FORGIVENESS DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA DEWASA AWAL YANG PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN SAAT BERPACARAN
Main Article Content
Abstract
Dewasa awal adalah periode ketika seseorang memasuki fase perkembangan yang melibatkan upaya membentuk hubungan yang saling berkomitmen dengan orang lain. Pada periode ini, individu mulai membentuk hubungan romantik, seringkali disebut sebagai pacaran. Di dalam hubungan pacaran, terkadang komitmen dapat dilanggar, salah satunya melalui perselingkuhan, yang dilakukan oleh individu yang tidak mampu mempertahankan komitmen. Dewasa awal yang pernah mengalami perselingkuhan dapat memperbaiki atau mengubah dinamika hubungan melalui proses memaafkan dan peningkatan komunikasi interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara forgiveness dengan komunikasi interpersonal pada dewasa awal yang pernah mengalami perselingkuhan. Penelitian ini dilakukan pada dewasa awal, berusia 18-21 tahun, berdomisili di Indonesia, dan pernah mengalami perselingkuhan saat berpacaran. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan melalui google form dengan menggunakan alat ukur Transgression-Related Interpersonal Motivation (TRIM) dari McCullough (2000) untuk mengukur forgiveness. Sedangkan komunikasi interpersonal diukur dengan menggunakan skala komunikasi interpersonal dari Devito (1997). Analisis dengan uji korelasi Spearman Rho' menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara forgiveness dan komunikasi interpersonal (r = 0.343 dan p < 0.05). Temuan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat forgiveness seseorang, maka semakin baik pula kualitas komunikasi interpersonalnya setelah mengalami perselingkuhan. Hasil dari penelitian ini dapat membantu dewasa awal untuk mengetahui pentingnya forgiveness dalam meningkatkan hubungan sosial.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.References
Adamopoulou, E. (2013). New facts on infidelity. Economics letters, 121(3), 458–462. https://doi.org/10.1016/j.econlet.2013.09.025
Amato, P. R., & Previti, D. (2003). People’s reasons for divorcing: Gender, social class, the life course, and adjustment. Journal of family issues, 24(5), 602–626. https://doi.org/10.1177/0192513X03024005002
Anshori, N. S. (2013). Makna kerja (meaning of work) Suatu studi etnografi abdi dalem keraton ngayogyakarta hadiningrat daerah istimewa yogyakarta. Jurnal psikologi industri dan organisasi, 2(3), 157–162.
Azhar, A., Abbas, J., Wenhong, Z., Akhtar, T., & Aqeel, M. (2018). Linking infidelity stress, anxiety and depression: evidence from pakistan married couples and divorced individuals. International journal of human rights in healthcare, 11(3), 214–228. https://doi.org/10.1108/IJHRH-11-2017-0069
Cano, A., & O’Leary, K. D. (2000). Infidelity and separations precipitate major depressive episodes and symptoms of nonspecific depression and anxiety. Journal of consulting and clinical psychology, 68(5), 774–781. https://doi.org/10.1037/0022-006X.68.5.774
Hadriami. (2008). Pemaafaan dalam kaidah kerukunan hidup orang jawa. psikodimensia, 7(1), 12–25.
Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. PT remaja rosdakarya.
Kompas. (2014, December 17). Putus cinta, wanita muda ini diduga tabrakan diri ke KRL. https://megapolitan.kompas.com/read/2014/12/17/14172031/Putus.Cinta.Wanita.Muda.Ini.Diduga.Tabrakkan.Diri.ke.KRL.
Mayadevi, N. L. P. U. (2019). upaya kontrol diri untuk tidak berselingkuh di setiap komponen cinta pada mahasiswi yang menjalani hubungan pacaran jarak jauh. Universitas sanata dharma.
McCullough, M. E. (2000). Forgiveness as human strength: theory, measurement, and links to well-being. Journal of social and clinical psychology, 19(1), 43–55. https://doi.org/10.1521/jscp.2000.19.1.43
McCullough, M. E. (2001). Forgiveness: Who does it and how do they do it? current directions in psychological science, 10(6), 194–197. https://doi.org/10.1111/1467-8721.00147
Miller, R. T., & Janmey, P. A. (2015). Relationship of and cross-talk between physical and biologic properties of the glomerulus. current opinion in nephrology and hypertension, 24(4), 393–400. https://doi.org/10.1097/MNH.0000000000000138
Nagurney, A., & Thornton. (2011). What is infidelity? Perceptions based on biological sex and personality. psychology research and behavior management, 51. https://doi.org/10.2147/PRBM.S16876
Nurhayati, N. (2017). hubungan komunikasi interpersonal dan pemaafan dengan kebahagiaan suami istri. INTAJ : Jurnal penelitian ilmiah, 1(2), 47–70. https://doi.org/10.35897/intaj.v1i2.94
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human development (11th ed.). McGraw-Hill.
Seno, H. B. (2018). Pemaknaan remaja atas konsep perselingkuhan di kota yogyakarta. Universitas sanata dharma.
Rahmawati, L. (2015). Problematika perselingkuhan suami dan upaya penanganannya menurut julia hartley moore dan mohamad surya (perspektif fungsi bki).
Raj, P., Elizabeth, C. S., & Padmakumari, P. (2016). Mental health through forgiveness: Exploring the roots and benefits. Cogent psychology, 3(1), 1153817. https://doi.org/10.1080/23311908.2016.1153817
Sarwono, S. W. (2013). Psikologi remaja. Rajawali pers.
Shaleha, R. R. A., & Kurniasih, I. (2021). Ketidaksetiaan : Eksplorasi ilmiah tentang perselingkuhan. buletin psikologi, 29(2), 218. https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.55278
Tridarmanto, Y. K. (2017). Konsep dan kebutuhan berpacaran remaja awal di yogyakarta. Universitas sanata dharma.