SKRINING RISIKO STUNTING MELALUI PEMANTAUAN TINGGI BADAN PADA ANAK BALITA

Main Article Content

Tizander Mayvians
Nia Sarah Salsabila
Velda Claresta
Novendy

Abstract

In Indonesia, stunting is one of the nutritional issues affecting children under the age of five. According to the results of the 2021 Indonesia Nutrition Status Survey, the prevalence of stunting in Indonesia is 24.4%. The prevalence in Banten Province was 24.5%. Tangerang Regency, which is located in Banten Province, also had a relatively high prevalence of stunting (23.3%). In February 2022, data from Puskesmas Kresek revealed 78 cases of malnutrition in children, with 50 (64.1%) cases of stunting. Stunting cases can be monitored by regularly measuring the height of children under the age of five, but many parents still do not monitor their child's growth on a regular basis. A health service activity to monitor growth in children under the age of five is required. This is an attempt to detect the possibility of stunting as early as possible. A total of 60 children under the age of five were assessed, with 6 (10.0%) severely stunted and 14 (23.3%) stunted. Boys had higher rates of severe stunted and stunting than girls (13.3% and 26.7% vs 6.7% and 20.0%). There are still many children under the age of five whose growth is not proportionate with their age. The activities carried out are only limited to anthropometric measurements, which are preliminary data. A child's stunting can be caused by a variety of factors. Various activities to prevent stunting in children under the age of five are still needed. It is expected to reduce the prevalence of stunting in Indonesia.


 


Stunting merupakan salah satu masalah gizi pada anak Balita di Indonesia. Hasil Survei Status Gizi Indonesia tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24.4%. Provinsi Banten sendiri didapatkan prevalensi sebesar 24,5%. Kabupaten Tangerang yang merupakan wilayah di Provinsi Banten juga didapatkan prevalensi stunting yang cukup tinggi, yaitu sebesar 23.3%. Data Puskesmas Kresek bulan Februari 2022, didapatkan sebanyak 78 kasus malnutrisi pada anak dengan 50 (64,1%) kasus di antaranya adalah kasus stunting. Pemantauan kasus stunting dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran tinggi badan secara rutin pada anak balita, namun masih banyak orang tua yang tidak melakukan pemantauan pertumbuhan anaknya secara rutin. Maka perlu dilakukan suatu kegiatan bakti kesehatan untuk memantau pertumbuhan berupa tinggi badan dan berat badan pada anak balita. Hal ini sebagai upaya deteksi dini kemungkinan terjadinya stunting. Total sebanyak 60 anak balita yang diukur, dengan 6 (10,0%) dengan perawakan sangat pendek dan 14 (23,3%) dengan perawakan pendek. Anak laki-laki lebih banyak dengan perawakan sangat pendek dan pendek dibandingkan dengan anak perempuan (13,3% dan 26,7% vs 6,7% dan 20,0%). Hasil kegiatan ini mendapatkan bahwa masih banyak anak balita yang pertumbuhannya tidak sesuai dengan usianya. Kegiatan yang telah dilakukan hanya sebatas pengukuran antropometri yang merupakan data awal. Sedangkan banyak faktor yang dapat menyebabkan seorang anak mengalami stunting. Maka masih perlu dilakukan berbagai kegiatan sebagai upaya mencegah terjadi stunting pada anak balita. Sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia.

Article Details

Section
Articles