TEMPAT PENGOLAHAN PERIKANAN ADAPTIF DI PASAR IKAN MUARA ANGKE, JAKARTA

Main Article Content

Christopher Julio Kurniawan
James Erich D. Rilatupa

Abstract

DKI Jakarta is predicted to sink in 2050 which causes frequent tidal floods. The area of North Jakarta which borders the sea has a major impact on sea level rise.The Fish Market in Muara Angke is located in Penjaringan,Jakarta.The Notrch,which is the place for processing the fishery sector,often gets tidal floods that cannot be predicted when it will come.Whereas in Muara Angke almost the majority of the population works in the fishery sector and this area has great potential for development.In addition,the Muara Angke area is famous for processing fisheries into processed products,especially dried fish,but the process still uses conventional methods,namely relying on direct sunlight.The author will use the Urban Acupuncture approach to identify problems in architectural design in an effort to create Fish Market buildings and fish processing places that are able to adapt to the environment and pay attention to the locality of the existing area with structural design,use of sustainable technology and material selection and design programs which can support the sustainability of trade and services to increase the role of the fish market in the Muara Angke area so that in the future it can develop and be able to adapt to areas that often occur during floods.ebb and flow of sea water.The method used is to study literature studies,collect data with electronic media sources to understand the project and the author also conducts field surveys to collect data that becomes the design guideline.


Keywords: Adaptive Architecture; Fish Market; Fish Processing; Localicm; Urban Acupuncture


Abstrak


DKI Jakarta di prediksi akan tenggelam pada tahun 2050 yang menyebabkan sering kali terjadinya banjir pasang surut air laut.Daerah Jakarta Utara yang berbatasan dengan laut ini mempunyai dampak yang besar terhadap kenaikan permukaan air laut tersebut.Pasar Ikan di Muara Angke terletak pada Kecamatan Penjaringan,Jakarta Utara yang merupakan tempat pengolahan sektor perikanan ini sering kali mendapatkan banjir pasang surut air laut yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya.Padahal di Muara Angke hampir mayoritas penduduknya bekerja dalam sektor perikanan dan kawasan ini mempunyai potensi besar dalam perkembangannya. Selain itu Kawasan Muara Angke terkenal dengan tempat pengolahan perikanan menjadi produk olahan terutama ikan kering,namun prosesnya masih menggunakan cara konvensional yaitu mengandalkan sinar matahari langsung.Banjir telah menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan menyebabkan kondisi Pasar Ikan yang di gunakan sebagai fasilitas masyarakat untuk berjualan menjadi terganggu.Penulis akan menggunakan pendekatan Akupuntur Perkotaan untuk mengidentifikasi masalah-masalah pada perancangan arsitektur dalam upaya menciptakan bangunan Pasar Ikan dan tempat pengolahan perikanan yang mampu beradaptasi pada lingkungan dan memperhatikan lokalitas kawasan yang ada dengan rancangan struktur,penggunaan teknologi berkelanjutan dan pemilihan material serta merancang program-program yang dapat mendukung keberlangsungan perdagangan dan jasa untuk meningkatkan peran pasar ikan di Kawasan Muara Angke ini agar kedepannya dapat berkembang dan dapat beradaptasi dengan kawasan yang sering terjadi banjir pasang surut air laut.Metode yang digunakan adalah dengan mempelajari studi literatur,pengumpulan data dengan sumber media elektronik untuk memahami proyek serta penulis juga melakukan survey lapangan untuk pengumpulan data yang menjadi pedoman perancangan.

Article Details

Section
Articles

References

Antariksa (2016). Konteks Kekinian Arsitektur dalam Melihat Arsitektur Nusantara. Seminar Nasional Semesta Arsitektur Nusantara IV. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang 17- 18 November.

Ahmad, I 2020, Kisah warga Muara Angke hadapi banjir rob dan risiko karam, Republika, diunduh 13 September 2021, < https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200610152026-20-511885/kisah-warga-muara-angke-hadapi-banjir-rob-dan-risiko-karam;.

Gilang, A 2021, Nelayan Muara Angke berharap segera dapat mata pencaharian, Republika, diakses 13 September 2021, <https://republika.co.id/berita/qqh11k456/nelayan-muara-angke-berharap-segera-dapat-mata-pencarian;.

Hidayatun, M.I., Prijotomo, J. & Rachmawati, M. (2014). Arsitektur di Indonesia dalam Perkembangan Jaman, Sebuah gagasan untuk Jati Diri Arsitektur di Indonesia.

http://repository.petra.ac.id/16632/1/Publikasi1_85012_1436.pdf (Diakses 11 Desember 2016)

Lerner, J.(2003).Urban Acupuncture celebrating pinpricks of change that enrich city lifes .washington.Island Press.

Pangarsa, G. W., (2006) Merah Putih Arsitektur Nusantara. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta.

PDSPKP, peraturan direktur jendral. (2013). Peraturan Direktorat Jenderal Kelautan. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Peraturan Presiden RI No. 112. (2007). Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. Peraturan Presiden Republik Indonesia, 1, 22.<https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/42157/perpres-no-112- tahun-2007;.

Ridwan, N.A. (2007). Landasan Keilmuan Kearifan Lokal. Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol.5, (1), 27-38.

Schnädelbach ,H. (2010). Adaptive Architecture: A Conceptual Framework. Media City: Interaction of Architecture,Media and Social Phenomena, January 2010, 532-555.

SNI. (2013). SNI 2729:2013 Ikan Segar. Badan Standarisasi Nasional, 1–15.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta.