Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni (P-ISSN 2579-6348 dan E-ISSN 2579-6356) merupakan jurnal yang menjadi wadah bagi penerbitan artikel-artikel ilmiah hasil penelitian dalam bidang Ilmu Sosial (seperti Ilmu Psikologi dan Ilmu Komunikasi), Humaniora (seperti Ilmu Hukum, Ilmu Budaya, Ilmu Bahasa), dan Seni (seperti Seni Rupa dan Design). Jurnal ilmiah ini diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Tarumanagara. Dalam satu tahun, jurnal ini terbit dalam dua nomor, yaitu pada bulan April dan Oktober. Jurnal ini terutama memuat artikel hasil-hasil penelitian ilmiah, termasuk penelitian normatif. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara en-US Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni 2579-6348 This work is licensed under a Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni <a href="https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/" target="_blank">Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.</a> COVER JMISHS VOL 7 NO 3 https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/27996 <p>COVER JMISHS VOL 7 NO 3</p> Carla Olyvia Doaly Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-10-28 2023-10-28 7 3 KATA PENGANTAR JMISHS VOL 7 NO 3 https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/27997 <p>KATA PENGANTAR JMISHS VOL 7 NO 3</p> Carla Olyvia Doaly Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-10-27 2023-10-27 7 3 PERAN BURNOUT SEBAGAI MEDIATOR PADA HUBUNGAN STRES DIGITAL DENGAN INTENSI KELUAR KERJA https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/25674 <p><em>This research is to see whether there is a role of digital stress on the turnover intention if mediated by burnout</em><em>. </em><em>Turnover intention is the intention of an employee to quit and leave the company, while digital stres is the pressure experienced by employees because of the increased of ICT systems used because of work system’s change from offline to online during the COVID-19 pandemic. This study was conducted with 115 participants using a non-probability sampling method where only 102 samples could be analysed further. </em><em>Participants of this research is employees that had experience to the work from home working system and work from office with at least one year experience. This measurement of this research are </em><em>turnover inten by </em>Jung &amp; Yoon (2013), <em>digital stress scale </em>by Fischer et al. (2021) dan <em>burnout assessment tool (</em>BAT) by Schaufeli et al. (2020. <em>Data analysis was carried out using PROCESS and it was found that the correlation between digital stres and work intensity on employees was not significant, either without burnout or mediated by burnout</em><em>. </em><em>. Result of this research is digital stress and work intensity on employees were not significant, either without burnout or mediated by burnout. It because the most influence dimension on turnover intention is mental distance.</em></p> <p> </p> <p>Penelitian ini untuk melihat apakah terdapat peranan stres digital terhadap intensi keluar kerja jika dimediasi oleh <em>burnout</em>. Intensi keluar kerja adalah niat seorang karyawan untuk berhenti dan keluar dari perusahaan. Stres digital adalah tekanan yang dialami oleh karyawan sebagai akibat dari penggunaan sistem Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) yang meningkat yang disebabkan oleh perubahan sistem kerja dari luring (luar jaringan) menjadi daring (dalam jaringan) selama masa pandemi COVID-19. pada dasarnya semua orang akan meninggalkan pekerjaannya dan tidak akan ada satu orang yang akan tinggal bersama dengan organisasi selamanya, terdapat faktor yang mempengaruhi untuk tetap tinggal atau keluar dari perusahaan sehingga sangatlah penting untuk mengetahui cara mengantisipasinya. