PERANCANGAN TAMAN OLAHRAGA DI KELAPA GADING

Main Article Content

Devi Septiani
Tony Winata

Abstract

Reduced public open space due to competition in urban areas has resulted in reduced community gathering activities (third place). Many big cities in Indonesia are aggressively building new parks or revitalizing old parks, like in the city of Jakarta. This is because the population density reaches 15,663 people / km2. The population continues to grow from 4.5 million people (1970) to double that, which is 9.6 million in 2010, while now it has reached 10.4 million people and is estimated to be 11-15 million by 2020-2030. As a result, almost all of the surface of the city has been devoured by buildings and changed the function of its designation Kelapa Gading sub-district with an area of 161.21 ha, this district has several shopping centers whose area exceeds the existing green space, namely, an area of 996,215 m2, through the results of observational studies that have been carried out then a proposed project that can meet the needs of the ivory coconut community for a healthy lifestyle with limited land as a means of sports that can accommodate various groups of people. Not only as a sports facility, but as a recreational facility and container that can accommodate interactions in the ivory coconut community. By looking at the parameters that exist in designing the third space, this design is adjusted to the ivory community's need for public space as the third space.

 

Abstrak

Berkurangnya ruang terbuka publik akibat persaingan lahan di perkotaan mengakibatkan berkurangnya aktivitas berkumpul bagi masyarakat (third place). Banyak kota – kota besar di Indonesia yang gencar untuk membangun taman baru atau merevitalisasi taman lama, seperti di Kota Jakarta. Hal ini dikarenakan tingkat kepadatan penduduk yang mencapai 15.663 jiwa/km2. Populasi terus bertambah dari 4.5 juta jiwa (1970) hingga menjadi dua kali lipatnya, yaitu 9.6 juta pada tahun 2010, sedangkan sekarang telah mencapai 10.4 juta orang dan diperkirakan untuk menjadi 11 – 15 juta pada tahun 2020 – 2030 mendatang. Akibatnya hampir seluruh permukaan kota telah habis dimakan bangunan dan berubah fungsi peruntukannya Kecamatan Kelapa gading dengan luasan wilayah 161,21 ha, kecamatan ini memiliki beberapa pusat perbelanjaan yang luasnya melebihi RTH yang ada yaitu, seluas 996.215 m2, melalui hasil studi observasi yang telah dilakukan maka diusulkan proyek yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kelapa gading akan gaya hidup yang sehat dengan lahan yang terbatas sebagai sarana olahraga yang dapat menampung berbagai kalangan maasyarakat. Tidak hanya sebagai sarana olahraga, tetapi sebagai sarana rekreasi dan wadah yang dapat menampung terjadinya interaksi dalam masyarakat kelapa gading. Dengan melihat parameter yang ada dalam mendesain ruang ketiga maka rancangan ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat kelapa gading akan ruang publik sebagai ruang ketiga.

Article Details

Section
Articles

References

Myers, P. (2012). Going Home: Essays, Articles, and Stories in Honour of the Andersons. Mukholid, A. 2005. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Yudhistria.

Nugroho, G. (2005). Republik Tanpa Ruang Publik. Yogyakarta: IRE Pess.

Oldenburg, R. (1998). The Great Good Place: Cafes, Coffee Shops, Bookstores, Bars, Hair Salons and Other Hangouts at the Heart of a Community. USA: Marlowe & Company.

Scruton, R. (1984). Public Space and The Classical Vernacular. Singapore: The Public

Shirvani, H. (1986). Urban Design Process, New York: Van nostrand Reinhold.

Trancik, R. (1986). Finding Lost Space, New York: Van Nostrand Reinhold.