BUKAAN DINDING UNTUK MENDAPATKAN NYAMAN TERMAL

Main Article Content

Lili Kusumawati M

Abstract

The condition of housing cooperatives in the villages Semanan Tempe, Cengkareng, West Jakarta, is currently experiencing a decrease in quality. Housing with an area of 12 hectares comprises 679 families, with an area of 21 M ² in the site of 90 M ² . 90% of the entire house is used for industrial. With the existence of a cottage industry, resulted in almost all homes is expanding. Then the air comfort problems arise because there is only a wall openings upfront house, left-right side of the house with a house attached to each other.
This paper is the result of research using descriptive analysis method with quantitative approach. Variables used: a) aspects of ventilation (air flow, type of windows / jalousie); b) aspects of comfort (air temperature, humidity, wind speed). The object used was room in the house, and then grouped according to building orientation to wind. The results will be obtained thermal comfort level and thermal comfort in the house which is influenced by the aperture; the relationship of thermal comfort with the thermal comfort is influenced by the aperture, and the factors that trigger thermal comfort or discomfort due to changes in building function.

Kondisi perumahan Koperasi Tahu Tempe di kelurahan Semanan, Cengkareng, Jakarta Barat pada saat ini mengalami penurunan kualitas. Perumahan dengan luas 12 Ha terdiri dari 679 KK, dengan luas bangunan 21 M² dan luas tapak 90 M². Dari seluruh rumah 90% digunakan untuk industri tahu tempe. Dengan adanya industri rumahanmengakibatkan hampir seluruh rumah mengalami pengembangan. Maka timbul masalah kenyaman udara karena  bukaan dinding hanya terdapat dimuka rumah, sisi kiri-kanan rumah saling dempet  dengan rumah berikutnya.

Tulisan ini adalah hasil penelitian yang menggunakan metoda analisis deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif. Variabel yang digunakan: a) aspek ventilasi (aliran udara, jenis jendela/jalusi); b) aspek kenyamanan (temperatur udara, kelembaban, kecepatan angin). Objek yang digunakan adalah ruang dalam rumah, kemudian  dikelompokkan berdasarkan orientasi bangunan terhadap mata angin.   Hasil yang akan didapat tingkat kenyamanan termal dan rasa nyaman termal di dalam rumah yang dipengaruhi oleh bukaan; adanya hubungan kenyamanan termal dengan rasa nyaman termal yang dipengaruhi oleh bukaan; dan faktor yang menjadi pemicu kenyamanan atau ketidak nyamanan termal akibat perubahan fungsi bangunan


Article Details

Section
Articles