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 115 partisipan dengan menggunakan metode pengambilan sampel <em>nonprobability sampling</em> dimana hanya 102 sampel yang dapat dianalisa lebih lanjut. Partisipan pada penelitian ini adalah karyawan yang menjalankan sistem kerja dari rumah maupun kerja dari kantor minimal selama satu tahun. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah <em>turnover inten </em>dari Jung &amp; Yoon (2013), <em>digital stress scale </em>dari Fischer et al. (2021) dan <em>burnout assessment tool (</em>BAT) dari Schaufeli et al. (2020). Analisa data dilakukan dengan menggunakan PROCESS dan didapatkan korelasi antara stres digital dan intensi keluar kerja pada karyawan tidak signifikan, baik tanpa dimediasi oleh <em>burnout </em>ataupun dengan mediasi <em>burnout</em>. Hasil penelitian menemukan, bahwa stres digital terhadap intensi keluar kerja pada karyawan tidak signifikan, baik tanpa dimediasi oleh <em>burnout </em>ataupun dengan mediasi <em>burnout</em>.</p> Debora Dwi Puspita Zamralita Zamralita Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-10-10 2023-10-10 7 3 482 489 10.24912/jmishumsen.v7i3.25674.2023 MANFAAT PSIKOLOGIS KEGIATAN MEMASAK: ANALISIS TEMATIK https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/23978 <p>Memasak merupakan aktivitas yang awalnya berkembang sebagai mekanisme bertahan hidup. Seiring dengan perkembangan, ditemukan bahwa memasak memberikan banyak manfaat, termasuk manfaat psikologis. Penelitian-penelitian terdahulu sudah cukup banyak yang meneliti mengenai aktivitas memasak dalam konteks intervensi klinis, namun penelitian yang menggali mengenai manfaat psikologis yang diperoleh dari kegiatan memasak sehari-hari masih sulit ditemukan. Penelitan ini bertujuan untuk mengkaji manfaat psikologis yang didapatkan dari kegiatan memasak yang dilakukan dalam konteks sehari-hari. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga subjek yang dipilih melalui purposive sampling. Ketiga subjek memiliki latar belakang dan profesi yang berbeda-beda namun memiliki satu kesamaan yaitu hobi memasak. Wawancara dilakukan secara online melalui aplikasi Zoom. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Hasil dan pembahasan dibagi ke dalam dua bagian, yaitu intrakasus subjek dan interkasus subjek. Tema umum yang didapatkan dari hasil wawancara adalah bahwa memasak memiliki manfaat psikologis yang banyak dan beragam, di antaranya: melatih mindfulness, mengurangi tingkat stres dan emosi negatif, melatih kontrol diri, meningkatkan self-worth dan memberikan makna hidup, serta dapat menjadi wadah untuk mengenali diri sendiri dan bersosialisasi dengan orang lain.</p> Disa Nisrina Listiani Zainal Abidin Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-10-31 2023-10-31 7 3 490 499 10.24912/jmishumsen.v7i3.23978.2023 STUDI PADA KARYAWAN TEKNOLOGI INFORMASI: PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL DENGAN KETERIKATAN KERJA SEBAGAI MEDIATOR https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/25675 <p>Penelitian ini dilakukan untuk menguji peran mediasi keterikatan kerja dalam hubungan persepsi dukungan organisasi dengan kinerja individual pada karyawan TI PT X. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah persepsi dukungan organisasi, kinerja individual dan keterikatan kerja. Variabel-variabel tersebut memiliki definisi sebagai berikut: Persepsi dukungan organisasi sebagai persepsi karyawan tentang kepedulian dan penghargaan yang ditunjukkan organisasi pada kesejahteraan dan kontribusi mereka. Kinerja individual memiliki definisi sebagai perilaku atau tindakan yang relevan dengan tujuan organisasi. Keterikatan kerja memiliki definisi keadaan pikiran yang positif, memuaskan, dan berhubungan dengan pekerjaan yang dicirikan oleh <em>vigor</em>, <em>dedication</em>, dan <em>absorption</em>. Partisipan dalam penelitian ini adalah 168 karyawan TI di PT X yang berlokasi di Jakarta. Data diambil menggunakan teknik <em>purposive sampling </em>dan menggunakan alat ukur SPOS (Eisenberger et al<em>.