SAUNG BAMBU KOMPOSIT DENGAN SAMBUNGAN PELAT BUHUL

Main Article Content

Widodo Kushartomo
Henny Wiyanto
Dewi Linggasari
Arianti Sutandi

Abstract

Bamboo can be used to make all building components, both structural and non-structural. The construction of this bamboo building is characterized by a structural framework approach similar to that applied in wooden construction. In this case, the floor, wall and roof elements are interconnected and interdependent on each other for overall stability. There is a need to control lateral deformation in some traditional forms of buildings in particular. The adequacy and suitability of the building for housing will also depend on good details. In the use of bamboo as a structural element, various types of connections are known which are often applied in various types of buildings. The types of connections are double butt bent joints, friction-tight rope connections, plug ins, positive fitting connections, and interlocking connections. These types of joints are not very strong and cannot withstand excessive loads in various directions because the surface area of the connection is very small and bamboo has cavities. This connection will not last long if it is used as a connection to the truss or bridge truss. This connection is not very strong. In the Cipete Village area, Pinang District, Tangerang City, there are still many buildings that use bamboo as a structural element, both for housing, selling places, and huts for resting. The bamboo connections in these buildings still use traditional grafting techniques, so the buildings quickly become damaged and the community pays more to repair them. The Community Service Team (PKM) of the Civil Engineering Undergraduate Study Program helps the community provide bamboo splicing technology to increase the service life of bamboo buildings by improving bamboo grafting techniques. The splicing technique is done by expanding the surface of the connection, namely making the bamboo solid in the bamboo area. In addition to making the bamboo solid in the joint area, gusset plates and bolts are also used to strengthen the connection. 


Bambu dapat digunakan untuk membuat semua komponen bangunan, baik struktural maupun non struktural. Konstruksi bangunan bambu ini ditandai dengan pendekatan kerangka struktural mirip dengan yang diterapkan dalam konstruksi kayu. Dalam hal ini, elemen lantai, dinding dan atap saling dihubungkan dan saling bergantung satu sama lain untuk stabilitas keseluruhan. Ada kebutuhan untuk mengontrol deformasi lateral dalam beberapa bentuk tradisional bangunan pada khususnya. Kecukupan dan kesesuaian bangunan untuk hunian juga akan tergantung pada detail yang baik. Dalam pemanfaatn bambu sebagai elemen struktur, dikenal berbagai jenis sambungan yang sering diaplikasikan dalam berbagai jenis bangunan. Jenis-jenis sambungan tersebut adalah double butt bent joint, friction-tight rope connection, plug in, positive fitting connections, dan interlocking connection. Jenis-jenis sambungan tersebut tidak terlalu kuat tidak mampu menahan beban yang berlebih dalam berbagai arah meningat karena luas permukaan sambungan sangat kecil dan bambu memiliki ronga. Sambungan ini tidak akan bertahan lama bila digunakan sebagai sambungan pada rangka kuda-kuda atau rangka jembatan Sambungan seperti ini tidak terlalu kuat. Didaerah Kelurahan Cipete, Kecamatan Pinang Kota Tangerang, masih banyak bangunan yang memanfaatkan bambu sebagai elemen struktur, baik untuk perumahan, tempat berjualan, maupun saung-saung tempat istirahat. Sambungan bambu pada bangunan-bangunan tersebut masih menggunakan Teknik penyambungan tradisional, sehingga bangunan tersebut cepat menjadi rusak dan masyarakat mengeluarkan biaya lebih untuk memperbaikinya. Tim Pengabdian Kepada Masyarakaya (PKM) Program Studi Sarjana Teknik Sipil membantu masyarakat memberikan teknologi penyambungan bambu untuk meningkatkan umur layanan bangunan bambu dengan memperbaiki teknik penyambungan bambu.  Teknik penyambungan dilakukan dengan memperluas permukaan sambungan yaitu membuat bambu menjadi solid didaerah bambungan. Selain membuat bambu menjadi solid didaerah sambungan, juga digunakan pelat buhul dan baut untuk memperkaku sambungan.

Article Details

Section
Articles
Author Biography

Henny Wiyanto, Universitas Tarumanagara

Universitas Tarumanagara

References

Kushartomo, W., Wiyanto, H., Albert, Kurniawan, W. (2019). Pengaruh Ukuran Butiran Maksimum Agregat Halus Terhadap Modulus Elastisitas dan Kuat Tarik Belah Reactive Powder Conceret. Prosiding KoNTekS 13, 19-21 September, Banda Aceh Vol 1. Hal. 345 – 350.

Kushartomo, W., Sutandi, A., Linggasari, D., (2020). Memperkirakan Kadar Air Semen pada Beton Keras, Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Vol 4, No. 1, hal. 177 – 186.

Kushartomo, W., Linggasari, D., Sutandi, A. (2020). Efek Ukuran Butiran Maksimum terhadap Nilai Modulus of Rupture Reactive Powder Concrete, Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol 26, No. 1, hal. 1 – 8.

Linggasari, D., Sutandi, A., Kushartomo, W. (2018). Pengaruh Tepung Marmer Terhadap Sifat Mekanik Reactive Powder Concrete, Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Vol 2, No. 2, hal. 541 – 548.

Nur, Prima, (2017). Macam Sambungan Bambu yang Anda Harus Tahu, www.lemkayu.net.

NN, (2021). Saung Bambu, www.ruangarsitek.id

NN. (2020). Saung Bambu: Ide Desain, Kelebihan dan Kekurangan, dan Tahapan Pembuatannya, www.pengadaan.web.id

Rosyidin, Ahzanul Fikri (2015). Pengujian Kuat Sambungan Komposit Kuda-Kuda Bambu Dengan perlakuan Sambungan Lem Epoxy-Resin dalam Perencanaan Kuda-Kuda, Rekayasa Teknik Sipil, vol. 1, No. 1, pp.21-26.

Saputro, Ida Nugroho (2013), “Perbandingan Kekuatan Sambungan Bambu Menggunakan Pengisi Mortar Dengan Isian Ujung Dan Isian Samping, Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik dan Kejuruan, vol 6, No. 2, pp. 106-111.

Sugiartha, I Wayan; Rofaida, Aryani (2017). Kuat Tarik Sambungan Bambu Celah Berpengisi dengan Alat Sambung Baut pada Berbagai Variasi Jarak Ujung, Jurnal Sains Terapan, vol 4 No. 1. Pp 17-23