PELATIHAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SANTRI DI PESANTREN X TANGERANG

Main Article Content

Muhammad Rafi Wijayanto
Rahmah Hastuti

Abstract

Pesantren is educational institutions that focus on islamic religious knowledge. Compared to most educational institutions, pesantren implement dormitory systems that requires santri to stay until the end of all learning activities. Pesantren X is a boarding school that adapts its learning system to the current technological advances so that formal education is implemented side by side with islamic religious education. The merger between the two curricula has an impact on the tight schedule of santri learning activities. This Islamic boarding school emphasizes the learning process on memorizing Al-Qur’an, where everyday santri are required to memorize according to predetermined targets. In addition, santri are also required to have good grades in the lessons listed in the curriculum used by this pesantren. One of the main problems with santri is that they use their free time to play and not use it for working on assignments. Often, santri work on assignments while learning in class is in progress. This causes the assignments given by the teacher are often late to be collected. Therefore, self-regulated learning training is needed so that santri able to plan and carry out self-monitoring of the tasks that must be completed. Self-regulated learning training is carried out attractively in a period of 1 day. This activity consists of presentation of material, discussion, and practice of making task planning sheets. This training activity involved 37 male santri who were at the 1st grade level of junior high school. Overall, santri benefit from the activities carried out.


Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berfokus pada ilmu agama islam. Berbeda dengan sistem pendidikan pada umumnya, pesantren menerapkan sistem asrama yang mewajibkan santri untuk menetap sampai berakhirnya seluruh kegiatan pembelajaran. Pesantren X merupakan pesantren yang menyesuaikan sistem pembelajarannya dengan perkembangan zaman dan teknologi, sehingga pendidikan formal diterapkan secara berdampingan dengan pendidikan agama islam. Adanya penggabungan antara kedua kurikulum tersebut, berdampak pada padatnya jadwal kegiatan belajar santri. Pesantren ini menekankan proses pembelajarannya pada hafalan Al-Qur’an, di mana setiap harinya santri diharuskan untuk menghafal sesuai dengan sasaran yang telah ditentukan. Selain itu, santri juga dituntut untuk memiliki nilai yang baik dalam pelajaran yang tercantum pada kurikulum yang digunakan oleh pesantren ini. Salah satu masalah utama yang seringkali terjadi pada santri adalah mereka menggunakan waktu luang untuk bermain dan tidak menggunakannya untuk mengerjakan tugas. Seringkali, santri mengerjakan tugas-tugas pada saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung. Hal ini mengakibatkan tugas-tugas yang diberikan guru seringkali telat untuk dikumpulkan. Oleh karena itu, dibutuhkanlah pelatihan self-regulated learning agar santri mampu merencanakan dan melakukan pemantauan diri terhadap tugas-tugas yang wajib untuk diselesaikan. Pelatihan self-regulated learning dilaksanakan secara tatap muka dalam kurun waktu selama 1 hari. Kegiatan ini terdiri dari presentasi materi, diskusi tanya jawab, dan latihan membuat lembar perencanaan tugas. Kegiatan pelatihan ini melibatkan 37 santri laki-laki yang berada pada tingkatan kelas 1 SMP. Secara keseluruhan, santri mendapatkan manfaat dari kegiatan yang dilakukan.

Article Details

Section
Articles

References

Farihi, M. M. F. (2021). Pendidikan pondok pesantren dalam pembentukan karakter di pondok pesantren hikmatul huda salem brebes. Jurnal Kependidikan, 9(2). http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2911512&val=25545&title=Pendidikan%20Pondok%20Pesantren%20dalam%20Pembentukan%20Karakter%20di%20Pondok%20Pesantren%20Hikmatul%20Huda%20Salem%20Brebes

Hanun, F. & Thoriquttyas, T. (2020). Amplifying the religious moderation from pesantren: A sketch of pesantren’s experience in kediri, east java. Analisa Jurnal of Social Sciences and Religion, 5(2). https://journal.blasemarang.id/index.php/analisa/article/view/1147/pdf

Lubis, R. H., Lubis, L., & Aziz, A. (2015). Hubungan antara dukungan sosial dan kecerdasan emosional dengan self-regulated learning siswa. Jurnal Analitika, 7(2). https://www.ojs.uma.ac.id/index.php/analitika/article/view/825/792

Maesaroh, N., & Achdiani, Y. (2017). Tugas dan fungsi pesantren di era modern. Sosietas, 7(1). https://pdfs.semanticscholar.org/041f/e720bcf93a88a3dfc244c40ad53a5e34e098.pdf

Pintrich, P. R., & De Groot, E. V. (1990). Motivated strategies for learning questionnaire. https://doi.org/10.1037/t09161-000

UNDP. (2018). Human Development Indices and Indicators: 2018 Statistical Update. Diakses pada 15 Mei 2023. URL: http://hdr.undp.org/en/

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic learning. Journal of Educational Psychology, 81(3). https://www.researchgate.net/publication/232534584_A_Social_Cognitive_View_of_Self-Regulated_Academic_Learning