</em>, 1986), IWPQ (Koopmans et al<em>.</em>, 2015) dan UWES-9 (Schaufeli et al., 2006). Setelah diuji dengan pengujian Baron &amp; Kenny didapatkan hasil persepsi dukungan organisasi ke keterikatan kerja (β = 0.263, <em>p</em> ≤ 0.01), Keterikatan kerja ke kinerja individual (β = 0.339, p ≤ 0.00), Persepsi dukungan organisasi ke kinerja individual (β = 0.375, <em>p</em> ≤ 0.00), dan persepsi dukungan organisasi ke kinerja individual melalui KK (β = 0.286, <em>p</em> ≤ 0.00). Secara keseluruhan, hasil penelitian dengan menggunakan uji analisis regresi menunjukkan bahwa persepsi dukungan organisasi memiliki pengaruh terhadap kinerja individual (β = 0.375, <em>p</em> ≤ 0.00). Dalam uji model mediator, Keterikatan kerja berperan sebagai <em>partial</em> mediator antara Persepsi dukungan organisasi dan kinerja individual (β = 0.286, <em>p</em> ≤ 0.00).</p> Yahdi Fahlevi Haropis Zamralita Zamralita Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-10-31 2023-10-31 7 3 500 510 10.24912/jmishumsen.v7i3.25675.2023 KREATIVITAS PADA MAHASISWA: APAKAH DIPENGARUHI OLEH PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL DAN CREATIVE SELF-EFFICACY? https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26722 <p>Untuk meningkatkan daya saing bangsa, diperlukan pendidikan tinggi yang mampu menghasilkan individu yang<br />kreatif. Karena itu, menjadi hal yang urgen untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kreativitas<br />tersebut. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara penggunaan media sosial<br />dan kreativitas. Namun, penelitian yang mengeksplorasi mengenai mekanisme yang menjelaskan hubungan tersebut<br />masih terbatas. Creative self-efficacy, atau kepercayaan diri seseorang terkait kapasitasnya untuk menjadi kreatif,<br />dapat menjadi salah satu variabel yang menjelaskan hubungan kedua variabel tersebut. Untuk itu, dilakukan penelitian<br />ini yang bertujuan menguji peran creative self-efficacy sebagai mediator dalam peran penggunaan media sosial<br />terhadap kreativitas pada mahasiswa. Metode penelitian ini merupakan kuantitatif non-eksperimental dengan sampel<br />369 mahasiswa perguruan tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan metode convenience sampling melalui<br />penyebaran kuesioner kepada mahasiswa S1 pada suatu fakultas psikologi di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan<br />bahwa penggunaan media sosial berperan positif terhadap kreativitas pada mahasiswa dan dimediasi oleh creative<br />self-efficacy. Peran mediasi creative self-efficacy bersifat parsial pada peran penggunaan media sosial terhadap<br />kreativitas untuk kegiatan perkuliahan dan bersifat penuh pada ideasi kreatif umum. Disimpulkan bahwa penggunaan<br />media sosial untuk memuaskan kebutuhan sosial, kognitif, dan hedonik dapat meningkatkan creative self-efficacy,<br />selanjutnya meningkatkan kreativitas pada mahasiswa. Berdasarkan penelitian ini, disarankan, pengembangan<br />intervensi yang memanfaatkan creative self-efficacy dan penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa untuk<br />meningkatkan kreativitas.</p> Shania Krisan Pandumpi Sri Tiatri Jap Tji Beng Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-05 2023-11-05 7 3 511 520 10.24912/jmishumsen.v7i3.26722.2023 PERAN LITERASI DIGITAL DAN GROWTH MINDSET PADA UJI MODEL PENERIMAAN APLIKASI PEMBELAJARAN KOLABORATIF https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26741 <p>Indonesia akan memasuki masa keemasan pada tahun 2045. Setidaknya terdapat dua hal esensial yang sangat mempengaruhi Indonesia di tahun 2045 yaitu bonus demografi dan kemajuan pesat perkembangan teknologi. Oleh karena itu kualitas tenaga kerja menjadi faktor penting kesuksesan Indonesia di tahun 2045. Untuk mengetahui sejauh mana sebuah teknologi dapat diimplementasikan serta faktor apa saja yang mempengaruhi, diperlukan sebuah model yang komprehensif untuk memotret penerimaan teknologi tersebut sehingga proses transformasi digital dapat dipercepat. Salah satu model penerimaan teknologi yang sudah ada yaitu <em>The Unified Theory of Acceptance and Use of Technology</em> (UTAUT). Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan model penerimaan Teknologi Digital dalam Pembelajaran Kolaboratif melalui Pendekatan UTAUT pada Siswa Sekolah Dasar dan Menengah di Indonesia dengan mempertimbangkan variabel Literasi Digital dan <em>Growth Mindset</em>. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji model menggunakan SEM-PLS. Partisipan penelitian ini berjumlah 298 siswa di jenjang SD hingga SMA pada sekolah-sekolah di daerah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Hasil Penelitian ini menunjukkan signifikansi peran <em>Perfomance Expectancy</em>, <em>Effort Expectancy</em> dan <em>Social Influence</em>&nbsp; terhadap minat siswa menggunakan aplikasi pembelajaran kolaboratif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa Literasi Digital secara signifikan berkontribusi pada Effort Expectancy siswa sedangkan <em>Growth Mindset</em> berkontribusi signifikan pada <em>Performance Expectancy</em>. Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk dapat menyediakan ekosistem pembelajaran kolaboratif yang mengoptimalisasi penggunaan teknologi demi menghasilkan generasi-generasi unggul untuk menyambut Indonesia Emas 2045.</p> Vincent Suryawidjaja Jap Tji Beng Sri Tiatri Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-06 2023-11-06 7 3 521 530 10.24912/jmishumsen.v7i3.26741.2023 PERAN SELF – EFFICACY TERHADAP KEPUASAN MAHASISWA PADA MASA PEMBELAJARAN POST COVID–19 DENGAN MOTIVASI SEBAGAI MODERATOR https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26816 <p>Pada akhir tahun 2022, Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah resmi dicabut serta memasuki transisi pada masa post COVID–19. Sektor seperti pendidikan perguruan tinggi juga kembali mengalami peralihan, sepert metode belajar mengajar yang kembali secara luar jaringan (luring) atau <em>hybrid</em>, layanan administrasi yang juga kembali secara luring atau <em>hybrid</em>, dan adanya perubahan kurikulum pada sistem pendidikan saat ini. Berbagai perubahan dalam metode belajar mengajar, layanan administrasi, serta kurikulum memberikan dampak terhadap <em>self–efficacy</em> dan motivasi mahasiswa yang berkaitan dengan kepuasan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat peran <em>self–efficacy </em>terhadap kepuasan mahasiswa pada masa endemi COVID–19 yang dimoderasi dengan motivasi. Penelitian melibatkan 502 responden, dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang terdiri atas <em>General Self–Efficacy Scale</em> (GSES) (α = 0.667), <em>Course Satisfaction Scale</em> (α = 0.575), dan <em>Academic Motivation Scale</em> (AMS) (α = 0.742). Hasil temuan dalam penelitian ini, didapati korelasi positif antara kepuasan <em>self–efficacy</em> dengan kepuasan mahasiswa (r = 0.455), korelasi positif antara <em>self–efficacy</em> dan motivasi (r = 0.138), serta korelasi positif antara motivasi dan kepuasan mahasiswa (r = 0.216). Didapati juga peran <em>self–efficacy</em> terhadap kepuasan mahasiswa sebesar 29,9% (R² = 0.299) mengalami peningkatan menjadi 32% (R² = 0.320) setelah dilakukan pengujian self–efficacy dengan moderator motivasi. Dapat disimpulkan bahwa motivasi terbukti berperan sebagai moderator dalam penelitian ini.</p> Mikhael Adam Saputra Pamela Hendra Heng Fransisca Iriani Roesmala Dewi Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-06 2023-11-06 7 3 531 539 10.24912/jmishumsen.v7i3.26816.2023 APAKAH PSYCHOLOGICAL CAPITAL DAN WORK ENGAGEMENT MEMBENTUK JOB PERFORMANCE KARYAWAN DI ERA SOCIETY 5.0? https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26770 <p>Globalisasi menjadikan tenaga kerja sebagai sebuah komoditas, artinya semua aspek dalam tenaga kerja, baik kemampuan, kognitif, otak, dan otot dapat diperjualbelikan. Pengalaman konsumen menjadi fokus yang utama pada era Society 5.0. Oleh sebab itu, seorang karyawan perlu meningkatkan kinerja pekerjaannya agar dapat memberikan pengalaman konsumen yang terbaik. Demi mempersiapkan karyawan dalam menghadapi era Society 5.0, diperlukan suatu sumber daya pribadi yang baik. Salah satu sumber daya pribadi tersebut adalah psychological capital atau modal psikologis. