PENATAAN KEMBALI PASAR BARANG ANTIK DI JALAN SURABAYA MELALUI PENDEKATAN SHOPPING BEHAVIOR GENERASI MILENIAL

Main Article Content

Lisa Natalia
Tony Winata

Abstract

On Jalan Surabaya, there are rows of stalls which are the center of famous antiques since 1960. The prestige of this market is quite respected because it has managed to penetrate the tourists, officials, celebrities or foreign and domestic coverage. As a result, the regional income was quite high. However, since the bombings that occurred in 2003 to 2016 in Jakarta, the number of these groups has decreased. Plus, the style of goods is getting more modern and shopping trends are starting to develop online, which makes the current generation, namely the millennial generation, more accustomed to things that are modern and in accordance with today's times. Antique enthusiasts have become few, as well as the continuity of the market's memory which is fading. This degradation is not the first. In the past, this market was more shabby, but was immediately brought under control by Governor Ali Sadikin. Thanks to this, the prestige of the market and Jalan Surabaya became famous through word of mouth promotion. This strategy that the author is trying to borrow is to revive the antiques market, by using a design approach based on millennial shopping behavior, so that the current antique market gets the focus of new visitors. Not only that, the everydayness design method also enhances the design. By adhering to local regulations, Menteng's visions and missions and the everyday culture of Jalan Surabaya, making the antiques market a better market, recreational facility and gathering space for the public, especially the millennial generation, in an effort to provide urban acupuncture.


Keywords: Antiques; Menteng; Millennials; Urban Acupuncture


Abstrak


Di Jalan Surabaya, terdapat deretan kios yang merupakan pusat barang antik yang terkenal sejak 1960. Pamor pasar ini cukup disegani karena berhasil menembus kalangan turis, pejabat, selebriti ataupun liputan luar dan dalam negeri. Dengan demikian, pemasukan dana daerah saat itu cukup meningkat. Namun, sejak pengeboman yang terjadi pada 2003 hingga 2016 di Jakarta, kalangan tersebut menurun kedatangannya. Ditambah juga, gaya barang semakin modern dan tren belanja mulai berkembang secara online, yang membuat generasi saat ini yaitu generasi milenial, lebih terbiasa dengan hal yang bersifat modern dan sesuai dengan zaman sekarang. Peminat barang antik menjadi sedikit, begitu juga dengan keberlangsungan memori pasar yang semkain memudar. Degradasi ini bukan yang pertama. Dulunya pasar ini pernah lebih kumuh, namun segera ditertibkan oleh Gubernur Ali Sadikin. Berkat hal itu, pamor pasar dan Jalan Surabaya menjadi terkenal lewat promosi mulut ke mulut. Strategi ini yang coba penulis pinjam guna meramaikan kembali pasar barang antik, dengan cara menggunakan pendekatan desain berbasis perilaku belanja milenial, supaya pasar antik yang sekarang mendapat fokus kalangan pengunjung yang baru. Tidak hanya itu, metode desain keseharian juga turut menyempurkan rancangan. Dengan mengikuti batasan peraturan setempat, visi-misi Menteng dan budaya sehari-hari Jalan Surabaya, membuat pasar barang antik menjadi pasar, sarana rekreasi dan ruang berkumpul yang lebih baik bagi publik, terutama generasi milenial, dalam upaya memberi penyembuhan urban akupunktur.

Article Details

Section
Articles

References

Alnoza, M. (2020). Perkembangan Permukiman Menteng Jakarta Pada Masa Kolonial (1910-1942): Sebuah Analisis Jangkauan Wilayah. ISTORIA: Jurnal Pendidikan dan Sejarah, 16(2).

Arshavin. (2022, Juni 24). NNC Cermin Bangsa. Retrieved April 8, 2022, from https://www.netralnews.com

D R Darmawati, W. S. (2020). Citizen’s Sense of Place in Menteng Subdistrict. Indonesia: IOP Publisher Ltd

Daryanto, B. (2012). Konservasi Kawasan Menteng. Journal of Architecture, 1(2), 83-95.

Dwi, F. (2019, Mei 17). Kumparan Bisnis. Retrieved from Kumparan Bisnis: https://kumparan.com

Environment and Planning: Planning and Design, 20(1), 29-66.

Hillier. (1993). Natural Movement: Or, Configuration and Attraction in Urban Pedestrian Movement.

Hutabarat, F. (2017, November 3). Kumparan. Retrieved from Kumparan: https://kumparan.comLerner, J. (2003). Urban Acupuncture. London: Island Press.

Keller, H. (2019, November 6). House Beautiful. Retrieved from House Beautiful: https://www.housebeautiful.com

Makki, S. (2015, Juni 22). CNN Indonesia. (PT Trans News Corpora) Retrieved April 5, 2022, from https://www.cnnindonesia.com

Nabila, N. (2021). The Concept Of Garden City And Its Relevancy in Modern City Planning. Southeast University Journal of Architecture, 1(1), 1-7.

Nadhil Tamimi, e. a. (2020). Tipologi Arsitektur Kolonial di Indonesia. Vitruvian Jurnal Arsitektur, 10(1), 45-52.

Nasar, U. A. (2021). Urban Acupuncture in Large Cities: Filtering Framework to Select Sensitive Urban Spots in Riyadh for Effective Urban Renewal. Journal of Contemporary Urban Affairs, 5(1), 1- 18.

Pemprov. (2017). Pelestarian dan Pemanfaatan Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya. Peraturan Daerah.

Pemugaran. (2013). Kajian Evaluasi Lokasi Pemugaran. Jakarta: Dinas Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta.

Poesoro, A. (2007). Pasar Tradisional di Era Persaingan Global. Jakarta: SMERU Research Institute.

Prastiwi, D. (2018, Juli 28). Liputan6. Retrieved from https://www.liputan6.com/news/read/3602719/denyut-pasar-antik-jalan-surabaya-yang-mulai-ditinggal-turis-mancanegara

Rasputri, H. (2020, Mei 13). Kumparan Travel. (PT Kumparan Harapan Baru) Retrieved April 5, 2022, from https://kumparan.com

Rinaldi, I. (2018, Februari 3). Kompasiana. Retrieved from Kompasiana:

https://www.kompasiana.com/irwanrinaldi/5a6fff585e137330941be514/pamor-pasar- barang-antik-jalan-surabaya-makin-turun

Sacramone, M. T. (2021). Urban Acupuncture: A Future-Proof Framework For Cities. The University of Edinburgh.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara. William, R. P. (2020). Indonesia Millennial Report 2020. Jakarta: IDN Media.