PUSAT REKREASI DAN EDUKASI PEMBUDIDAYAAN MANGROVE

Main Article Content

Tjan Venny Epilia
Budi A Sukada

Abstract

Ecology is formed by the reciprocal relationship between living things and their environment forming an orderly system.Changes in one system will surely affect the others and disturbing the whole systems. Architecture seeks to minimize such a disturbance by building spatial quality with ecology in mind. The case of mangroves existence is taken due to its number of  benefits, especially for coastal communities as well as mangrove forests being a home for all living things that stay and breed there. Sadly, not all mangroves are in good condition. Number of mangroves in Indonesia that are damaged, threatened, and neglected is increasing every year. The main cause of such destruction is conversion of land into settlements, agriculture, and industry.  All of them give an impact on increasing abrasion, hence causing the land to decrease, flooding the residentials, and threating them to drown. There is an urgent need for mangrove restoration and management to prevent reduction of mangrove area. One way to do it is by providing education for the communities in concerned to increase their knowledge on the important role of mangroves so that they can be more care for such a kind of environment, being able to manage, protect and preserve its ecosystem so as to ensure its sustainability while increasing public awareness of the environment. The educational activities, on the other hand, can be collaborated with recreational activities that support nature conservation and maintain existing mangroves.  With such facilities, it is hoped that mangroves can be preserved.

 

Keywords: Education; Mangrove; Recreation

Abstrak

Ekologi terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya membentuk suatu sistem yang teratur. Jika sistem tersebut mengalami perubahan akan mempengaruhi ekosistem lainnya dan membuat ekosistem terganggu. Arsitektur mengupayakan memperkecil gangguan yang terjadi pada ekosistem tersebut dengan membangun kualitas spasial dengan pemikiran ekologis. Keberadaan mangrove memiliki sejumlah manfaat terutama bagi masyarakat pesisir pantai. Tidak hanya masyarakat pesisir saja tetapi hutan mangrove menjadi ‘rumah’ bagi semua makhluk hidup yang hidup dan berkembangbiak disana. Namun tidak semua mangrove dalam kondisi baik, saat ini jumlah mangrove di Indonesia yang dalam kondisi rusak, terancam, dan terabaikan semakin bertambah tiap tahunnya. Penyebab utama terjadinya kerusakan hutan mangrove adalah konversi lahan yang beralihfungsi menjadi pemukiman, pertambakan, dan industri yang berdampak meningkatnya abrasi yang menyebabkan daratan semakin berkurang, rumah penduduk tergenang air, dan terancam tenggelam. Perlunya pemulihan dan pengelolaan mangrove sebagai antisipasi yang dapat dilakukan mencegah berkurangnya luasan mangrove. Salah satu cara melestarikan mangrove dengan memberikan edukasi bagi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan akan pentingnya peranan mangrove sehingga masyarakat dapat lebih peka dan peduli lingkungan. Dengan demikian masyarakat dapat mengelola mangrove dengan baik, menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove untuk menjamin keberlanjutannya, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Kegiatan edukasi dapat dikolaborasikan dengan kegiatan rekreasi yang mendukung konservasi alam dan mempertahankan mangrove yang ada saat ini. Dengan adanya sarana berupa pusat rekreasi dan edukasi pembudidayaan mangrove diharapkan dapat membantu menyelamatkan kerusakan mangrove sehingga dapat terlestarikan.

 

Article Details

Section
Articles

References

Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak. (2019). Kecamatan Sayung dalam Angka 2019. Demak: Badan Pusat Statistik Kabupaten Demak.

Barus, Agape Robi. (2015). Pengertian Edukasi, Macam-macam Edukasi dan Manfaatnya Bagi Manusia. Retrieved April 24, 2021, from http://www.edukasinesia.com/2015/10/pengertian-edukasimacam-macam_13.html.

Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (2012). Panduan Pengenalan MANGROVE di Indonesia. Bogor: Ditjen PHKA dan Wetlands International Indonesia Programme.

Rahadian, A., Prasetyo, L. B., Setiawan, Y., & Wikantika, K. (2019). A Historical Review of Data and Information of Indonesian Mangroves Area. Media Konservasi, 24(2), 163–178.

SNI 7826. (2012). Unit Penghasil Biogas dengan Tangki Pencerna (Digester) Tipe Kubah Tetap dari Beton. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional - BSN.

Sutrisno. (2005). Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode dan Teknik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: AR Ruzz Media.