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui&nbsp;bagaimana&nbsp;modal psikologis&nbsp;dan keterikatan kerja&nbsp;membentuk&nbsp;kinerja pekerjaan&nbsp;karyawan di Era Society 5.0. Dengan mengetahui bagaimana&nbsp;modal psikologis&nbsp;dan kinerja pekerjaan&nbsp;dalam pembentukan kinerja pekerjaan, perusahaan dapat menciptakan program-program yang dapat meningkatkan modal psikologis&nbsp;dan keterikatan kerja&nbsp;sehingga&nbsp;kinerja pekerjaan&nbsp;karyawan dapat ditingkatkan. Metode pendekatan kuantitatif digunakan dalam penelitian untuk mengukur variabel modal psikologis, kinerja pekerjaan, dan keterikatan kerja. Ketiga variabel tersebut diukur melalui kuesioner&nbsp;daring&nbsp;yang dibagikan oleh Peneliti. Penelitian ini dilakukan pada karyawan&nbsp;<em>sales</em>&nbsp;di perusahaan yang bersifat for-profit sehingga dapat memberikan perspektif yang berbeda mengenai variabel modal psikologis, kinerja pekerjaan, dan keterikatan kerja&nbsp;pada karyawan.&nbsp;Dalam penelitian ini juga ditambahkan Key Performance Indicator (KPI) agar kinerja pekerjaan yang diukur menjadi lebih objektif.&nbsp;Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara modal psikologis dan keterikatan kerja, begitu juga antara keterikatan kerja dan kinerja pekerjaan.</p> Keanen Gregorio Tji Beng Jap Sri Tiatri Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-06 2023-11-06 7 3 540 549 10.24912/jmishumsen.v7i3.26770.2023 DUKUNGAN GURU, REGULASI DIRI, DAN MODAL PSIKOLOGIS SISWA: MENEMUKAN KUNCI KEBERHASILAN DI SEKOLAH DASAR https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26764 <p>Meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di Rumah Sakit X membuat tenaga kesehatan terutama perawat merasa kewalahan dan kelelahan yang dapat membuat perawat memiliki kepuasan hidup yang rendah karena hanya memiliki sedikit waktu untuk menikmati kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan <em>burnout</em> sebagai mediator antara <em>work-family conflic</em>t dengan <em>subjective well-being</em> selama masa pandemi COVID-19 pada perawat yang telah berkeluarga di Rumah Sakit X. Penelitian ini melibatkan 80 perawat yang telah berkeluarga dan bekerja di Rumah Sakit X dengan menggunakan teknik <em>convenience sampling</em>. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa <em>Satisfaction With Life Scale </em>(SWLS),<em> Positive and Negative Affect Scale </em>(PANAS),<em> Work-Family Conflict Scale </em>(WFCS)<em>, dan Burnout Assessment Tool </em>(BAT). Penelitian ini dilakukan secara luring dan daring selama dua minggu. Dari analisis regresi menggunakan <em>process bootstrap </em>ditemukan hasil bahwa <em>work-family conflict </em>dapat memengaruhi <em>burnout </em>(<em>t</em><sub>a</sub> = 8.4349; <em>p</em> = 0.0000),<em> burnout </em>dapat memengaruhi <em>subjective well-being </em>(<em>t</em><sub>b</sub> = -2.8252; <em>p</em> = 0.0060)<em>, </em>dan <em>work-family conflict </em>dapat memengaruhi <em>subjective well-being </em>(<em>t</em><sub>c</sub> = -3.4740 &gt;1.96;<em> p </em>= 0.0008). Ketika <em>burnout </em>diposisikan sebagai mediator, pengaruh antara <em>work-family conflict </em>terhadap <em>subjective well-being </em>menjadi tidak signifikan (<em>t</em><sub>c’</sub> = -0.6710; <em>p</em> = 0.5042). Dengan demikian, <em>burnout </em>terbukti berperan sebagai mediator sempurna pada hubungan antara <em>work-family conflict </em>dengan <em>subjective well-being. </em></p> Helda