KENYAMANAN TERMAL PADA RUANG PAMERAN TETAP DI MUSEUM NASIONAL INDONESIA – JAKARTA

Main Article Content

Heru Budi Kusuma

Abstract

Pada bulan Oktober dan November 2013, pengelola Museum Nasional melakukan “Kajian – Monitoring dan Evaluasi – Tata Pameran Museum Nasional. Ada 20 aspek yang dikaji, dua diantaranya adalah tentang “Suasana Ruang Pameran dan Kondisi Umum Museum Nasional”. Metode kajian yang dilakukan menggunakan Metode Kuantitaf dengan teknik analisis menggunakan pendekatan model CIPO (Context, Input, Process, Output). Adapun hasil akhirnya menyimpulkan bahwa, kajian mengenai
“Suasana Ruang Pameran” menghasilkan skor 2,41 yang berarti Kurang Baik, dan kajian terhadap “Kondisi Umum Museum Nasional” menghasilkan skor 2,9 yang berarti Cukup Baik. Berdasar dari hasil kajian tersebut,peneliti berupaya melakukan Penelitian Kualitatif guna menganalisis “Kenyamanan Termal pada Ruang Pameran Tetap di Museum Nasional Indonesia”. Setiap ruang pameran pada museum pasti membutuhkan penghawaan buatan untuk pengkondisian udara di dalam ruang pameran. Suhu udara yang diatur, kecepatan daya semburnya, dan kelembaban udara dalam ruang merupakan aspek penting di ruang pameran karena berbagai masalah akan timbul ketika kualitas udara dan tingkat kelembaban di tempat tersebut tidak memenuhi standard, karena kondisi suhu dan kelembaban yang tidak sesuai standard akan mempengaruhi materi koleksi dan kenyamanan termal terhadap pengunjungnya. Kajian terhadap “Kenyamanan Termal pada Ruang Pameran Tetap” menggunakan Metode Kualitatif. Variabel data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:hasil angket dari penelitian pengelola museum terhadap “Suasana Ruang Pameran dan Kondisi Umum Museum Nasional”, data referensi tentang Standar Kenyamanan Termal dalam ruangan, dan pengambilan data empiris di ruang pameran
tetap Museum Nasional dengan menggunakan alat ukur Thermo Hygrometer, Laser Thermometer dan Laser Length Meter. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis dan diverifikasi dengan menggunakan metode Triangulasi.
Sebagai simpulan dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa kondisi suhu udara dan tingkat kelembaban udara dalam ruang pameran tetap pada umumnya berada pada kondisi “Hangat Nyaman” dan kondisi suhu udara dan tingkat kelembaban di area sekitar void escalator dalam kondisi “Nyaman Optimal”.

Article Details

Section
Articles

References

Lawson, F. (1981). Confrence, convention, and exhibition facilities. London, UK: The

Architectural Press

Museum Nasional Indonesia. (2013). Laporan kajian tata pamer (perangkat pameran) Museum

Nasional.

SNI 03-6572-2001. (2001). Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian udara

pada bangunan gedung,

Sugiyono. (2006). Metode penelitian pendidikan, pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D.

Bandung: Alfabeta

Suptandar, P. (1995). Pengantar mata kuliah desain interior, : Jakarta: Universitas Trisakti

Svarajati, T. P. (2009, Juni 25). Jangan bangun museum. Kompas.

Walker, J.A. (2010). Desain, sejarah, budaya, sebuah pengantar komprehensif. (Y. A. Piliang.

Penerj.). Yogyakarta: Jalasutra.