Komunikasi Transendental Sembahyang Buddha Mahayana (Studi Semiotika Sembahyang Di Vihara Padumuttara Tangerang)

Main Article Content

Tania Tania
Suzy S. Azeharie

Abstract

Sembahyang yang dilakukan oleh umat Buddha Mahayana di Vihara Padumuttara merupakan bentuk kegiatan komunikasi antara manusia dengan Tuhan sehingga membentuk makna yang dipahami bersama. Jadi fokus utama dalam penelitian ini adalah membahas makna semiotika pada komunikasi transendental sembahyang Buddha Mahayana di Vihara Padumuttara Tangerang. Penelitian ini akan diuraikan dengan analisis semiotika Roland Barthes. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Data yang digunakan merupakan hasil dari observasi nonpartisipan, wawancara dengan narasumber, studi kepustakaan dan penelusuran data secara online. Makna Sembahyang Buddha Mahayana dapat dilihat dari makna gerak tubuh dalam sembahyang yaitu wensin, namaskara dan pradaksina. Selain itu juga terdapat makna dari teks yang diucapkan yaitu nien fo sehingga didapatkan makna sembahyang Buddha Mahayana yaitu penghormatan dan perenungan terhadap ajaran atau Dhamma Sang Buddha mencangkup sifat-sifat luhur Buddha.

Article Details

How to Cite
Tania, T., & Azeharie, S. S. (2019). Komunikasi Transendental Sembahyang Buddha Mahayana (Studi Semiotika Sembahyang Di Vihara Padumuttara Tangerang). Koneksi, 2(2), 596–604. https://doi.org/10.24912/kn.v2i2.3942
Section
Articles
Author Biographies

Tania Tania, Universitas Tarumanagara

Fakultas Ilmu Komunikasi

Suzy S. Azeharie, Universitas Tarumanagara

Fakultas Ilmu Komunikasi

References

Aprilia, S., & Murtiningsi. (2017). Eksistensi Agama Konghucu Di Indonesia. Jurnal Raden Fatah. 1(1). 15-40.

Azeharie, S., & Octavia Kusuma. (2014). Analisis Penggunaan Twitter Sebagai Media Komunikasi Selebritis di Jakarta. Jurnal Komunikasi, 6(2). 87-88.

Badan Pusat Statistik. (2013). Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. <https://www.bps.go.id/publication/2013/03/05/becb3c0fa2dbec4af7a24430/penduduk-indonesia-hasil-sp-2010.html>, diunduh pada 17 Oktober 2018 pukul 12:29 WIB.

Cingtu.net. (2013). Tata Cara Atau Sikap Sembahyang Dan Maknanya. <http://chingtu.net/index.php/jadwal-kebaktian/tata-cara-sikap-sembahyang-maknanya/54-tata-cara-sikap-sembahyang>, diunduh pada tanggal 1 November 2018 pukul 20.48 WIB.

Danyati, Ratna. (2018). Penerapan Mimesis Dalam Novel Empress Orchid Karya Anchee Min (Penelitian Analisis Isi). Seminar Nasional Inovasi dan Tren (SNIT) 2018. 1(1). C 1-8.

Marzali, Amri. (2016). Agama dan Kebudayaan. Indonesia Journal of Anthropology. 1(1). 57-75.

Mujiyanto. (2009). Pendidikan Agama Buddha Untuk Sekolah Menengah Atas Kelas 12. Jakarta: CV Yanwreko Wahana Karya.

National Geograohic Indonesia. (2014). Menyikap Simbol Teratai di Kelenteng. <http://nationalgeographic.grid.id/amp/13292393/memecahkan-simbol-bunga-teratai-negeri-mesir-hingga-nusantara>, diunduh pada tanggal 18 Januari 2018 pukul 15.01WIB.

Suryani, Wahidah. (2015). Komunikasi Transendental Manusia-Tuhan. Jurnal Farabi, 12(1). 150-163.

Suzuki, Beatrice Lane. (2009). Agama Buddha Mahayana. Jakarta: Karaniya.

Syailendra Winu’s Blog. (2011). Pengakuan Agama Konghucu di Indonesia. <http://wisnu.blog.uns.ac.id/2011/03/10/pengakuan-agama-khonghucu-di-indonesia/>, di unduh pada tanggal 20 Januari 2019 pukul 13.06 WIB.

Syarifudin, Tommy Gunawan. (2016). Perencanaan Vihara Buddha Theravada Dengan Penerapan Karakter Khas Lokal Kaltim di Kota Samarinda. Kurva S Jurnal Mahasiswa, 2(2). 271-283.

Tim Penyusun. (2003). Materi Kuliah Sejarah Perkembangan Agama Budha. Jakarta: CV Dewi Kayana Abadi.

Most read articles by the same author(s)

1 2 3 > >>