PENATAAN RUANG PUBLIK TEPI SUNGAI UNTUK MENGHIDUPKAN KEMBALI FUNGSI SUNGAI KOTA JAKARTA

Main Article Content

Jessica Wijaya
Suryono Herlambang

Abstract

Since humans first started living a sedentary lifestyle, river has played a significant role in people's lives and in the development of settlements. The role of river in urban life has also changed several times. Starting from the function as defense, trade routes, fisheries, logistics, to recreation. However, with the modernization of the city of Jakarta, a destructive view of river has emerged and has diminished the appreciation of the citizen for river. The city river has also long been abandoned and is located behind the building. The citizen cannot enjoy the river because there is no access that connects the river water with the mainland for the community. The project site is located in Kelurahan Pejagalan between Kali Angke and Kanal Banjir Barat. The project is designed as a cultural center with facilities for community activities on the riverfront. The project will be a public space for the community to interact, have recreation, and engage in sports, commercial and artistic activities. The writing method used is a qualitative approach through elaboration with descriptive methods with data collection techniques through field surveys and data search related to the object of study in the form of data from government agencies, literature studies, books, journals, and information from the internet. The design method used is an everydayness method.

Keywords: City River;  Cultural Center; Ecology; Waterfront

 

Abstrak

Sejak pertama manusia mulai menjalani gaya hidup menetap, sungai memiliki peran yang signifikan dalam kehidupan masyarakat dan dalam perkembangan permukiman. Peran sungai untuk kehidupan masyarakat kota juga telah berubah beberapa kali. Mulai dari fungsi sebagai pertahanan, jalur perdagangan, perikanan, logistik, hingga rekreasi. Namun dengan semakin modernnya kota Jakarta muncul pandangan bersifat destruktif terhadap sungai dan menghilangkan apresiasi masyarakat kota terhadap sungai. Sungai kota juga telah lama ditinggalkan dan diletakan dibelakang bangunan. Masyarakat kota tidak dapat menikmati sungainya karena tidak adanya akses yang menghubungkan perairan sungai dengan daratan bagi masyarakat. Lokasi proyek terletak di Kelurahan Pejagalan di antara Kali Angke dan Kanal Banjir Barat. Proyek didesain sebagai pusat kebudayaan dengan fasilitas yang mewadahi kegiatan masyarakat di tepian sungai. Proyek akan menjadi ruang publik bagi masyarakat untuk berinteraksi, berekreasi, dan melakukan kegiatan olahraga, komersial, dan seni. Metode penulisan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif melalui penjabaran dengan metode deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui survey lapangan dan pencarian data terkait objek studi berupa data dari instansi pemerintah, studi literatur, buku, jurnal, dan informasi dari internet. Metode perancangan yang digunakan adalah metode pendekatan keseharian yang dijadikan sebagai program pada proyek. 

 

Article Details

Section
Articles

References

Breen, A. dan Rigby, D. (1994). Waterfronts Cities Reclaim Their Edge. New York: Mcgraw-hills.

Ismaniah, Cicik. (2018). Dinamika Hidrosfer.

Dewi P, I. (2017). Kajian Konsep Pengembangan Waterfront Berbasis Desain Ekologis di Cibinong Raya, Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Prominski, M. dkk. (2012). River. Space. Design. Basel: Birkhouser

Republik Indonesia. (2011). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2013 Tentang Sungai. Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara.

Sutanto, A. (2021, Februari). Dromos Oikos: Notes on The Fifth Ecology. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara.

Timur, U.P. (2013). Urban Waterfront Regeneration. Intech. Advance in Landscape Architecture, 169-205.

Yang, D. (2006). Waterfront: Spatial Composition and Cultural Use, London: University College London.

Zhang, L. (2002). An Evaluation of An Urban Riverfront Park. Washington: Washington State University.