Kecerdasan Emosi sebagai Prediktor Kecenderungan Delinkuensi pada Remaja

Main Article Content

Garvin Garvin

Abstract

Delinkuensi remaja merupakan perilaku remaja yang melanggar peraturan maupun norma yang berlaku. Delinkuensi tidak hanya bersifat merugikan diri sendiri, namun juga bisa merugikan orang lain atau keduanya. Ada dua faktor yang memengaruhi delinkuensi remaja, yakni faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri remaja itu sendiri. Proses tumbuh kembang fisik maupun psikologis yang terjadi secara drastis pada remaja membuat remaja seringkali mengalami emosi-emosi negatif. Bila emosi-emosi negatif tersebut tidak disadari, hal ini membuat remaja lebih mudah terlibat dalam tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kemampuan seseorang dalam menyadari emosi diri sendiri maupun orang lain serta mengelola emosi diri sendiri disebut sebagai kecerdasan emosi. Individu dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan lebih mampu dalam mengelola emosi negatif serta mengekspresikannya dengan cara yang tidak merugikan pihak lain. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis bahwa kecerdasan emosi dapat memprediksi kecenderungan delinkuensi. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif non-eksperimental, dengan partisipan penelitian berjumlah 149 orang yang merupakan siswa sekolah X dan berada pada rentang usia remaja. Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan kecerdasan emosi, sedangkan variabel terikat dalam penelitian adalah kecenderungan delinkuensi. Hasil uji regresi menunjukkan skor signifikansi p = 0,000 < 0,05 yang menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dapat memprediksi kecenderungan delinkuensi pada remaja secara signifikan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa meningkatnya kecerdasan emosi memprediksi penurunan kecenderungan delinkuensi, dan sebaliknya.

Kata kunci: kecerdasan emosi, delinkuensi, remaja

Article Details

Section
Articles

References

Bacon, A.M., & Regan, L. (2016). Manipulative relational behaviour and delinquency: Sex differences and links with emotional intelligence. Journal of Forensic Psychiatry & Psychology, 27(3), 331-348.

Barnath, I. (2016). Emotional intelligence. Women Police, 32(2), 16-17.

Edobor, O.J., & Ebiye, D.M. (2017). Emotional intelligence as predictor of delinquent

behaviours among secondary school students in Port Harcourt Metropolis, Rivers State Nigeria. European Journal of Research and Reflection in Educational Sciences, 5(2), 48- 59

Fajar, T. (2016). Tawuran dua SMK di Jakarta Utara menewaskan satu pelajar. Diakses dari http://news.okezone.com/read/2016/09/08/338/1485018/tawuran-dua-smk-di-jakarta-utara- menewaskan-satu-pelajar

Fatimah, E. (2006). Psikologi perkembangan: Perkembangan peserta didik. Bandung: Pustaka Setia.

Goleman, D. (1995). Emotional intelligence: Why it can matter more than IQ. NY: Bantam Books.

Kha (2015). 23 persen remaja Indonesia pernah konsumsi miras. Diakses dari http://news.detik.com/berita/2852915/23-persen-remaja-indonesia-pernah-konsumsi- miras%20pada%2025%20April%202015

Panduwinata, A. (2016). Tragis, tawuran, pelajar di Tangerang tewas dibacok. Diakses dari http://wartakota.tribunnews.com/2016/11/21/tragis-tawuran-pelajar-di-tangerang-tewas- dibacok

Papalia, D.E., & Feldman, R.D. (2012). Experience human development (12th ed.). NY: McGraw-Hill.

Rivers, S.E., Brackett, M.A., Omori, M., & Sickler, C. (2013). Emotion skills as a protective factor for risky behaviors among college students. Journal of College Student Development, 54(2), 172-183.

Ryan, J.P., Marshall, J.M., Herz, D., Hernandez, P.M. (2008). Juvenile delinquency in child welfare: Investigating group home effects. Children and Youth Services Review, 30, 1088- 1099.

Sarwono, S.W. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: Rajawali Perkasa.

Steinberg, L. (2011). Adolescence (9th ed.). NY: McGraw-Hill.

Tambun, L.T. (2016). Hingga Mei, 308 pelajar di DKI terindikasi narkoba. Diakses dari

http://www.beritasatu.com/megapolitan/366398-hingga-mei-308-pelajar-di-dki-terindikasi- narkoba.html

Wijaya, E., Widiastuti, N., & Nisfianoor, M. (2010). Hubungan pendidikan nilai agama dengan perilaku delinkuensi pada remaja madya di sekolah menengah atas. Provitae, 4(1), 13-25.