AKUATORIUM: MENUJU ALTERNATIF KREMASI YANG LEBIH HIJAU

Main Article Content

Jeremy Edbert Jingga
Sutarki Sutisna

Abstract

Masyarakat Indonesia sangat heterogen sehingga masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis adat istiadat dan tradisi, tidak terkecuali prosesi pemakaman. Indonesia mengenal 6 agama sehingga ada 2 jenis prosesi pemakaman di Indonesia, yaitu kremasi dan penguburan. Namun, semakin berkurangnya lahan di kota Bandung untuk pemakaman, menimbulkan isu keterbatasan lahan pemakaman. Selain itu, kremasi konvensional juga sangat tidak ramah lingkungan karena menghasilkan berbagai polusi udara, sehingga diperlukan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Sudah dikembangkan teknik akuamasi yang memanfaatkan air sebagai alternatif kremasi yang lebih ramah lingkungan. Proyek ini juga harus memiliki nilai simbolik yang universal dan dalam sehingga tidak mengurangi aspek sakral dari prosesi pemakaman jenazah. Maka dari itu, nilai simbolik universal ini akan dituangkan melalui tema arsitektur sakral yang dicapai menggunakan metode fenomenologis dan arsitektur paradoks jukstaposisi. Dengan menggunakan metode tersebut, proyek ini dapat memenuhi nilai simbolik universal dari pemakaman, serta akuamasi dapat menjadi alternatif kremasi konvensional sebagai pemenuhan dari “Beyond Ecology”, sehingga permasalahan lingkungan dapat terselesaikan.

 

Kata kunci: Akuatorium; Fenomenologi; Kuburan; Jukstaposisi; Rumah Abu.

Abstrak

Masyarakat Indonesia sangat heterogen sehingga masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis adat istiadat dan tradisi, tidak terkecuali prosesi pemakaman. Indonesia mengenal 6 agama sehingga ada 2 jenis prosesi pemakaman di Indonesia, yaitu kremasi dan penguburan. Namun, semakin berkurangnya lahan di kota Bandung untuk pemakaman, menimbulkan isu keterbatasan lahan pemakaman. Selain itu, kremasi konvensional juga sangat tidak ramah lingkungan karena menghasilkan berbagai polusi udara, sehingga diperlukan alternatif yang lebih ramah lingkungan. Sudah dikembangkan teknik akuamasi yang memanfaatkan air sebagai alternatif kremasi yang lebih ramah lingkungan. Proyek ini juga harus memiliki nilai simbolik yang universal dan dalam sehingga tidak mengurangi aspek sakral dari prosesi pemakaman jenazah. Maka dari itu, nilai simbolik universal ini akan dituangkan melalui tema arsitektur sakral yang dicapai menggunakan metode fenomenologis dan arsitektur paradoks jukstaposisi. Dengan menggunakan metode tersebut, proyek ini dapat memenuhi nilai simbolik universal dari pemakaman, serta akuamasi dapat menjadi alternatif kremasi konvensional sebagai pemenuhan dari “Beyond Ecology”, sehingga permasalahan lingkungan dapat terselesaikan.

Article Details

Section
Articles

References

A guide to water cremation. (2019). Diakses 9 Juli 2021 dari https://www.funeralguide.co.uk/help- resources/arranging-a-funeral/funeral-guides/a-guide-to-water-cremation

Alam, M. Fahmi Iskandar. (2012). Evaluasi penyediaan tempat pemakaman umum di kota Bandung. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.

Baum, M. K. (2017). What is sacred. New York: Syracuse University of Architecture.

Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Jukstaposisi (Def. 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses : 9 Juli 2021 dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/jukstaposisi

Badan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (n.d). Paradoks (Def. 1). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. Diakses 9 Juli 2021 dari https://kbbi.web.id/paradoks

Binggui, Z.. (2001). A general survey of cultural tradition of the Chinese cartography. Nanjing: Nanjing Surveying and Mapping Research Institute.

Chang, Y. C. N. (2020). Paradoxical architecture: an argument for the anti-logic and the absurd. Vancouver: University of British Columbia.

Cheesman, T. (1988). Dynamics of juxtaposition in architecture. Indiana:

Ball State University. Cooke, Lacy. (2017). ‘Water cremation’ plans paused over fears liquefied remains could get in water system. Diakses 9 Juli 2021 dari https://inhabitat.com/water-cremation-plans-paused-over-fears-liquefied-remains-could-get-in-water-system/resomation-water-cremation/

Gunawan, U. (2012). Fenomenologi arsitektur; konsep, sejarah dan gagasannya. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Hardiman, F. B. (2016). Heidegger dan mistik keseharian. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.

Heidegger, M. (1951). Building dwelling thinking. Terjemahan: Adam Bobeck. Diakses 9 Juli 2021darihttps://www.academia.edu/34279818/Building_Dwelling_Thinking_by_Martin_Heidegger_ Translation_and_Commentary_by_Adam_Bobeck

Ladianto, A. J. (2016). Biopori: pemakaman vertikal masyarakat muslim Surabaya. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Laiprakobsup, N. (2007). Inbetween place: the emergence of the essence. Texas: Texas A&M University.

Langi, J. S.P. dan Tinangon, A. J. (2012). Atmospheres – parameter desain Peter Zumthor dalam arsitektur. Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Morley, D. (2020). Returning to the earth. Iowa: Iowa State University.

Muscato, C. Juxtaposition in architecture. Diakses 9 Juli 2021 dari https://study.com/academy/lesson/juxtaposition-in-architecture.html

Oxford University Press. (n.d). Juxtaposition (Def. 1). Dalam Oxford Learner’s Dictionaries Online. Diakses 9 Juli 2021 dari https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/juxtaposition

Resomation natural water cremation. (2021). Diakses 9 Juli 2021 dari https://resomation.com/ Sharr, Adam. (2007). Heidegger for architects. New York: Routledge.

Straight and Curved. (2010). ????: Round sky and square earth. Diakses 9 Juli 2021 dari http://scm-straight-curved.blogspot.com/2010/11/round-sky-and-square-earth.html

Tamari, T. (2017). The phenomenology of architecture: a short introduction to Juhani Pallasmaa. Diakses 9 Juli 2021 dari http://research.gold.ac.uk/id/eprint/19553/

Water cremation: is resomation a green & bio friendly solution? (2019). Diakses 9 Juli 2021 dari https://cremationinstitute.com/water-cremation/

Zumthor, P. (2006). Atmospheres. Berlin: Birkhäuser Verlag AG.