EKOLOGI BUDAYA DAN TRADISI : HIDUP DI DALAM RUANG ARSITEKTUR MULTI ETNIS

Main Article Content

Varianotto Sanjaya
Maria Veronica Gandha

Abstract

Humans are social creatures that are defined as living things that need the presence of other people directly or indirectly. Where as humans are creatures that couldn’t live alone and therefore, is in need of a second, third, or more individuals to carry out daily activities, which occur in succession, resulting in habits and become rules passed down from generation to generation to maintain the "face" or "value" of a group, which is one of the branches of the social ecological structure that exists in this modernization era, which is known as tradition and culture. The diversity of cultures and arts possessed by the Indonesian people is one of the gifts from the One Above All. With the results of this wealth (culture and tradition) it proves that diversity has occurred. Indonesia is a pluralistic country, so rich in culture as well as having thousands of regional identities. Therefore, it is true that there is a sense of pride in the Indonesian nation which is culturally diverse, with its diversity, there is still a strong unity and unity with the various existing tribes and ethnicities. . Bintan has natural wealth and high tourism potential in the social, cultural and natural fields. Bintan is one of the largest islands in the Riau Islands province (Segantang Lada). This archipelago area is also called the birthplace of Malay because this area used to be the Kingdom of Riau-Lingga, where the king was a Malay person. Apart from being Malay, Bintan has the culture and traditions of other tribes that participate in the development and growth of development and its community, namely the people of the Sea Tribe (Proto Melayu) and the Tiong Hoa ethnicity. Over time the customs and culture passed down from generation to generation, this architectural design aims to add and teach knowledge and history of the traditions and culture that exist within Bintan, and transmit the architectural styles of these tribes into a new style that influenced by the organic architectural style, as well as taking into account the environment of the surrounding ecosystem, in enriching the atmosphere or adding a taste to the surrounding environment. The design process in this design is to analyze the problems encountered, so as to issue ideas or ideas for programming that are in accordance with the problem. The Main Program is then adjusted to the selected site based on the existing criteria, so that it can produce design results that form or add value to the site environment.

 Keywords:  Culture ; Ecosystem ; Enviroment ; Ethnicity ; Tradition.


ABSTRAK

Manusia merupakan makhluk sosial yang didefinisikan sebagai, mahkluk hidup yang membutuhkan kehadiran orang lain secara langsung atau tidak langsung. Dimana manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan individu kedua, ketiga, dan seterusnya untuk melakukan aktivitas sehari-hari, yang terjadi secara beruntun, mengakibatkan kebiasaan dan menjadi aturan yang diturun temurunkan untuk menjaga “wajah” atau “nilai” dari sebuah kelompok, yang merupakan salah satu cabang dari struktur ekologi sosial yang ada pada era modernisasi ini, yang disebut sebagai tradisi dan kebudayaan. Keragaman budaya dan seni yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan  salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Dengan hasil kekayaan (Budaya dan tradisi) ini membuktikan bahwa keanekaragaman telah terjadi Indonesia adalah negara yang majemuk, begitu kekayaan budayanya sekaligus memiliki ribuan identitas kedaerahan. Oleh karena itu, memang demikian adanya rasa kebanggaan dengan bangsa Indonesia yang majemuk budaya,dimana dengan keaneragamannya, tetap terjadi persatuan dan kesatuan yang erat dengan berbagai macam suku dan etnis yang ada. . Bintan memiliki kekayaan alam serta potensi pariwisata yang tinggi di bidang sosial,budaya dan alam. Bintan merupakan salah satu pulau terbesar yang berada di provinsi Kepulauan Riau (Segantang Lada). Daerah Kepulauan ini juga disebut dengan bumi melayu karena daerah ini dulunya merupakan dibawah kekuasaan kerajaan riau-lingga dimana rajanya merupakan orang melayu. Selain melayu, Bintan memiliki budaya dan tradisi dari suku lain yang ikut serta dalam pengembangan dan pertumbuhan pembangunan dan marsyarakatnya yaitu bangsa Orang Suku Laut (Proto Melayu) dan etnis Tiong Hoa. Seiring waktu kebiasaan dan budaya turun temurun dari generasi ke generasi semakin menurun, maka perancangan Arsitektur ini bertujuan untuk menambahkan dan mengajarkan ilmu dan sejarah atas tradisi dan budaya yang ada didalam Bintan, serta memancarkan gaya arsitektur dari suku-suku tersebut kedalam satu gaya yang baru yang dipengaruhi oleh gaya arsitektur organik, serta mempertimbangka lingkungan ekosistem sekitar, dalam memperkaya suasana atau menambahkan cita rasa lingkungan sekitar. Dengan Rancangan ini yang bertujuan untuk mengembangkan dan memperkenalkan serta mempreservasikan kebudayaan dan tradisi yang ada di pulau Bintan . Proses  Perancangan pada desain ini adalah, melakukan analisa terhadap permasalahan yang dihadapi, sehingga mengeluarkan gagasan atau ide untuk pemograman yang sesuai dengan permasalahan. Program Utama kemudian di sesuaikan dengan tapak yang terpilih atas kriteria – kriteria yang ada, sehingga dapat membuahkan hasil rancangan yang membentuk atau menambahkan nilai pada lingkungan tapak.

 


 

Article Details

Section
Articles

References

Arman, D. (2018, Februari 19). Potret Orang Suku Laut di Kabupaten Bintan. Retrieved from Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/potret-orang-suku-laut-di-kabupaten-bintan/

Budaya Melayu . (2015, April 23). Retrieved from Bandar Seri Bintan: http://www.bandarseribentan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=382&Itemid=155

Dermawan, A.; Ismail, R Moh; Dasaluti, Tely; Darwis, Andi; Erlangga, Aulia; Raharja, Ganjar; Rizky, Arya; Kajang, Yayasan;. (2019). Suku Laut : Mengarungi Kehidupan Selingkar Sampan. Jakarta Pusat: Ditjen Pengelolaan Ruang Laur.

Frimansyah, R. (2016). Konsep Dasar Asimilasi dan Alkulturasi dalam Pembelajaran Budaya.

Hidayat, M., Prayitno, B., & Rahmi, D. H. (2020). Mix Methods for Ethnic Acculturation Study on History of Architectural Elements: Vernacular Houses during Pontianak Sultanate. ARSITEKTURA.

Prasetyo, A., Isjoni, & Ibrahim, B. (2020). THE HISTORY OF TIONGHOA ETHNIC IN TANJUNGPINANG.

Savitri, P. L., Purbadi, Y. D., & Sumardiyanto, B. (2020). Architectural Acculturation: Elements of Islamic and Janavese Spiritual Elements in Sumur Gumuling Design at Tamansari, Yogyakarta.

Sudarwani, M. M. (2017). Pendalaman Pengetahuan Arsitektur Nusantara.

Sutton, M. Q. (2009). Introduction to Cultural Ecology : 2nd (Second) Edition. Beritalima.

Zoer'aini., I., & Djamal. (1992). Prinsip – prinsip Ekologi dan organisasi Ekosistem dan Lingkungan.