PEMAHAMAN TENTANG SOSIALISASI GENDER PADA SISWA SMA DI JAKARTA

Main Article Content

Maria Tri Warmiyati
Sri Hapsari Wijayanti
Syarief Darmoyo

Abstract

Peran agen sosialisasi terlihat memiliki hubungan pada internalisasi nilai gendernya. Sosialisasi gender dibantu oleh peran agen sosialisasi antara lain melalui keluarga, sekolah, teman bermain, budaya agama, budaya etnisitas, dan budaya institusi komunitas. Di sekolah, remaja menginternalisasi nilai feminitas dan maskulinitas dalam hal prestasi, bagi perempuan dapat terjadi konflik feminitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemahaman siswa SMA di Jakarta terhadap sosialisasi gender pada baik laki-laki maupun perempuan dari pengetahuan, persepsi diri, preferensi, dan perilaku dalam mengekspresikan gendernya. Penelitian dilakukan pada 221 sampel dari enam SMA di lima wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini menemukan bahwa pengetahuan, persepsi diri, preferensi, dan perilaku laki-laki dan perempuan dari kelompok sosial-ekonomi menengah bawah dan menengah atas dalam mengekspresikan gendernya sesuai dengan sosialisai gender yang berlaku di masyarakat. Laki-laki lebih memilih dekat dengan figur kekasih dibandingkan teman, sedangkan perempuan lebih memilih dekat dengan figur teman dibandingkan figur kekasih.

 

Article Details

Section
Articles

References

Arfani, F (2013). Ratusan remaja menari massal tolak kekerasan perempuan Kesra.

http://www.antarajatim.com/lihat3/berita/104527/ratusan-remaja-menari-massal-tolakkekerasan-perempuan

diakses 20 Feb 2015.

Catatan akhir tahun 2011 Komisi Perlindungan Anak.

https://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisinasional-perlindungan-anak/

diakses 20 Feb 2015.

Cole, N. L. (2015) The Most important words in Emma Watson’s speech were abaut

masculinity: He for she challenges men and boys to embrace feminism.

Crawford, M. (2012) Transformations: Women, gender and psychology. 2nd ed. New York:

Mc Graw Hill.

Fakih, M. (1999). Analisis gender dan transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fisher, S. (2000). Mengelola konflik. Jakarta: The British Council, Indonesi.

Glosari,Gender. (2011). http://www.kemenpppa.go.id/v3/index.php/glosari/gender. Diakses

Februari 2018.

Hyde, J. S. (2007). Half of the human experience: The psychology of women. (7th ed.) New

York: Houghton Mifflin Co.

Mackie, M. (1991). Gender relations in Canada. Vancauver: Butterworth.

Muthali’in, A. (2001). Bias gender dalam pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University.

Okin, S.M. (1999). Is multikulturalism bad for women? In Joshua C., Matthew H dan Martha

C.N. (Eds.). New Jersey: Princeton University Press.

Sadli, S. (2010). Berbeda tetapi setara: Pemikiran tentang kajian perempuan. Jakarta: PT

Gramedia.

Siregar, D. A. I. & Rochani, S. (2010). Sosialisasi gender oleh orang tua dan prasangka

gender pada remaja. Jurnal Psikologi, 3(2), 141-147.

Suci, E.S.T. dan Hilda, T.M. (2012). Pola attachment terhadap orang tua dan kaitannya

dengan tendensi agresi pada siswa pelaku school bullying di SMU Jakarta. Manasa:

Jurnal Ilmiah Psikologi, 1, 1 Juni, h. 90.

Tim Peneliti PSW UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. (2005). Pola gerakan sosialisasi gender.

laporan hasil penelitian. Media Perempuan Edisi 3, h. 9—12.

Wibawa, D.S. dan Warmiyati, M.M.T. (2011). Perempuan dalam lingkungan

sosiakulturalnya: Konstruksi sosial hasil bentukan budaya. Dalam Psikologi Perempuan

Pendekatan Kontekstual Indonesia. Jakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya.