HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL, PERILAKU DELINKUENSI, DAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA MADYA DI SLTA JAKARTA (Studi pada Siswa/i di SMA X, SMK Y, dan SMK Z)

Main Article Content

Azalia Febiyanti
Erik Wijaya

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional, kenakalan remaja, dan prestasi remaja menengah di Jakarta. Kecerdasan emosional adalah kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan pengembangan hubungan sosial dengan lingkungan mengacu pada kemampuan mengenali perasaan dan perasaan mereka sendiri, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik, dan dalam hubungan dengan orang lain. Kenakalan remaja adalah kenakalan umum pada remaja dan melanggar norma. Prestasi adalah hasil dan dilakukan oleh seseorang. Penelitian ini memiliki 351 subjek di SMA di Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa kecerdasan emosional memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan kenakalan remaja dengan r = - 0,247 dan p = 0,000. Kenakalan dan prestasi remaja memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan r = - 0,210 dan p = 0,000. Kecerdasan emosional tidak memiliki korelasi dengan prestasi dengan r = 0,079 dan p = 0,319. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kecerdasan emosional yang lebih tinggi adalah kenakalan remaja yang lebih rendah dan kenakalan remaja yang lebih rendah adalah prestasi yang lebih tinggi. Namun kecerdasan emosional yang tinggi belum tentu berprestasi tinggi.

Kata kunci: Kecerdasan Emosional, Kenakalan Remaja, Prestasi, dan Remaja Madya

Article Details

Section
Articles

References

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan. Bandung: Refika Aditama.

Ahmadi, A. & Supriyono, W. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ali, L. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Aziz, R. & Mangestuti, R. (2006).Pengaruh kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EI), dan

spiritual (SI) terhadap agresivitas pada mahasiswa UIN Malang. EI-Qudwah,1(1),113-

Bloom, B.S. (2007). Taxonomy of educational objectives. New York, NY: David Mc. Kay.

Buist, K. L. (2010). Sibling relationship quality and adolescent delinquency: A latent growth

curve approach. Journal of Family Psychology, 24(4), 400-410.

Caesaria, L. (2010). Hubungan antara manajemen waktu dan prestasi belajar pada anggota unit

kegiatan mahasiswa di Universitas Indonesia. Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas

Psikologi, Universitas Indonesia.

Chaplin, J. P. (2008). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Corsini, R. (2002). The dictionary of psychology. New York, NY: Brunner/Routledge.

Dalyono, M. (2005). Psikologi pendidikan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Daud, M. (2010). Pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan

pendidikan teknik bangunan fakultas teknik Universitas Negeri Manado. Jurnal Anima

(1),86-97.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ediati, A. (2004). Kecenderungan remaja berperilaku delinkuen ditinjau dari dorongan mencari

sensasi dan persepsi terhadap tersedianya dukungan dari teman sebaya. Jurnal Psikologi.

UNDIP, 1(2), 119-130.

Efendi, A. (2005). Revolusi kecerdasan abad 21, kritik MI, EI, SQ, AQ, & successful

intelligences atas IQ. Bandung: Alfabeta.

Gardner, J. E. (1996). Memahami gejolak masa remaja (edisi ke-5). Jakarta: Mitra Utama.

Goleman, D. (1997). Emotional intelligence. (T. Hermaya, Terj.). Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Goleman, D. (2002). Emotional intelligence . (T. Hermaya, Terj.). Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Goleman, D. (2004). Working with emotional intelligence. New York, NY: Bantam Books.

Goleman, D. (2006). Emotional intelligence, kecerdasan emosional: mengapa EQ lebih penting

daripada IQ . (T. Hermaya, Terj.). Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa, Y. & Gunarsa, S. (2012). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Haniman, F. (2000). Citra diri dan kenakalan remaja pada siswa smu/k (slta) peringkat tinggi dan

peringkat rendah di Surabaya. Jurnal Anima, 15(3), 238-245.

Iman, J., Haniman, F., & Moeljohardjo, H. (2000). Perbedaan konsep dan perilaku kenakalan

remaja antara pelajar dari smu/k (slta) yang mendapat peringkat tinggi dengan smu/k

yang mendapat peringkat rendah di kotamadya Surabaya. Jurnal Anima, 15(3), 225-268.

Jurnal Sri Gunting. (2012). Diunduh 29 Maret 2014, dari

http://jurnalsrigunting.com/2012/10/09/fenomena-tawuran-pelajar-berdasarkan-

perspektif-differential-association-theory/

Kartono, K. (1998). Psikologi sosial 2: kenakalan remaja dan penanganannya. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Martin, C. A., & Colbert, K. K. (2007). Parenting: A life span perspective. New York, NY:

McGraw-Hill.Merdeka. (2014). Diunduh 8 November 2014, dari

http://m.merdeka.com/peristiwa/penyiraman-air-keras-siswa-smk-boedoet-berawal-

saling-ejek.html/

Meyer, J.D & Salovey, P. (1997). What is emotional intellegence? New York, NY: Basic Book.

Monks, F. J, Knoers, A. M. P., & Haditono, S. R. (1996). Psikologi perkembangan: pengantar

dalam berbagai bidangnya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyono, Y. (1995). Pendekatan analisis kenakalan remaja dan penanggulangannya.

Yogyakarta: Kanisius.

Nurhadi. (2004). Kurikulum 2004: Pertanyaan dan jawaban. Jakarta: Grasindo.

Purnaningtyas, A. (2010). Pengaruh kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar siswa mata

pelajaran seni budaya SMP. Journal of Arts Research and Education, 10(1), 30-32.

Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2001). Human development (8th ed). New York,

NY: Mc Graw-Hill.

Ratnawati, M. (1996). Hubungan antara persepsi anak terhadap suasana keluarga,citra diri, dan

motif berprestasi dengan prestasi belajar pada siswa kelas V SD Ta’Miriyah Surabaya.

Jurnal Anima, 11(3), 56-60.

Santrock, J.W. (2001). Child development (Ed. 9th). New York, NY: McGraw-Hill.

Sarwono, S. W. (2000) Berkenalan dengan tokoh dan aliran psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.

Sarwono, S. W. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Setianingsih, E. Uyu, Z. & Yuwono, S. (2006). Hubungan antara penyesuaian sosial dan

kemampuan menyelesaikan masalah dengan kecenderungan perilaku delinkuen pada

remaja. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 3(1), 15-17.

Siddiqah, L. (2010). Pencegahan dan penanganan perilaku agresif remaja melalui pengelolaan

amarah. Jurnal Psikologi, 37(1), 101-104.

Simadjuntak, B. & Pasaribu. (1979). Psikologi Perkembangan Dasar Psikokriminal. Bandung:

Tarsitu.

Stevanus, I., & Mulat, S. P. E. (2006). Sikap guru sd majelis pendidikan katolik keuskupan

agung Jakarta terhadap pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi. Psiko-Edukasi.

Jurnal Pendidikan, Psikologi, dan Konseling, 3(2), 128-145.

Sudarsono. (1995). Kenakalan remaja: prevensi, rehabilitasi dan resosialisasi. (edisi ke-2).

Jakarta: Rineka Cipta.

Sumadi, S. (2005). Psikologi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Susanty, S. (2007). Iklim lingkungan kelas mempengaruhi prestasi akademik? Provitae, 3(1), 55-

Vivanews. (2012). Diunduh 13 Desember 2014, dari http://m.news.viva.co.id/news/read/353921-

tawuran-sma-6-dan-sma-70-makan-korban-polisi-kecolongan/

Vivanews. (2012). Diunduh 13 Desember 2014, dari http://m.news.viva.co.id/news/read/359758-

tawuran-di-pancoran--6-siswa-stm-penerbangan-jadi-tersangka/

Wasty Soemanto. (1984). Psikologi pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Weisinger, H. (2006). Emotional intelligence at work: pemandu pikiran dan perilaku anda untuk

meraih kesuksesan. Jakarta: Bhuana lmu Populer.

Winkel, WS. (1997). Psikologi pendidikan dan evaluasi belajar. Jakarta: Gramedia.

Yahaya, A. Yahaya, N. & Juriah, J. (2007). Perkaitan antara hubungan kekeluargaan, pengaruh

rekan sebaya dan kecerdasan emosional dengan tingkah laku delinkuensi pelajar sekolah

bestari di daerah pontian. Jurnal Master, 134-145.

Wijaya, E. (2007). Hubungan antara pendidikan nilai agama dengan perilaku delinkuensi pada

remaja madya di sekolah menengah atas (SMA). Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas

Tarumanagara Jakarta.