HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN COPING DENGAN MAKNA HIDUP REMAJA PENYANDANG KANKER

Main Article Content

Yuliana Yuliana
Yenni Anna Ampulembang
Roswiyani Roswiyani

Abstract

Makna hidup itu penting terutama pada remaja penyandang kanker karena motivasi utama manusia dalam hidup adalah menemukan makna hidup. Adanya coping dan dukungan sosial membantu mengembalikan rasa kontrol pribadi terhadap remaja penyandang kanker sehingga mendorong adanya keharmonisan dan kedamaian. Subyek penelitian ini terdiri dari 30 remaja penderita kanker di Jakarta Barat. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan jenis penarikan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan sosial dan coping dengan makna hidup penderita kanker remaja, dengan r = 0,842 dan p = 0,000 (dukungan sosial dengan makna hidup), r = 0,324 dan p = 0,080 (ways of coping dengan makna hidup), dan r = 0,529 serta p = 0,003 (religious coping dengan makna hidup). Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial dan coping, maka semakin tinggi makna hidup seseorang, dan sebaliknya

Article Details

Section
Articles

References

Anastasia, G., Risnawaty, W., & Lihardja, N. (2011). Proses penghayatan makna hidup dewasa madya

yang menderita kanker paru. Arkhe. 16(1), 22-33.

Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna. Jakarta: Paramadina.

Depkes (2008). Laporan hasil riset kesehatan dasar nasional 2007. Diunduh pada September 12,

, dari http://www.pdfio.com/k-314627.html#

Deutsch, N. L., & Hirsch, B. (2002). A place to call home: Youth organizations in the lives of inner

city adolescents. Dalam T. M. Brinthaupt, & R. P. Lipka (Eds.), Understanding early adolescent

self and identity: Applications and interventions (293-320). New York, NY: State University of

New York Press. Diunduh pada September 19, 2013, dari http://books.google.co.id/books

Effendi, R. W., & Tjahjono, E. (1999). Hubungan antara coping dan dukungan sosial dengan

kecemasan pada ibu hamil anak pertama. Anima, 14(54), 214-227.

Engvall, G., Cernvall, M., Larsson, G., Essen, L., & Mattsson, E. (2011). Cancer during adolescence:

Negative and positive consequences reported three and four years after diagnosis. Plos One.

Diunduh dari http://www.plosone.org/article/info%3Adoi%2F10.1371%2Fjournal.pone.0029001

Frankl, S. L. (2004). Man’s search for meaning. Dalam L. H. Dharma (Trans.). Bandung: Nuansa.

Gibson, C. A. , Pessin, H., McLain, C. S., Shah, A. D., & Breitbart, W. (2004). The unmet need:

Addressing spirituality and meaning through culturally sensitive communication and intervention.

Dalam R. J. Moore, & D. Spiegel (Eds.), Cancer, culture, and communication (281-319). New

York, NY: Plenum. Diunduh pada September 19, 2013, dari http://books.google.co.id/books

Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni ISSN 2579-6348 (Versi Cetak)

Vol. 2, No. 1, April 2018: hlm 262-271 ISSN-L 2579-6356 (Versi Elektronik)

Jatmika, D. (2012). Strategi coping perempuan korban pelecehan seksual ditinjau dari tipe kepribadian

“Eysenck”. Jurnal Psikologi Ulayat, 1(1), 107-118.

Jim, H. S., Richardson, S. A., Golden-Kreutz, D. M., & Andersen, B. L. (2006). Health Psychology,

(6), 753-761.

Kenali 12 kanker pada anak, deteksi dini, dan pencegahannya. (2013). Diunduh pada Juli 3, 2013,

dari http://childrengrowup.wordpress.com/2013/05/01/kenali-12-kanker-pada-anak-deteksi-dinidan-pencegahannya/

Lehman, L., Gronqvist, H., Engvall, G., Ander, M., Tuinman, M.A., Hagedoom, M., Saderman, R.,

Mattsson, E., & Essen, L.V. (2014). Negative and positive consequences of adolescent cancer 10

years after diagnosis: an interview-based longitudinal study in Sweden. Psycho-Oncology, 23,

– 1235.

Lubis, N. L., & Priyanti, D. (2009). Makna hidup pada penderita kanker leher rahim. Majalah

Kedokteran Nusantara, 42(1), 14-19.

Nazari, B., Bakhski, S., Kaboudi, M., Dehghan, F., Ziapour, A., & Montazeri, N.A. (2017).

Comparison of quality of life, anxiety, and depression in children with cancer and healthy children.

Internasional Journal of Pediatrics, 5(7), 5305 – 5314.

Nelson, J. M. (2009). Psychology, religion, and spirituality. New York, NY: Springer.

Niam, E. K. (2009). Koping terhadap stress pada mahasiswa luar jawa yang mengalami culture shock

di universitas muhammadiyah surakarta. Indigenous, 11(1), 69-77.

Omari, O., Wynaden, D., Omari, H., & Khatatbeh, M. (2017) Coping strategies adolescents with

cancer: an interpretive phenomenological analysis study. Journal of Pediatric Oncology Nursing.

-9.

Pramudiani, D., Hardjanto, G., & Hadriami, E. (2001). Kualitas hidup penderita penyakit jantung

pasca serangan jantung ditinjau dari dukungan sosial dan interval waktu. Psikodimensia, 1(2),

-122.

Sheridan, C. L., dan Radmacher, S. A. (1992). Health psychology: Challenging the biomedical model.

Canada: John Wiley and Sons, Inc.

Suseno, M. N., & Sugiyanto. (2010). Pengaruh dukungan sosial dan kepemimpinan transformasional

terhadap komitmen organisasi dengan mediator motivasi kerja. Jurnal Psikologi. 37(1), 94-109.

Taylor, S. E. (1999). Health psychology (4th ed.). Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Wahyuningsih, M. (2012). Jumlah penderita kanker di dunia naik 300 persen pada tahun 2030.

Diunduh pada September 12, 2013, dari

http://health.detik.com/read/2012/08/30/165020/2003530/763/

Wardani, D. S. (2009). Strategi coping orang tua menghadapi anak autis. Indigenous, 11(1), 26-35.

Yayasan Onkologi Anak Indonesia. (2009). Profil yayasan onkologi anak Indonesia. Diunduh pada

September 12, 2013, dari http://www.yoai-foundation.org/profil.php

Zebrack, B. J. , Chesler, M. A. , & Penn, A. (2007). Psychosocial support. Dalam W. A. Bleyer, & R.

D. Barr (Eds.), Cancer in adolescents and young adults (375-385). New York, NY: Springer.

Diunduh pada September 19, 2013, dari http://books.google.co.id/books