Apriani Lestari Sri Tiatri Fransisca Iriani R. Dewi Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-07 2023-11-07 7 3 550 561 10.24912/jmishumsen.v7i3.26764.2023 PENGARUH MODAL PSIKOLOGIS TERHADAP KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA KARYAWAN DI PT. X https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26478 <p>Munculnya pandemi yaitu <em>Coronavirus Disease 19</em> (COVID-19) di Indonesia menjadi permasalahan dalam berbagai bidang usaha dan perusahaan, termasuk PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan serta jasa penyewaan alat berat. Berdasarkan penelitian sebelumnya karyawan yang bekerja di masa pandemi COVID-19 cenderung merasakan emosi negatif. Tetapi hal ini berbeda dengan karyawan di PT. X yang cenderung memiliki emosi positif yang disebut sebagai kesejahteraan subjektif. Salah satu faktor yang berperan dalam mempengaruhi kesejahteraan subjektif yaitu modal psikologis. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi modal psikologis terhadap kesejahteraan subjektif pada karyawan di PT. X. Penelitian ini melibatkan 110 partisipan yang bekerja di PT. X dan pengambilan data dilakukan secara daring dengan menggunakan teknik sampling convenience sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu <em>Positive Affect and Negative Affect Schedule</em> (PANAS) yang dikembangkan oleh Watson et al. (1988), <em>Satisfaction With Life Scale </em>(SWLS) yang dikembangkan oleh Diener et al. (1985), dan <em>Psychological Capital Questionnaire-12</em> (PCQ-12) yang dikembangkan oleh Luthans et al. (2007). Berdasarkan hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dimensi <em>self-efficacy</em> berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 6.5% (<em>R2</em> = 0.065, <em>F</em> = 7.517, <em>p</em> = 0.007 &lt; 0.05), dimensi <em>hope</em> berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 4.2% (<em>R2</em> = 0.042, <em>F</em> = 4.691, <em>p</em> = 0.033 &lt; 0.05), dimensi <em>optimism</em> berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 9.8% (<em>R2</em> = 0.098, <em>F</em> = 11.671, <em>p</em> = 0.001), sehingga hipotesis H1, H2, H3 yang diajukan diterima. Sementara, dimensi <em>resilience</em> tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif sehingga hipotesis H4 ditolak.</p> Nelsa Oktavia Layuk Zamralita Daniel Lie Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-08 2023-11-08 7 3 562 570 10.24912/jmishumsen.v7i3.26478.2023 STRATEGI KOPING PENCARI NAFKAH BERPENDAPATAN RENDAH AKIBAT KRISIS MASA PANDEMI COVID-19 https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/28153 <p>Selama pandemi Covid-19, sekitar 70 persen orang berpendapatan rendah mengalami penurunan penghasilan yang sangat besar termasuk yang tinggal di perkotaan dan memiliki tanggungan dengan pola konsumsi yang berubah yakni biaya pembayaran produk makanan, kesehatan dan komunikasi (internet, pulsa, paket data) yang meningkat tajam sedangkan beralih pekerjaan sangat sulit dilakukan karena keterbatasan pekerjaan disebabkan kelesuan dunia usaha. Penelitian deskriptif-korelasional ini dimaksudkan untuk mengungkap tegangan psikologis dan strategi koping pekerja berusia muda khususnya pencari nafkah berpendapatan rendah yang memiliki tanggungan. Pengumpulan data menggunakan kuesioner daring via aplikasi Google berupa skala psikologis, pertanyaan-pertanyaan demografik dan satu pertanyaan terbuka. Dari hasil analisis data diketahui bahwa secara umum stres (<em>perceived stress</em>) pada partisipan tergolong tinggi, dengan preferensi koping <em>task-focused</em> <em>coping</em> merupakan yang tertinggi. Adapun respon dominan pada pertanyaan terbuka mengungkapkan setidaknya 6 cara mengatasi kesulitan keuangan selama masa krisis. Hasil penelitian ini dan keterbatasannya dibahas dalam kerangka implikasi praktis dan teoritis, khususnya dalam perspektif Teori Koping dalam konteks krisis finansial dalam situasi pandemik.</p> Bonar Hutapea Jose Widyazali Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-08 2023-11-08 7 3 571 584 10.24912/jmishumsen.v7i3.28153.2023 BURNOUT SEBAGAI MEDIATOR HUBUNGAN WORK-FAMILY CONFLICT DAN SUBJECTIVE WELL-BEING SELAMA PANDEMI COVID-19 PERAWAT YANG BERKELUARGA https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/26472 <p>Meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di Rumah Sakit X membuat tenaga kesehatan terutama perawat merasa kewalahan dan kelelahan yang dapat membuat perawat memiliki kepuasan hidup yang rendah karena hanya memiliki sedikit waktu untuk menikmati kehidupan sehari-harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan <em>burnout</em> sebagai mediator antara <em>work-family conflic</em>t dengan <em>subjective well-being</em> selama masa pandemi COVID-19 pada perawat yang telah berkeluarga di Rumah Sakit X. Penelitian ini melibatkan 80 perawat yang telah berkeluarga dan bekerja di Rumah Sakit X dengan menggunakan teknik <em>convenience sampling</em>. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa <em>Satisfaction With Life Scale </em>(SWLS),<em> Positive and Negative Affect Scale </em>(PANAS),<em> Work-Family Conflict Scale </em>(WFCS)<em>, dan Burnout Assessment Tool </em>(BAT). Penelitian ini dilakukan secara luring dan daring selama dua minggu. Dari analisis regresi menggunakan <em>process bootstrap </em>ditemukan hasil bahwa <em>work-family conflict </em>dapat memengaruhi <em>burnout </em>(<em>t</em><sub>a</sub> = 8.4349; <em>p</em> = 0.0000),<em> burnout </em>dapat memengaruhi <em>subjective well-being </em>(<em>t</em><sub>b</sub> = -2.8252; <em>p</em> = 0.0060)<em>, </em>dan <em>work-family conflict </em>dapat memengaruhi <em>subjective well-being </em>(<em>t</em><sub>c</sub> = -3.4740 &gt;1.96;<em> p </em>= 0.0008). Ketika <em>burnout </em>diposisikan sebagai mediator, pengaruh antara <em>work-family conflict </em>terhadap <em>subjective well-being </em>menjadi tidak signifikan (<em>t</em><sub>c’</sub> = -0.6710; <em>p</em> = 0.5042). Dengan demikian, <em>burnout </em>terbukti berperan sebagai mediator sempurna pada hubungan antara <em>work-family conflict </em>dengan <em>subjective well-being. </em></p> Cindy Angelia P. Tommy Y. S. Suyasa Daniel Lie Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-08 2023-11-08 7 3 585 593 10.24912/jmishumsen.v7i3.26472.2023 MANFAAT INTERVENSI BERBASIS PSIKOLOGI POSITIF TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA https://journal.untar.ac.id/index.php/jmishumsen/article/view/25077 <p>Peningkatan kesejahteraan psikologis lansia dapat dilakukan dengan berbagai bentuk intervensi. Tidak sedikit penelitian yang mencoba mengetahui efektifitas bentuk intervensi peningkatan kesejahteraan psikologis lansia. Oleh karena itu, peneliti ingin membahas lebih dalam beberapa literatur terkait dengan bentuk-bentuk intervensi yang berbasis pada psikologi positif yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis lansia. Rancangan yang digunakan untuk studi ilmiah ini adalah <em>Literature Review</em>. Hasil dari penelitian ini mengklarifikasi bahwa hanya sedikit penelitian yang membahas kesejahteraan psikologis pada lansia yang ditingkatkan melalui intervensi berbasis psikologi positif. Banyak penelitian yang lebih membahas para lansia dari permasalahan negatif seperti depresi, kesepian, dan hanya sepuluh penelitian yang menggunakan perspektif positif seperti kesejahteraan psikologis dan menggunakan desain penelitian eksperimental. Sedikitnya jumlah penelitian yang dievaluasi mungkin karena penelitian tentang pengaruh intervensi berbasis psikologi positif terhadap kesejahteraan psikologis pada lansia belum mendapat banyak perhatian.</p> Marcella Mariska Aryono Robik Anwar Dani David Ary Wicaksono Copyright (c) 2023 Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2023-11-08 2023-11-08 7 3 594 601 10.24912/jmishumsen.v7i3.25077.2023