PELATIHAN MENJADI PENDIDIK MISIONER DALAM MASYARAKAT MAJEMUK BAGI GURU AGAMA KATOLIK PARUNG PANJANG

Isi Artikel Utama

Raja Oloan Tumanggor

Abstrak

In the situation of a pluralistic Indonesian society both in terms of religion and culture, the role of Catholic religion teachers is very large in educating students so that they are able to adapt to the situation of the people around them. Religious teachers are not only tasked with delivering religious lessons intellectually/cognitively, but also must be able to convey messages/good news to their students. In addition, they are also obliged to help students to have a missionary spirit/spirit. Therefore, being a missionary Catholic religious educator is an obligation, especially in a pluralistic society. This means that educators must be able to adapt to the surrounding environment which consists of people of various ethnicities, religions and cultures. The training which was attended by 15 teachers was not only filled with giving material by the facilitators, but also by sharing experiences between them. The teachers who have served between 5 and 20 years shared their experiences accompanying their students. They also revealed that through this training activity, they were able to become competent teachers and able to testify in the community through their daily behavior. In addition, this training is a motivational tool for teachers to be more persistent and skilled in carrying out tasks in line with their beliefs.    


 Dalam situasi masyarakat Indonesia yang majemuk baik dari segi agama maupun budaya, peran guru agama Katolik sangat besar dalam mendidik para siswa agar mampu beradaptasi dengan situasi masyarat di sekitarnya. Para guru agama tidak hanya bertugas untuk menyampaikan pelajaran agama secara intelektual/kognitif, tapi juga harus mampu menyampaikan pesan/Kabar Gembira bagi para siswanya. Selain itu mereka juga wajib menolong para siswa agar memiliki jiwa/semangat pewartaan (misioner). Oleh sebab itu mejadi pendidik agama Katolik yang misioner merupakan suatu kewajiban khususnya di tengah masyarakat majemuk. Artinya para pendidik harus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya yang terdiri dari masyarakat beraneka ragam suku, agama dan kebudayaannya. Pelatihan yang diikuti oleh 15 orang guru selain diisi dengan pemberian materi oleh fasilitator, tapi juga dilakukan dengan sharing pengalaman diantara mereka. Para guru yang telah mengabdi antara 5 hingga 20 tahun ini menceritakan pengalaman mereka mendampingi anak didik. Mereka juga mengungkapkan bahwa melalui kegiatan pelatihan ini, mereka mampu menjadi guru yang berkompeten dan mampu bersaksi di tengah mayarakat melalui perilaku hidup sehari-hari. Selain itu pelatihan ini menjadi sarana motivasi bagi para guru untuk lebih gigih dan terampil dalam melaksanakan tugas selaras dengan kepercayaan yang dianutnya

Rincian Artikel

Bagian
Articles

Referensi

Hariprabowo, Y. (2009). Misi Gereja di tengah Pluralitas Agama dan Budaya, Orientasi Baru, Vol. 18, No. 1, 33-49.

Haru, E. (2020). Spiritualitas Diakonia Guru Pendidikan Agama Katolik, Jurnal Alternatif, Vol. IX, 55-74.

Haru, E. (2020). Peran Guru Pendidikan Agama Katolik sebagai Gembala, Jurnal Alternatif, Vol. X, No.1, 43-61.

Iryanto, A., Bosco, D.; Ardijanto, B.K. (2020) Pemahaman Guru Pendidikan Agama Katolik tentang tugas misioner gereja dan pelaksanaannya di SLTA Katolik Kota Madiun,

Situngkir, O. (2018) Guru Agama Katolik, Pewarta dan Pendidik, dalam: Komkat-kwi.org.

Vatikan II (1966) Konstitusi Dogmatis Karya Misioner Ad Gentes.