PRESERVASI KOLEKSI PUSAKA TUJUH PASCA TRADISI JAMASAN PUSAKA DI MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN
Main Article Content
Abstract
Tradisi Jamasan Pusaka yang bertujuan salah satunya untuk perawatan koleksi benda pusaka tradisi tersebut dilakukan dengan cara kebudayaan, dapat dikatakan perawatan tersebut merupakan teknik tradisional yang dilakukan secra turun temurun. Dalam proses Jamasan Pusaka, koleksi pusaka di bersihkan dengan berbagai bahan yang didapat dari alam dan dilakukan oleh keluarga Keraton Sumedang Larang. Dalam tradisi Jamasan Pusaka terdapat beberapa kendala, sehingga Museum Prabu Geusan Ulun (MPGU) merasa perlu melakukan preservasi pasca tradisi Jamasan Pusaka sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsi museum dalam melakukan perawatan koleksi pusaka yang dimiliki. MPGU sebagai pengelola atas koleksi Pusaka Tujuh melakuakan penanganan preventif setelah berlangsungnya prosesi Jamasan Pusaka, yakni dengan cara melakukan preservasi yang bertujuan untuk menjaga komponen material Pusaka Tujuh dari potensi kerusakan yang ditimbulkan pasca tradisi jamasan pusaka. Untuk menjaga pusaka tetap awet dan dapat digunakan dalam jangka waktu selama mungkin, preservasi yang dilakukan meliputi preservasi ringan dengan cara memberishkan dan mengelap pusaka tujuh dari matrial yang tertinggal yang disebabkan saat prosesi Jamasan Pusaka sebagai perawatan jangka pendek dan preservasi dengan menggunakan bahan kimia untuk menjaga kondisi material Pusaka Tujuh supaya terhindar dari kerusakan yang timbul dari faktor luar atau dalam material perawatan bersifat jangka panjang.
Kata Kunci : Preservasi, Benda Pusaka, Keraton, Museum, Jamasan Pusaka.
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
This work is licensed under a Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.References
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1993. Petunjuk Teknis Perawatan Dan Pengawetan Koleksi Anorganik.
Dumanauw, J.F. 1984. Mengenal Kayu. Edisi 2 Cetakan 2. Jakarta: Pt. Gramedia
Endah Kanti Pangestuti, Et.Al. Pengawetan Kayu Sengon Melalui Rendaman Dingin Menggunakan Bahan Pengawet Enbor Sp Ditinjau Terhadap Sifat Mekanik. Universitas Negeri Semarang.
Fatmawati Endang. 2018. Preservasi,Konservasi,Dan Restorasi Bahan Perpustakaan. Universitas Diponegoro.
Hunt Dan Garratt (1986: 4) Hunt G. M. Dan George A. Garrat. 1986.Pengawetan Kayu. Edisi 1 Cetakan 1:Penerjemah Mohamad Yusuf. Jakarta :Akademika Pressindo
Laretna T. Adishakti. 2016. Pengantar Pelestarian Pusaka. Universitas Gajah Mada
Mochamad Rilo Tubagus, Et.Al. 2020. Fungsi Tradisi Ngumbah Pusaka Prabu Geusan Ulun Sumedang Larang. Institut Seni Budaya Indonesia Bandung.
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang, Nomor 1 Tahun 2020, Tentang Sumedang Puseur Budaya Sunda. (2020).
Siti Tsahrani Z. S.Hum. Prosedur Operasional Standar (P.O.S) Konservasi Benda Seni Berbahan Kayukoleksi Museum Prabu Geusan Ulun. Sumedang, Jawa Barat.
Siti Tsahrani Z. S.Hum. Prosedur Operasional Standar (P.O.S) Penjamasan Pusaka Leluhur Sumedang. Sumedang, Jawa Barat.
Supardi. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Yokyakarta: Ombak
Tim Bidang Sejarah Dan Silisilah Museum Prabu Geusan Ulun, Profil Museum Prabu Geusan Ulun Yayasan Pangeran Sumedang. Sumedang, Jawa Barat.