PERANCANGAN ARSITEKTUR RUANG LIMINAL ANTARA SEBUAH DUALISME (BERTANI DAN MELAUT)

Main Article Content

Michael Gideon Josian
Maria Veronica Gandha

Abstract

The future of dwelling has a very board context and will continue to be discussed, it is possible that the discussions about “dwelling” is come from the environment of farming and fishing. Things that are not much cared for but still have a role in the survival of the world. Therefore this matter will be discussed using the role of architecture as space, to be able to create an ideal system by paying attention to the quality of farming and fishing for the future, and leaving a trace or memory to be able to carry messages for the future. Talking about the future of an interaction that occurs between the general public and farmers and fishermen, especially considering that farmers and fishermen themselves can be compared to two different poles, a liminal space is needed, which may already exist indirectly in the environment. By letting go of individual egos and emphasizing ego to the point of view of farmers and fishermen. To present a common space, or a place that contains a special character of a city that contains a message for the future.

 

Keywords:  dualism; hope; liminal; trace;

 

Abstrak

 

Masa depan cara berhuni memiliki konteks yang sangat luas dan akan terus diperbincangkan. Tidak menutup kemungkinan datang dari pembahasan mengenai cara berhuni dengan bertani dan melaut. Hal yang tidak banyak dipedulikan tetapi tetap memiliki peran dalam kelangsungan dunia. Oleh karena itu, masa depan berhuni ini akan dibahas dengan menggunakan peran arsitektur sebagai ruang, untuk dapat menciptakan sistem yang ideal dengan memperhatikan kualitas bertani dan melaut bagi masa depan, dan meninggalkan sebuah jejak atau kenangan untuk dapat membawa pesan bagi masa depan. Berbicara mengenai masa depan dari sebuah interaksi yang terjadi antara masyarakat umum dengan para petani dan nelayan, apalagi mengingat para petani dan nelayan itu sendiri dapat diibaratkan berada pada kedua kutub yang berbeda, maka dibutuhkanlah sebuah ruang liminal, yang mungkin sudah hadir secara tidak langsung pada lingkungan masyarakat. Dengan cara melepaskan ego individual dan menekankan ego kepada sudut pandang para petani dan nelayan. Untuk menghadirkan sebuah ruang bersama, atau sebuah tempat yang mengandung sebuah karakter tersendiri dari sebuah kota yang berisi pesan bagi masa depan.

Article Details

Section
Articles

References

Heidegger, M. (1971). Building, Dwelling, Thinking. In A. Hofsdater (Ed.), Poetry, Language and Thought. New York: Harper & Row.

Koolhaas, R. dan Bruce, M. (1995). S, M, L, XL. Sigler, Jennifer (Ed.). The Monacelli Press; 2nd edition (October 1, 1997)

Lord S., Daniel dan Andrew S. (2011). Deep History. California: University of California Press.

Norberg-Schulz, C. (1985). The Concept of Dwelling: on the way to figurative architecture. New York : Rizzoli

Sutanto, A. (2020). Peta Metode Desain. Jakarta: Universitas Tarumanagara

Tamari, S. (2008). Mountain Agains the Sea: Essays on Palestinian Society and Culture. California: University of California Press.

Thomas, J. (2020). “Understanding How Liminal Space Is Different from Other Places”, diakses pada 16 Oktober 2020 pukul 19.10, https://www.betterhelp.com/advice/general/understanding-how-liminal-space-is-different-from-other-places