MEMPERTAHANKAN KEBERLANJUTAN USAHA JAMU DI MASA PANDEMIK

Main Article Content

Kartika Nuringsih

Abstract

Jamu is a product of local genius passed down by ancestors with benefits as a supplement drink to maintain body fitness from children, adolescents, pregnant and lactating women, adult men to the elderly. The raw materials are a result of Indonesia's natural resources, so that through local genius it is created into kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup/gepyokan, and sinom. These eight types are not just herbs but the taste of herbs symbolizes the cycle of human life that begins with a life that tastes sweet and sour, then a slightly spicy-warm taste, turns to spicy taste, begins to feel bitter then becomes tasteless, and finally returns sweet. As an appreciation of this philosophy, the community takes advantage of it as a business opportunity. Meanwhile, in the face of the pandemic, there are many limitations at the grassroots level trying to survive through this endeavor. Therefore, an activity was carried out with Jamu Budhe Sum partners in Beji Timur to overcome sales problems through designing pamphlets that were sent via WhatsApp to customers. In addition, assistance was provided for six quality management activities through mentoring cards. The output target of this activity is an increase in the number of sales and knowledge of maintaining quality so that a continuation of the herbal medicine business is formed during the pandemic. In line with the activities with herbal medicine traders, there was a slight increase in herbal medicine sales with the target of collaborating with herbal retailers and direct consumers. Realization can increase orders by about 5-10% per week although it fluctuates. In addition, there is an increase in knowledge of herbal medicine management so that consistency is formed in activities to maintain personal hygiene, handling raw materials and equipment, processing preparation, serving, maintaining service quality, and establishing relationships with the environment. This aspect makes consumers still believe in Jamu Budhe Sum. It is hoped that there will be consistency in carrying out these activities so that they will help maintain the traditional herbal medicine business during the pandemic.

Jamu merupakan produk kejeniusan lokal yang diwariskan oleh leluhur dengan manfaat sebagai minuman suplemen untuk menjaga kebugara tubuh mulai anak-anak, remaja, wanita hamil dan menyusui, pria dewasa sampai orang tua. Bahan baku sebagai hasil sumber daya alam Indonesia sehingga melalui lokal genius dikreativitaskan menjadi jamu kunyit asam, beras kencur, cabe puyang, pahitan, kunci suruh, kudu laos, uyup-uyup/gepyokan dan sinom. Delapan jenis tersebut bukan sekedar jamu tetapi rasa jamu tersebut melambangkan siklus kehidupan manusia bahwa diawali kehidupan yang terasa manis asam, kemudian sedikit rasa pedas-hangat, beralih pada rasa pedas, mulai merasakan kepahitan kemudian menjadi tawar dan akhirnya kembali manis. Sebagai apresiasi pada filosofi tersebut, masyarakat memanfaatkan sebagai peluang usaha. Sementara itu dalam menghadapi pandemik banyak keterbatasan pada tingkat  akar rumput yang mencoba bertahan melalui usaha ini. Oleh karena dilakukan kegiatan dengan mitra Jamu Budhe Sum di Beji Timur untuk mengatasi masalah penjualan melalui mendesain pamflet yang dikirimkan melalui whattapps kepada pelanggan. Selain itu dilakukan pendampingan terkait enam aktivitas pengelolaan kualitas melalui kartu pendampingan. Target luaran kegiatan ini adalah peningkatan jumlah penjualan serta pengetahuan menjaga kualitas sehingga terbentuk kelanjutan usaha jamu di masa pandemik. Sejalan dengan kegiatan bersama pedagang jamu dihasilkan sedikit peningkatan penjualan jamu dengan target bekerjasama dengan pengecer dan konsumen langsung. Realisasi dapat meningkatkan pesanan sekitar 5-10% per minggu meskipun secara fluktuatif. Selain itu terdapat peningkatan pengetahuan pengelolaan jamu sehingga terbentuk konsistensi dalam aktivitas menjaga higienitas pribadi, penanganan bahan baku dan peralatan, persiapan pengolahan, penyajian, menjaga kualitas layanan, dan menjalin hubungan dengan lingkungan. Aspek inilah menjadikan konsumen masih percaya pada Jamu Budhe Sum. Diharapkan terdapat konsistensi menjalankan aktivitas tersebut sehingga turut membantu mempertahankan usaha jamu tradisional di masa pandemik. 

Article Details

Section
Articles

References

Depkes (2012). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006 Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Peraturan Menteri Kesehatan RI.

Nuringsih, K., & Rodiah. (2019). Applying Total Quality Model for Improving Quality in the Grassroots Jamu Enterprises, Proceeding of the 2th International Conference on Advance and Scientific Innovation, Banda Aceh, 18-19 July 2019.

___. (2017). Fostering Jamu Peddler’s Quality System: Linking Women Empowerment and Cultural Preservation, Proceedings of the Sixth International Conference on Entrepreneurship and Business Management (ICEBM) Hanoi, Vietnam November 16-17th 2017.

Nuringsih, K., Rodiah., & Natsir, K. (2021). Using Quality Cycle in Maintaining the Quality and Performance of Small-Scale Herbal Entreprises, Proceeding of the Ninth International Conference on Entrepreneurship and Business Management (ICEBM), Jakarta, November 2020.

Torri, M.C. (2013). Knowledge and Risk Perceptions of Traditional Jamu Medicine among Urban Consumers. European Journal of Medicinal Plants. 3 (1). 25-39.

Torri, M.C. (2012). “The Jamu System in Indonesia: Linking Small-Scale Enterprises, Traditional Knowledge and Social Empowerment among Women in Indonesia”. Journal of International Women’s Studies. Vol. 3. Issue 1. March. 31-45.