Makna Female Masculinity dalam Kostum Wayang Srikandi Red Batik Solo

Main Article Content

Farah Nur Azizah
Yudha Wirawanda

Abstract

This research is a study about the meaning of female masculinity in fashion. The object of analysis is the Javanese figure, Dewi Srikandi in the Red Batik Solo Costume Carnival. This Javanese figure, Dewi Srikandi is interesting to study because she has strong myths about masculinity. Beside that, the researcher also interested in how this female warrior figure looks masculine which is observed from the costumes and accessories worn. The purpose of this study is to find out how does Dewi Srikandi gives the meaning by the costume into the visual of the Red Batik Solo carnival. The analysis uses semiotics Roland Barthes with a qualitative approach and the theory of Female Masculinity Halberstam. The analysis shows that Srikandi is a female character or role that has masculine characteristics that can be observed from analysis of the color, meaning  of denotation and connotation and also meaning of myth, such as red, black, white, brown and dark colors. Masculine also can be shown from Srikandi costumes which are related with syntagmatic and paradigmatic, such as red can be replaced with dark colors (black or brown). In addition, costume accessories such as ricikan (crown, sumping, necklace, bracelet, belt or belt, arrow, and shoes) also give masculine meaning which are indicated by the characteristics of masculine generally, for example strength, courage, aggressiveness, leadership, assertiveness, domination, and violence.

 

Penelitian ini menganalisis mengenai makna Female Masculinity. Objek penelitian ini pada kostum wayang Srikandi yang dibuat oleh Red Batik Solo. Tokoh wayang Jawa Dewi Srikandi ini menarik untuk diteliti karena mempunyai mitos yang kuat tentang karakter wanita yang memiliki sisi maskulin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna yang disampaikan Dewi Srikandi kedalam bentuk visual fashion kostum karnaval Red Batik Solo. Analisis yang digunakan adalah analisis semiotika oleh Roland Barthes dengan pendekatan kualitatif dan teori Female Masculinity Halberstam. Selain itu, peneliti juga tertarik tentang bagaimana tokoh prajurit wanita ini terlihat maskulin yang diamati dari kostum dan aksesoris yang dikenakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa Srikandi adalah tokoh puteri yang memiliki sifat maskulin yang dapat diamati dari analisis warna, makna denotasi dan konotasi serta makna mitos, seperti warna merah, hitam, putih, coklat dan warna gelap. Sifat maskulin juga dapat ditunjukkan dari kostum Srikandi yang dihubungkan dengan sintagmatik dan paradigmatik, seperti warna merah dapat diganti dengan warna gelap (hitam atau coklat). Selain itu, aksesoris kostum seperti ricikan (mahkota, sumping, kalung, gelang, ikat pinggang atau sabuk, panah, dan sepatu) juga memberi makna maskulin yang ditunjukkan dari karakteristik yang umumnya dianggap maskulin, misalnya menunjukkan kekuatan, keberanian, agresivitas, kepemimpinan, ketegasan, dominasi, dan kekerasan.

Article Details

How to Cite
Azizah, F. N., & Wirawanda, Y. (2019). Makna Female Masculinity dalam Kostum Wayang Srikandi Red Batik Solo. Jurnal Komunikasi, 11(1), 52–69. https://doi.org/10.24912/jk.v11i1.2499
Section
Articles

References

Barthes, Roland. (1983). The Fashion System. London: University Of California.

Barnard, Malcolm. (2011). Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra.

Bleicher, Steven. (2012). Contemporary Color Theory and Use. Delmar, Cengage Learning: United States.

Budaya, Sekar Nusantara. (2011). Ricikan (Aksesoris Wayang Orang). Diakses pada tanggal 27 September 2018 pada pukul 13:36 WIB. http://sekarbudayanusantara.co.id/Wynk/?p=1073

Day, U. O. (2014). Website colour research, Issue: November.

Endraswara, Suwardi. (2005). Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka.

Febrie, Prissy Tjiabrata, dkk. (2014). Makna di Balik Penampilan Preman dan Perubahannya dalam Film Bioskop Indonesia di Tahun 1986-2014. Universitas Kristen Petra : Surabaya.

