MELATIH KONSENTRASI DAN PENGENDALIAN PERILAKU ANAK ADHD DENGAN PERMAINAN BERBASIS EDUKASI

Main Article Content

Enryque Bastiyan
Dheril Rana Calistaputri
Mierza Mahendra S
Agustina

Abstract

ADHD is one o3f concentration problems, especially the inability to focus and pay attention to one thing. Some behaviors that seem like acting carelessly, easily knowing, forgetting to study and homework, difficulty doing assignments at school and at home, difficulty in listening, difficulty in carrying out some commands, often slips away in speech, does not have high patience, often makes noise , convoluted in speech, and likes, and interferes in the behavior of others are forms that are characteristic of ADHD (Khotijah, 2014). Play therapy can expand the individual's image through the experience of expressing feelings and attitudes that are not threatening and become a safe place for children to express themselves (Blanco et al., 2012). Educational games are a very fun activity and can be used as an educational method or tool. Educational games are useful for improving language skills, thinking, and getting along with the environment (Nuswadana, 2005). Through educational game programs, ADHD children want to concentrate and control it. After the group did the program for three sessions, the results of this program made the subject able to focus on the game being run so that the subject had a good concentration range and could control his hyperactive and impulsive behavior.


ADHD merupakan salah satu gangguan konsentrasi, terutama ketidakmampuan untuk fokus dan kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap suatu hal. Beberapa perilaku yang tampak seperti cenderung bertindak ceroboh, mudah tersinggung, lupa pelajaran sekolah dan tugas rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, melamun, sering keceplosan dalam berbicara, tidak memiliki kesabaran yang tinggi, sering membuat gaduh, berbelit-belit dalam berbicara, dan suka memotong, serta ikut campur pembicaraan orang lain adalah bentuk perilaku umum lainnya yang menjadi ciri khas ADHD (Khotijah, 2014). Terapi bermain dapat memperluas citra individu melalui pengalaman berekspresi dengan perasaan dan sikap yang tidak mengancam serta menjadi wadah yang aman bagi anak untuk mengekspresikan dirinya (Blanco et al., 2012). Permainan Edukasi merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat digunakan sebagai cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Permainan edukatif bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir, serta bergaul dengan lingkungan (Nuswadana, 2005). Melalui program permainan edukasi, anak ADHD dilatih untuk dapat berkonsentrasi dan mengontrol perilakunya. Setelah kelompok melakukan program selama tiga sesi dengan subjek, hasil dari program ini membuat subjek mampu memusatkan perhatian terhadap permainan yang dijalankan sehingga subjek memiliki rentang konsentrasi yang baik dan dapat mengendalikan perilaku hiperaktif serta impulsifnya.

Article Details

Section
Articles

References

American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Disorders, fifth edition. Washington: American Psychiatric Association. 8(2), 82. https://doi.org/10.22219/procedia.v8i2.13425

Anjani, A. T, Najlatun, N, Sutijono & Hermien, L. (2013) Studi Kasus Tentang Konsentrasi Belajar pada Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Di SDIT At-Taqwa Surabaya dan SDN V Babatan Surabaya .Jurnal BK UNESA, Volume 1(2), 125-135.

Blanco, P. J., Ray, D. C., & Holliman, R. (2012). Long-term child centered play therapy and academic achievement of children: A follow-up study. International Journal of Play Therapy, 21(1), 1–13. https://doi.org/10.1037/a0026932

Detik. health (2013, November 27). Ini Dampaknya Jika Anak yang Hiperaktif Tak Segera Ditangani. https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-2425259/ini-dampaknya-jika-anak-yang-hiperaktif- tak-segera-ditangani

Hatiningsih, N. (2013). Play Therapy untuk Meningkatkan Konsentrasi pada Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 1 (2), 324-342

Khotijah, L. N. (2014). Konseling Integratif dalam Menangani Gangguan Konsentrasi Belajar Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) Studi kasus Kumbang di SLB Yapenas Pringwulung. Yogyakarta: SKRIPSI UNY

Meilani, C. (2016). Kebiasaan Makan pada Anak Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) di Manado. Jurnal e-Clinic (eCl), 4 (2), 1-6

Nuswandana, A. (2005). Bikin main game makin asyik . Dari Harian Kompas tanggal 21 September 2005. http://www.kompas.com/kompas-cetak/ 0510/ 21/muda/2143888.htm (terakhir diambil, Agustus 2011)

Salter, K., Beamish, W., & Davies, M.. (2016). The effects of child-centered play therapy (CCPT) on the social and emotional growth of young Australian children with autism. International Journal of Play Therapy, 25(2), 78–90. https://doi.org/10.1037/pla0000012

Weisz, J. (2004). Psychotherapy for Children and Adolescents: Evidence-Based Treatments and Case Examples. New York: Cambridge University Press. https://books.google.co.id/books?id=UzOgHHuPehgC&lpg=PR9&ots=wgizXYB- 3P&dq=Psychotherapy%20for%20Children%20and%20Adolescents%3A%20Evidence-Based%20Treatments%20and%20Case%20Examples.%20New%20York%3A%20Cambridge%20University%20Press&lr&hl=id pg=PP1#v=onepage&q=Psychotherapy%20for%20Childr en%20and%20 Adolescents:%20 Evidence- Based%20 Treatments%20and%20Case%20Examples.%20New%20York:%20Cambridge%20 University%20Press&f=false

Yolanda, Intan, Bahri, S., & Fajriani. (2018). Penerapan permainan labirin untuk meningkatkan konsentrasi pada anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) di SLB Bukesra Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, 4 (3), 40 - 52