Pusat Kegiatan Digital

Main Article Content

Muhammad Nadhif
Agustinus Sutanto

Abstract

In such a modern and complex era like today, urban millennials are used to growing up with digital era that works as a new (arus ruang gerak) in their lives as an individual and social being. The digital era grows slowly as a part of work, culture, and process that can not be separated from human lives. Nevertheless, in fulfilling their social needs, digital technology is usually used only as a media component which in the process is done secondarily where it tends to create a moral change towards individualistic. Therefore, a place that can accommodate social activities without letting the digital flow to stream free and unrestrained, and offers education on how to control the digital flow instead, is needed to fulfill social needs in this digital era. Architecture discusses how to fulfill the digital community needs as an existential tool, because despite everything, human still needs face-to-face communication as a primary means of communication. Digital Hub is presented as a place where interaction can happen primarily in a digital era. Specifically, this project also aims to build digital communities where individuals are not isolated from social life, and receives an existential from the balance between primary interaction needs and digital needs. This becomes relevant in a developing society, where changes in life necessity is happening continously, replacing old ways with new techniques.

 

Abstrak

Pada era yang serba modern dan kompleks seperti saat ini, generasi milenial perkotaan sudah terbiasa untuk tumbuh sebagai era digital yang berperan untuk menjadi arus ruang gerak baru di dalam kehidupannya sebagai makhluk individu dan sosial. Era digital pun secara perlahan tumbuh sebagai bagian dari karya, budaya, dan proses yang tidak dapat terlepas dari perjalanan kehidupan manusia. Namun, dalam pemenuhan kebutuhan sosialnya, teknologi digital sering kali hanya dimanfaatkan sebagai komponen media yang dalam prosesnya dilakukan secara sekunder di mana memiliki kecenderungan untuk memancing perubahan moral ke arah individualistis. Dalam pemenuhan kebutuhan sosial di era digital tersebut, maka dibutuhkan wadah sosial sebagai wadah yang tidak membiarkan arus era digital mengalir begitu saja, tetapi berbicara mengenai bagaimana cara mengontrol arus digital itu sendiri. Dari hal tersebut, arsitektur berbicara tentang cara untuk memenuhi kebutuhan komunitas digital sebagai sarana eksistensi mereka. Karena bagaimanapun juga manusia tetap membutuhkan sifat komunikasi face-to-face yang melalui proses secara primer. Digital Hub hadir sebagai ruang interaksi secara primer pada era digital. Secara lebih spesifik, kehadiran proyek juga dimaksudkan untuk menghadirkan komunitas-komunitas digital di mana individu tidak terisolasi dari kehidupan sosial, melainkan memperoleh nilai eksistensi dari adanya keseimbangan antara kebutuhan interaksi primernya dengan kebutuhan digital yang bertumbuh di dalamnya. Hal tersebut menjadi relevan seiring dengan masyarakat yang sedang terus berkembang, di mana terdapat perubahan kebutuhan secara terus-menerus untuk mengganti cara-cara lama dengan teknik yang baru.

Article Details

Section
Articles

References

IDN Research Institute. (2019) Indonesia Millennial Report

Gallup. (2016). How Millennials Want to Work and Live.

Digital Creative. (2016) Digital Creative & Information and Communication Technology Insdustries

Eisenman, P. (2001) The diagram process method: the design of architectural form

http://www.pewresearch.org/topics/millennials/

https://www.researchgate.net/publication/291355754_the_diagram_process_method_the_design_of_architectural_form_by_peter_eisenman_and_rem_koolhaas

BPS jakarta pusat, www.bps.jakartapusat.go.id

Museums and Galleries Foundation of NSW, Just because it’s old: museums and galleries in heritage buildings, 2004, available online at http://www.heritage.nsw.gov.au/docs/justbecause.pdf