RUANG EDUKASI HUTAN DI KALIMANTAN
Main Article Content
Abstract
Forest fires, illegal logging, and land use or deforestation in Kalimantan are common. One example of a fire is a very large forest in Central Kalimantan, forest land being converted into oil palm plantations. The emergence of liar animals in residential areas occurs because there is no balance between humans, animals, and nature which causes damage to patterns of activity and residence both in human settlements and animals in liars' nature. Architecture cannot ignore events that are constantly happening. This project aims to change the mindset of the importance of a balance between humans, animals, and nature by creating a place that can reflect nature. Through the Forest Education Spot in Central Kalimantan, it is hoped that there will be a space that connects life in the forest and in the city by dividing activities based on space to create a sense of togetherness and create a sense of togetherness balance between living things.
Keywords: balance; deforestation; forest education spot; Kalimantan
AbstrakKebakaran hutan, penebangan liar dan penyalahgunaaan lahan atau dengan sebutan deforestasi di Kalimantan sudah sering terjadi. Salah satu contoh adalah kebakaran hutan yang sangat besar di Kalimantan Tengah, lahan hutan diubah menjadi kebun kelapa sawit. Munculnya hewan liar di lahan pemukiman terjadi karena tidak adanya keseimbangan antara manusia, hewan dan alam yang membuat rusaknya pola aktivitas dan tempat tinggal baik di pemukiman manusia ataupun hewan di alam liar. Arsitektur tidak bisa mengabaikan kejadian yang terus menerus terjadi. Proyek ini bertujuan mengubah pola pikir akan pentingnya sebuah keseimbangan antara manusia, hewan, dan alam dengan cara membuat sebuah tempat yang bisa merefleksikan alam. Melalui Ruang Edukasi Hutan Kalimantan Tengah diharapkan tercipta sebuah ruang yang mengkoneksikan kehidupan di hutan dan di kota dengan membagi aktivitas berdasarkan ruang sehingga bisa membuat sebuah rasa kebersamaan dan muncul keseimbangan di antara makhluk hidup.
Article Details
References
Abdul A. M., Ashadi, Anggana F. (2018). Konsep arsitektur ekologi pada penataan kawasan wisata candi cangkuang di garut, jawa barat. Jurnal Arsitektur PURWARUPA. 2(2), September 2018
Almusaed, A. (2011). Biophilic and Bioclimatic Architeture “Analytical Therapy for the Next Generation of Passive Sustainable Architecture. Denmark: Authors
Holvey, C. (2016, Desember 16). https://www.bbc.com/Indonesia/vert-earth-38375353. http://arsitektur-Indonesia.com/arsitektur/arsitektur-dan-lingkungan/. (n.d.).
Miller, G. Tyler. Dan Spoolman, Scott E. Essentials of Ecology. USA; Brooks/Cole,2009.
Nudwi. (2011). /Ekowisata sebagai upaya pembangunan ekonomi/ (http://nudwi.wordpress.com/2011/06 /29/ekowisata-sebagai-upaya-pembangunanekonomi/, diakses 13 Juli 2021)
Ramadhani, M. (2020). Perancangan resort di Malabero Bengkulu dengan Penampilan vernakular bengkulu dan pendekatan biormorfik/. Laporan akhir sarjana, 10-12.
Septyan, A. R. (2019, April 2). https://foresteract.com/deforestasi/.
Supardjo, S. (2014). Aplikasi arsitektur biormorfik dalam rancangan arsitektur, Jurnal Media Matrasain, Jurusan Arsitektur, FT-UNSRAT, Vol 11, No 1, Mei 2018