RANCANGAN RUMAH BELAJAR DALAM KONSEP KESEHARIAN DI KAWASAN PADEMANGAN BARAT

Main Article Content

Yessica Fransisca
Rudy Surya

Abstract

Every human wants to pursue their goal of life that is reflected in their daily activities. How humans can survive with their existence is called dwelling. An architect plays some roles in building and designing places or buildings for accommodating human activities as the term of dwelling. As the economics and employment getting worse and the high standard of living being added in Jakarta, also the increasing values of necessities causing the number of mendicant people in Jakarta getting more in numbers. Education development is a priority because the development of the nation can be seen from the development of education. Everydayness is used as a design approach method. This direction is to produce a work in a more humane architecture. Where an architect designs an architectural work by analyzing how everyday life is and what human needs are needed. As an area that lacks educational facilities, especially educational facilities for underprivileged children. The provision of Rumah Belajar in non-formal education programs is intended for underprivileged children who are experiencing poverty conditions in the West Pademangan area. Rumah Belajar becomes a second home for children, where they spend their daily time and also as a place to serve some purposes in a child's life. In this place, children have the opportunity to find a place for their world through the attainments of living things related to dwelling. The concept of the Rumah Belajar is to establish a sustainable life as a system. So that users in this Rumah Belajar can carry out the purpose of dwelling, in the form of building in the architecture context. The architecture will determine as a sustainable system and materials, which can help the future of life.

 

Keywords:  dwelling; future; life; rumah belajar

 

Abstrak

Manusia tidak terlepas dari kegiatan ataupun aktivitas kesehariannya untuk mencapai suatu tujuan dalam kehidupannya. Bagaimana manusia dapat bertahan hidup dengan eksistensinya yang disebut berhuni. Dalam hal berhuni, arsitek berperan dalam membangun dan merancang suatu tempat atau bangunan untuk mewadahi kegiatan manusia tersebut. Semakin sulitnya perekonomian dan lapangan kerja ditambah lagi dengan tingginya taraf hidup di Jakarta, serta naiknya harga berbagai kebutuhan pokok mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin di Jakarta. Pembangunan pendidikan seharusnya diutamakan karena suatu kemajuan bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan. Metode perancangan arahan yang digunakan adalah everydayness. Arahan ini adalah menghasilkan sebuah karya dalam arsitektur yang lebih manusiawi. Di mana seorang arsitek mendesain sebuah karya arsitektur dengan menganalisa bagaimana kehidupan keseharian dan juga kebutuhan apa yang diperlukan bagi manusia tersebut. Pademangan Barat merupakan salah satu kawasan yang masih kurangnya fasilitas pendidikan khususnya bagi anak-anak yang kurang mampu. Penyediaan Rumah Belajar dalam cangkupan pendidikan non-formal ini diperuntukkan untuk anak-anak yang kurang mampu yang mengalami kondisi kemiskinan di kawasan Pademangan Barat. Rumah Belajar menjadi rumah kedua bagi anak-anak, di mana mereka menghabiskan keseharian waktunya dan juga sebagai tempat untuk melayani sejumlah tujuan dalam kehidupan seorang anak. Dalam Rumah Belajar ini anak-anak berpeluang untuk menemukan tempat mereka di dunia ini melalui pencapain makhluk hidup terkait dengan berhuni. Konsep dari Rumah Belajar ini adalah menetapkan kehidupan dan sistem yang berkelanjutan, sehingga pengguna dalam Rumah Belajar ini dengan menjalankan tujuan dalam berhuni, namun pada bangunan dalam konteks arsitektur menetapkan sistem dan penggunaan material yang berkelanjutan, yang nantinya dapat membantu untuk kehidupan di masa depan.

Article Details

Section
Articles

References

Azwar, S. (2003). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Apollo. (2019). Kajian Literatur Heidegger “Ada, dan Waktu” (Sein und Zeit). https://www.kompasiana.com/balawadayu/5e0acebdd541df37e65d4295/kajian-literatur-heidegger- ada-dan-waktu-sein-und-zeit?page=all

Baquedano-Lopez, P., Alexander, R. A., & Hernandez, S. J. (2013). Equity Issues in Parental and Community Involvement in Schools. Review of Research in Educatio, 37, 149-182.

Blank, M., Jacobson, R., & Melaville, A. (2012). Achieving Result Through Community School Partnerships. Washington, DC: Center for American Progress.

Castrechini, S., & London, R. A. (2012). Positive Student Putcones in Community Schools. Washington, DC: Center of America Progress.

Coombs. Philip H., Ahmed, Manzcor. (1985). Memerangi Kemisidnan di Peaesaan Melalui Pendidikan Non - Formal. Jakarta: CV. Rajawali

Djatnika, D. (2009). Peranan Pendidikan Dalam Pengentasan Kemiskinan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Kebijakan Publik. 6(1), 1-12.

Heidegger, M. (1962). Being and Time. Oxford: Basil Blackwell.

Heidegger, M. (1971). Building, Dwelling, Thinking. New York: Harper Colophon Books.

Ingold, T. (2000). The Perception of the Environment. London: Routledge.

Norberg-Schulz, C. (1985). The Concept of Dwelling. New York: Rizzoli International Publication, INC.

Zen. (2015). Memahami Rumah. https://www.panditfootball.com/editorial/169147/ZRS/150116/memahami-rumah

Sachs, J. (2005). The End of Poverty. New York: Penguin Press.

Sennett, R. (2018). Building and Dwelling. Great Britain: Penguin Books.

Soelaiman, J. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Syah, M. (2004). Psikologi Belajar. Bandung: Grafindo Persada.

TMT Studio LTD. (2017). Is Self-sustaining, Off-grid Housing the Future of Sustainable Neighbourhoods?