GAMBARAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA YANG MENGALAMI PERCERAIAN ORANG TUA DI DESA TAMANSARI INDRAMAYU

Main Article Content

Debora Basaria
Naulia Nur Syayidah

Abstract

ABSTRAK


Kasus perceraian di Indonesia mengalami peningkatan di tahun 2021. Salah satu daerah yang mengalami peningkatan kasus tersebut adalah Kota Indramayu. Perceraian yang terjadi memberikan dampak bagi remaja yang mengalaminya. Dampak tersebut dapat berpengaruh kepada kebahagiaan remaja setelah perceraian orang tua. Menurut Seligman (2002), kebahagiaan berasal dari identifikasi dan pengembangan kekuatan individu paling mendasar yang digunakan setiap hari. Kebahagiaan memiliki tiga aspek yaitu positive emotion, engagement, dan meaning. Selain itu, kebahagiaan juga dipengaruhi oleh faktor keadaan individu seperti faktor keadaan internal dan faktor keadaan eksternal. Jenis penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan menggunakan metode Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah snowball sampling dengan wawancara mendalam (in-depth interview) kepada empat subjek berusia 14-18 tahun yang mengalami perceraian orang tua lebih dari tiga tahun dan tinggal di Desa Tamansari. Subjek terdiri dari tiga perempuan dan satu laki-laki yang berada pada tingkat pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hasil penelitian menunjukkan keempat subjek memiliki ketiga aspek kebahagiaan dalam dirinya dan memiliki faktor keadaan internal serta eksternal setelah orang tua bercerai.


 


Kata Kunci: Kebahagiaan, Perceraian, Remaja


 


 


ABSTRACT


Divorce cases in Indonesia increased in 2021. One area that has experienced an increase in these cases is Indramayu City. Divorce that occurs has an impact on adolescents who experience it. This impact can affect the happiness of adolescents after their parents' divorce. According to Seligman (2002), happiness comes from identifying and developing the essential individual strengths used daily. Happiness has three aspects: positive emotion, engagement, and meaning. In addition, happiness is also influenced by individual state factors such as internal state factors and external state factors. This qualitative research type uses the Interpretative Phenomenological Analysis (IPA) method. The data collection technique in this study was snowball sampling with in-depth interviews with four participants aged 14-18 years who had experienced parental divorce for more than three years and lived in Tamansari Village. Participants comprised three women and one man at the Vocational High School (SMK) level of education. The results showed that the four subjects had all three aspects of happiness within themselves and had internal and external factors after their parents divorced.


 


Keywords: Happiness, Divorce, Adolescence

Article Details

Section
Articles

References

Annur, C. M. (2022, 28 Februari). Kasus perceraian meningkat 53%, mayoritas karena pertengkaran. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/28/kasus-perceraian-meningkat-53-mayoritas-karena-pertengkaran#:~:text=Angka%20Perceraian%20di%20Indonesia%20(2017%2D2021)&text=Menurut%20laporan%20Statistik%20Indonesia%2C%20jumlah,banyak%20menggugat%20cerai%20ketimbang%20suami.

Badan Pusat Statistik. (2022, Juli 8). Nikah dan cerai menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat 2021. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. https://jabar.bps.go.id/statictable/2022/07/08/629/nikah-dan-cerai-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-barat-2021.html

Coleman, P. A. (2017, November 17). The age when children are most traumatized by a divorce. Fatherly. https://www.fatherly.com/parenting/age-children-traumatized-divorce/amp

Dewi, P. S. & Utami, M. S. (2015). Subjective well-being anak dari orang tua yang bercerai. Jurnal Psikologi, 35(2), 194-212

Hafiza, S. & Mawarpury, M. (2018). Pemaknaan kebahagiaan oleh remaja broken home. PSYMPHATIC: Jurnal Ilmiah Psikologi, 5(1), 59-66

Handayani, L. S. & Saubani, A. (2022, 5 Januari). Angka kasus perceraian di Indramayu meningkat pada tahun 2021. Repjabar. https://repjabar.republika.co.id/berita/r58c0u409/angka-kasus-perceraian-di-indramayu-meningkat-pada-2021#:~:text=Berdasarkan%20data%20dari%20Pengadilan%20Agama,2020%20yang%20mencapai%207.781%20perkara

Harmaini, & Yulianti, A. (2014). Peristiwa-peristiwa yang membuat bahagia. Psymphatic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2), 109-119.

Legg, T. J. (2020, November 30). What’s the hardest age for children to see their parents split?. Healthline. https://www.healthline.com/health/childrens-health/worst-age-for-divorce-for-children

Matondang, A. (2014). Faktor-faktor yang mengakibatkan perceraian di Desa Harapan Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten dairi. Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik, 2(2), 141-150.

Morin, A. (2021, 21 Februari). The psychological effects of divorce on children. Verywellfamily. https://www.verywellfamily.com/psychological-effects-of-divorce-on-kids-4140170

Rayani, D. (2018). Kebahagiaan anak dengan orang tua yang bercerai. Jurnal Visionary, 10(1), 32-39.

Sativa, A. R. & Helmi, A. F. (2013). Syukur dan harga diri dengan kebahagiaan remaja. Jurnal Wacana, 2(5).

Seligman, M. E. P. (2002). Authentic happiness: Using the new positive psychology to realize your potential for lasting fulfillment. The Free Press.

Untari, I., Putri, K. P. D., & Hafiduddin, M. (2018). Dampak perceraian orang tua terhadap kesehatan psikologis remaja. PROFESI (Professional Islam): Media Publikasi Penelitian, 15(2), 99-106