INTERVENSI SPASIAL ARSITEKTUR KESEHARIAN DALAM MENGHIDUPKAN KEMBALI KAWASAN JALAN JAKSA

Main Article Content

Gabriela Azaria
Olga Nauli Komala

Abstract

Jaksa Street is one of the streets in the capital city, which was once a residence for law academy students and developed into a night tourism area. This road then has become a transit point for exploring Indonesia, a place for interaction and cultural exchanges. However, as time goes by, especially starting from 1998s, Jaksa Street's life began to fade due to several factors including: the monetary crisis, followed by acts of terrorism, as well as virus pandemic. In addition, the degredation is also supported by the unavailability of parking which makes it difficult to compete. One of the setbacks of Jaksa Street from spatial perspective can be seen in the streetscape with abandoned, rented, sold, and stalled lands, and its setback movement. Thus we need an attraction that can generate and revive regional activities. The purpose of this study is to identify the daily activities of Jaksa Street in order to become a generator for spatial continuity and regional movement. The research method uses qualitative analysis – synthesis methods. Design method use urban acupuncture method emphasising on regional continuity. Design process uses the everyday method to see daily life of Jaksa Street. The conclusion of design results in a cultural and entertainment hub as a gateway for visitors from tiredness of the surrounding work area by applying 6 types of idea modules as an exploration result from daily activities around Jaksa Street.


Keywords: Betawi; Cultural Entertainment; Everyday; Jaksa Street; Urban Acupuncture


Abstrak


Jalan Jaksa merupakan salah satu jalan di pusat ibukota yang dahulunya merupakan tempat menetapnya mahasiswa akademi hukum dan selanjutnya berkembang menjadi kawasan wisata malam. Jalan ini kemudian mengalami peningkatan menjadi titik transit untuk menjelajahi Indonesia, tempat interaksi, dan pertukaran budaya. Namun seiring berkembangnya zaman, terutama mulai tahun 1998 – an, kehidupan Jalan Jaksa semakin memudar dikarenakan beberapa faktor yang meliputi : krisis moneter, diikuti aksi terorisme, serta pandemi virus. Selain itu, kemerosotan ini didukung juga oleh tidak tersedianya area parkir sehingga kawasan menjadi sulit bersaing. Salah satu kemunduran Jalan Jaksa dari segi spasialnya terlihat pada streetscape kawasan dengan lahan – lahan terbengkalai, disewakan, dijual, dan mangkrak, serta pergerakannya yang semakin lama semakin sepi. Dengan demikian dibutuhkan sebuah daya tarik yang dapat menggerakan dan membangkitkan kembali aktivitas kawasan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi aktivitas keseharian Jalan Jaksa guna menjadi generator bagi kontinuitas spasial dan pergerakan kawasan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif analisis – sintesis. Metode perancangan menggunakan metode urban acupuncture dengan menekankan pada kontinuitas kawasan. Proses perancangan menggunakan metode desain keseharian untuk melihat kehidupan sehari – hari Jalan Jaksa. Kesimpulan hasil perancangan menghasilkan sebuah cultural and entertainment hub sebagai gateway pengunjung dari rasa penat kawasaan kerja di sekitarnya dengan menerapkan 6 tipe modul ide hasil ekplorasi aktivitas keseharian sekitar Jalan Jaksa.

Article Details

Section
Articles

References

Ashadi, A. (2020, July 1). POSITIONING ARCHITECTURE IN CULTURE. DIMENSI: Journal of Architecture and Built Environment, 47, 27-34. doi:10.9744/dimensi.47.1.27-34

Baskoro, B. (2010). Wisata kota Jalan Jaksa: sebuah kajian sosiologi pariwisata. Penerbit Koekoesan.

Blackshaw, T. (2010). Leisure.

Casagrande, M. (2016). From Urban Acupuncture to The Third Generation City. Journal of Biourbanism, 29-42. Diambil kembali dari http://casagrandetext.blogspot.com/2016/09/from-urban-acupuncture-to-third.html

Certeau, M. d. (1984). The Practice of Everyday Life. (A. d. fair, Trans.)

Haristianti, V., & Pratiwi, W. D. (2020, Juni 1). Transformasi Spasial Hunian Pada Eks-Backpacker EnclavesStudi Kasus: Jalan Jaksa, Jakarta Pusat. Jurnal RUAS, 18, 52-63. Diambil kembali dari https://www.researchgate.net/publication/343343588_Transformasi_Spasial_Hunian_Pada_Eks-Backpacker_Enclaves_Studi_Kasus_Jalan_Jaksa_Jakarta_Pusat

Hillier, B., Penn, A., Hanson, J., Grajewski, T., & Xu, J. (1993). Natural Movement: or, configuration and attrction in urban pedestrian movement. Environment and Planning B : Planning and Design, 20, 29-66. Diambil kembali dari https://discovery.ucl.ac.uk/id/eprint/1398/1/hillier-etal-1993_NaturalMovement.pdf

Konzal, A. W. (2011). Entertainment Architecture. Diambil kembali dari https://eprints.qut.edu.au/50489/1/Adalbert_Konzal_Thesis.pdf

Lerner, J. (2014). Urban Acupuncture. In J. Lerner, Urban Acupuncture (M. Margolis, P. Muello, & A. Daher, Trans.). Washington DC: Island Press.

Nassar, U. A. (2021). Urban Acupuncture in Large Cities: Filtering. Journal of Contemporary Urban Affairs, pages 1– 18.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta.

University of Minnesota. (2019 ). Culture. Diambil kembali dari Center For Advanced Research on Lnguage Acquisition : https://carla.umn.edu/culture/definitions.html