Halberstam, Judith. (1998). Female Masculinity. Durham and London: Duke University press.

Hajariah, Siti dan Briandana, Rizki. (2013). Gender and the Action Film: Questions of Female Heroism (Analysis of Female Masculinity of the Female Heroic Character). Jurnal Visi Komunikasi. Vol. 12 (2), page: 183-206.

Hardjowirogo. (1989). Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Husaini dan Purnomo. (2014). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hyman, John. (2006). The Obyective Eye. The United States: The University of Chicago Press, Ltd., London.

Johnson, D. (2010). Color Psychology. Vol. 05, page: 1–10.

Kachtan, Dana., & Varda Wasserman. (2015). (Un)dressing Masculinity: The Body as a Site of Ethno-Gendered Resistance. The University Road: Organization 2015. Vol. 22(3) Page: 390–417.

Kiefer, T., & Nr, M. (2003). The History of Colors. University of Applied Sciences Offenburg

Kominfo. (2014). Direktorat Jendral Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya. Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informasi.

Kuruc, K. (2008). Fashion as communication: A semiotic analysis of fashion on “Sex and the City”. Semiotica, Vol. 171, page: 193–214.

Mankayi, N. (2008). Masculinity, Sexuality and the Body of Male Soldiers. Pins, Vol. 36, page: 24–44.

Mooka, Edward. (2016). An Analysis of Female Masculinity in Ousmane Sembene’s God’s Bits of Wood. Baraton Interdisciplinary Research Journal, Vol. 6, 171-177.

Nuraini, Indah. (2011). Tata Rias dan Busana Wayang Orang Gaya Surakarta. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia.

Ostberg, J. (2012). Masculinity and fashion. Gender, Culture, and Consumer Behavior. Issue: July, page: 255–284.

Paechter, Carrie. (2006). Masculine Femininities/ Feminine Masculinities: Power, Identities and Gender. Gender and Education, Vol. 18 (3), page: 253-263.

Parvathi. (2017). “Female Masculinity” in Dystopian Adolescent Fiction – Suzanne Collins’ Hunger Games Series. European Journal of Social Sciences Education and Research, Vol.10 Nr. 1. Page: 44-50.

Pujileksono, Sugeng. (2015). Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans Publishing.

Rakhmat, Jalaluddin. (2005). Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi dengan Contoh Analistik Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Rusdy, Sri Teddy. (2015). Semiotika dan Filsafat Wayang. Jakarta: Yayasan Kertagama.

Sain, Yuliyanah. (2018). Analisis Semiotika Pada Artikel “The Connotations of English Colour”. Fakultas Ilmu Budaya : Universitas Hasanuddin.

Sobur, Alex. (2016). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Soffiyana, Naeli. (2015). Relasi Gender dan Kuasa dalam Penokohan Wayang (Srikandi dan Dewi Kunti dalam Perspektif Islam). Fakultas Ushuluddin dan Humaniora: Semarang.

Solichin. (2016). Tokoh Wayang Terkemuka. Jakarta: CV. Dedy Jaya.

Storey, John. (1996). Cultural Studies and the Study of Popular Culture: Theories and Methods. Edinburgh: The University of Georgia Press.

Sunu, Naung Prasetyo. (2012). Komparasi Kostum Gathutkaca Dalam Wayang Wong Dan Wayang Purwa Gaya Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Seni Tari Fakultas Bahasa Dan Seni: Universitas Negeri Yogyakarta.

Supriyono. (2008). Arti Motif Wayang : Jenis – Jenis Ikat Pinggang Wayang. Diakses pada tanggal 22 September 2018 pada pukul 20:11 WIB. https://wayangku.id/arti-motif-wayang-jenis-jenis-ikat-pinggang-wayang/

Yulianti, Dewi Friska., Bajari, Atwar., & Mulyana, Slamet. (2017). Representasi Maskulinitas Dalam Iklan Televisi Pond’s Men #Lelakimasakini (Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Representasi Maskulinitas). Jurnal Komunikasi, Vol. 9, No 01, 16-30. https://journal.untar.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/180