OPTIMALISASI PENCAHAYAAN ALAMI DENGAN ALAT PEMBAYANG MATAHARI (SHADING DEVICE) PADA JENDELA RUANGAN KELAS

Main Article Content

Yunita Ardianti Sabtalistia

Abstract

Salah satu cara untuk menghemat energi listrik di dalam ruangan kelas adalah dengan memanfaatkan pencahayaan alami. Tingkat pencahayaan harus mencapai nilai rata-rata 350 lux agar siswa mampu melihat dengan jelas di dalam ruangan kelas. Salah satu ruangan kelas di SMAK Penabur Summarecon, Bekasi memanfaatkan pencahayaan alami yang diperoleh dari jendela yang berada pada sisi selatan dan utara bangunan. Model alat pembayang matahari (shading device) pada jendela yang digunakan di sekolah tersebut adalah model eggcrate yang membuat ruangan kelas menjadi tidak cukup terang sehingga masih membutuhkan lampu dari pagi sampai sore hari. Berdasarkan kondisi tersebut, maka tujuan penelitian adalah mengetahui model alat pembayang matahari yang paling optimal agar ruangan kelas cukup terang dan mempunyai tingkat keseragaman cahaya yang merata. Model shading device yang dieksperimen dengan menggunakan Ecotect v5.20 adalah eggcrate (kondisi eksisting), horizontal overhang, horizontal louver, vertical louver, dan light shelf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa level pencahayaan rata-rata  pada semua model tidak ada yang mencapai 350 Lux. Model shading device yang membuat ruangan paling terang adalah  vertical louver sedangkan yang membuat ruangan paling gelap adalah eggcrate. Model shading devive yang membuat ruangan mempunyai pencahayaan paling seragam (uniformity ratio paling tinggi) adalah eggcrate sebaliknya vertical louver membuat ruangan mempunyai pencahayaan paling tidak seragam (uniformity ratio paling rendah). Shading device yang direkomendasikan adalah horizontal overhang dengan panjang 1.20 meter karena mempunyai nilai daylighting level rata-rata dan uniformity ratio cukup tinggi.

Kata kunci: pencahayaan alami, shading device, daylighting level, uniformity ratio

Article Details

Section
Articles

References

Ander, G.D, AIA, (1995), Daylighting Performance and Design, John Wiley & Sons, USA.

Freewan,A.A, Shao Li, dan Riffat Saffa. (2009). “Interactions between Louvers and Ceiling

Geometry for Maximum Daylighting Performance”. Renewable Energy., 34 (1), 223-232.

Kamal, M.A. (2010). “A Study on Shading of Buildings as a Preventive Measure for Passive

Cooling and Energy Conservation in Buildings”. International Journal of Civil &

Environmental Engineering IJCEE-IJENS., 10 (06), 19-22.

Puspitasari, M & Syamsiyah, N.R. (2014). “Optimasi Shading Devices Rumah Tinggal (Studi

Kasus: Perumahan Loh Agung VI Jaten Karanganyar)”. Sinektika., 14 (1), 158-164.

Sabtalistia, Y.A. (2016). “Pengaruh Bentuk Plafon terhadap Waktu Dengung (Reverberation

Time)”, Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNTS) II 2016, Universitas

Tarumanagara, Jakarta 23-24 Agustus 2016, Hal 33-40.

Santamouris, M, Argiriou, A, Dascalaki, E, Balaras, C, dan Gaglia, A. (1994). “Energy

Characteristics and Saving Potential in Office Building”. Solar Energy., 52 (1), 59-66.

Standardisasi Nasional 6197-2011 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan. (2011).

Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.