Pada Eks-Backpacker Enclaves Studi Kasus: Jalan Jaksa, Jakarta Pusat. Jurnal RUAS, 52-61.

Hidayat, M. R. (2019). Sempat Jadi Primadona Para Turis, Begini Nasib Jalan Jaksa Sekarang. Diunduh 29 Juni dari Tribunjakarta.com: https://jakarta.tribunnews.com/2019/04/13/sempat-jadi-primadona-para-turis-begini-nasib-jalan-jaksa-sekarang

Lerner, J. (2003). Urban Acupuncture. In J. Lerner, Urban Acupuncture. Island City.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

SK Menparpostel No.KM 94/HK 103/MPPT-87. Diunduh 15 Agustus 2022 dari https://jdih.kemenparekraf.go.id/asset/data_puu/regulation_subject_1567753049_km94hk103mppt_87.pdf

Tschumi, B. (1994). Architecture and Disjunction. Cambridge: MIT Press.