Survei prevalensi efek samping penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

Main Article Content

Verren Natasya Nonski
Johan Johan

Abstract

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru dan sangat mudah menular melalui udara. Pada tahun 2016 ditemukan sebanyak 351.893 kasus TBC yang terjadi di Indonesia dengan prevalensi tertinggi terjadi di Jawa Barat, Jawa Tengah dan JawaTimur. Pengobatan dilakukan dengan pemberian obat anti tuberkulosis regimen I yang terdiri dari Isoniazid, Pirazinamid, Rifampisin dan Etambutol. Obat Anti Tuberkulosis dapat menyebabkan efek samping seperti ruam, sindrom flu, mual, muntah, gangguan penglihatan, dan hepatotoksik imbas obat. Pada tahun 2010 didapatkan 12,8% dari 329 pasien tuberkulosis di Brazil yang mengalami penghentian atau perubahan regimen pengobatan akibat efek samping yang timbul. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross-sectional. Data penelitian diperoleh dari data rekam medis pasien Tuberkulosis periode 2015-2017 di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan. Sampel penelitian terdiri dari pasien tuberkulosis paru yang berobat di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan dan mendapatkan obat anti tuberkulosis. Hasil studi didapatkan 118 pasien tuberkulosis mayoritas laki-laki dan berusia 17-28 tahun. Diperoleh 9 (8%) pasien mengalami efek samping, efek samping tersering yaitu mual muntah dan sindrom flu sebanyak 3 (2,54%) pasien. Mayoritas mengalami peningkatan berat badan pada akhir pengobatan.

Article Details

Section
Artikel Asli
Author Biography

Johan Johan, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian Farmakologi FK Untar

References

WHO. Global Tuberculosis Report 2016. World Health Organization. 2016: 12.

Center for Dissease Control and Prevention. Tuberculosis (TB). (updated 2016 March 20; cited 2017 July 20). Available from: https://www.cdc.gov/tb/default.htm

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2016.2016: 178-79.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2006: 1-20.

Istiantoro Y, Setiabudy R. Tuberkulostatik dan leprostatik. In: Sulistia, Gunawan, Setiabudy R, Nafrialdi, editors. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI; 2012;5:613-19.

Alwi, Nurazminah. Prevalensi pasien TB paru yang mengalami hepatitis imbas OAT dan faktor resiko yang berhubungan di RSPU Persahabatan Jakartadan RSPG Cisarua pada tahun 2012. Unisba. 2013:41-48.

Arbex M, Varella M, Siqueira H, Mello F. Antituberculosis drugs : drug interactions, adverse effects, and use in special situations. Scielo Analytics. 2010;36(5): 2.

Gulbay B, Gurkan O, Yildiz O, Onen Z, Erkekol F. Side effects due to primary antituberculosis drugs during the initial phase of therapy in 1149 hospitalized patients for tuberculosis. Elsevier. 2006;100:1834-42.

Pandit S, Choudhury S, Das A, Datta S, Das S. Isoniazid-Induced Flu Like Syndrome : A Rare Side Effect. Lung India. 2013;30(1)61-63.

Khayyam K, Imam F, Sharma M, Pillai K, Behera D. Pyrazinamide-Induced Maculopapular Rash. Br J Clin Pharmacol. 2016;81(6):1030-36.

Jeong I, Park J, Lee J. Drug-induced hepatotoxicity of anti-tuberculosis drugs and their serum levels. J Korean Med Sci. 2015;30(2):167-72